AURELIA NETHANYA GONARDI (Aneth) gadis kecil berumur lebih kurang dari 7 tahun. Anak tertua dari pasangan Tati dan Jupri Hutarja dan kakak dari Teresa Nadia Gonardi. Lebih dari 2 tahun ini Aneth menghabiskan masa kanak-kanaknya mulai di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk yang ditangani oleh Dr. Bondan, masa dimana anak-anak seumur dia sedang bermain dan belajar, Aneth melalui masanya dengan para dokter dan suster serta keluarga dekatnya, mengikuti sesi-sesi pengobatan yang bagi orang dewasapun itu sakit luar biasa, setiap sesi dengan obat-obatan dan jarum suntik dan infusan. Air mata sudah tidak terhitung lagi banyaknya. Berawal pada tanggal 22 Juni 2009, Aneth didiagnosa menderita Leukimia atau Kanker Darah dan diharuskan menjalani Kemoterapi selama 6 bulan di Rumah Sakit. Disamping itu Aneth juga terkena infeksi pada saluran Buang Air Besar dan bocor ke arah saluran Buang Air Kecil-nya. Jadi saat itu selain untuk mengobati Leukimianya, kelainan pada saluran Buang Air Besarnya harus segera diatasi, jadi Aneth harus menggunakan Kantong Kolostomi seumur hidupnya. Puji Tuhan, 23 Desember 2009, Aneth dinyatakan sembuh dari Leukimia tetapi tidak pada saluran Buang Air Besarnya, tetapi itu tidak mengurangi keceriaannya karena bisa pulang dan bermain bersama adiknya, Tere. 1 tahun 6 bulan kemudian, tepatnya tanggal 22 Juli 2011, beberapa hari Aneth baru masuk sekolah, Aneth dinyatakan relaps / kambuh lagi dengan jenis Leukimia yang lebih ganas. Dan dokter di Jakarta menyarankan untuk jalan keluarnya, Aneth harus transplantasi sumsum tulang belakang di Singapura yang paling terdekat. Dan donor yang bisa dan cocok untuk itu adalah adiknya TERE setelah melalui test HLA. Dan Aneth di rawat di Rumah Sakit NUH dan ditangani oleh Prof. Allen dan Dr. Miriam Santiago Kimpo. Dan Aneth dijadwalkan untuk transplantasi itu bulan Februari 2012. Tetapi Aneth terserang infeksi pada prot di dadanya, dan ada virus didalam darahnya yang menjalar ke matanya. Sampai saat ini, Aneth masih mendapat perawatan antivirus dalam darah dan mata. Pengobatan virus dalam mata itu dilakukan dengan cara menyuntikkan obat melalui bola matanya yang putih (dengan dibius). Karena infeksi itu Aneth harus dirawat selama dua bulan, yang menghabiskan biaya yang sangat besar, semua harta benda sudah habis terjual untuk pengobatan Aneth sejak tahun 2009, tetapi masih ada bantuan dari donatur yang menjanjikan akan membantu pengobatan Aneth selama di Singapura. Tetapi ditengah perjalanan sesi pengobatan ini, donatur itu menghentikan bantuan sama sekali, sehingga biaya pengobatan Aneth ini menjadi luar biasa mahalnya dan mereka tidak mampu membayarnya karena sudah tidak punya apa-apa lagi. Itu sebesar S$ 87.000 (belum termasuk biaya berjalan untuk penyuntikan antivirus) [caption id="attachment_197131" align="aligncenter" width="300" caption="Aneth Pertama Kali di RS"][/caption] Tanggal 28 Mei 2012, ke dua orang tua Aneth, diberitahu oleh pihak Rumah Sakit, kalau Aneth sudah bisa ditransplantasi sumsum tulang belakang 3 - 4 minggu lagi, tetapi mereka diharuskan melunasi seluruh tagihan yang masih ada, karena Rumah Sakit tidak akan melakukan persiapan apapun terkait dengan rencana transplantasi ini. Mereka sudah minta keringanan kepada pihak Rumah Sakit untuk mencicil tagihan itu, tetapi pihak Rumah Sakit tidak mengabulkan permohonan mereka. Mereka meminta bantuan kepada keluarga, teman, tetapi karena biayanya luar biasa besarnya, sampai saat ini rencana itu belum bisa diatasi. Dan akhirnya aku mendengar berita ini, dan melakukan kontak dengan Tati, yang akhirnya, mereka suami istri ini mengirimkan email untuk meminta bantuan melunasi biaya pengobatan Aneth tersebut. Karena mereka sudah mendapatkan donatur yang akan membantu biaya transplantasi sumsum tulang belakang sebesar 2 milyar itu dari Yayasan Budha Tzu Chi Jakarta. Tuhanku, aku bisa rasakan penderitaannya yang luar biasa, aku yang bukan ibunya saja sedih luar biasa, apalagi ke dua orang tuanya terutama Tati, ibunya yang selalu mendampingi Aneth dari waktu ke waktu. Perasaannya pasti hancur dan remuk redam setiap melewati sesi yang menyakitkan dan itu pasti akan dirasakan oleh perempuan-perempuan lain yang anaknya menderita sakit, kalau boleh memilih pasti mau mengambil alih penyakit itu supaya buah hati itu tidak menderita berkepanjangan. Anak baru panas dan batuk saja, ibu bisa resah dan gelisah apalagi yang dialami oleh Aneth, Tati mungkin akan menyerahkan hidupnya kalau dia bisa menukarnya.Perempuan terutama yang punya anak, pasti akan merasakan keterpurukan seperti yang dialami Tati saat ini. Istilahnya kepala bisa jadi kaki atau kaki jadi kepala. Apapun akan dia lakukan asalkan penderitaan Aneth ini bisa berkurang. Sampai dia harus hidup terpisah dengan suami dan anak keduanya yang juga butuh perhatian dan kasih sayang, tetapi Tere seorang adik yang luar biasa juga, dia tidak rewel dan dia tidak menuntut dengan perhatian ibunya yang lebih tercurah untuk Aneth. Apalagi sekarang Tati dan Aneth tidak bisa pulang sebelum melunasi biaya rumah sakit ini. Mereka sampai berpikir untuk minta kepada pihak Yayasan Budha Tzu Chi untuk melunasi hutang rumah sakit itu dengan kompensasi dibatalkannya transplantasi sumsum tulang belakang itu. Mereka sudah pasrah, apapun akan mereka lakukan resikonya, jika memang Aneth tidak bisa diobati dan harus pulang ke Indonesia. [caption id="attachment_197133" align="aligncenter" width="300" caption="Aneth mengeluh sakit pada saluran babnya"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H