Mohon tunggu...
Lydia Avry Inayah
Lydia Avry Inayah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Online Learning Communication Science '17

a flight attendant, a student, and full time mother.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Etika pada Film Schindler's List

22 Juli 2022   03:48 Diperbarui: 22 Juli 2022   03:53 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Utilitarianisme memang tidak mampu menampung sejumlah keyakinan moral umum seperti berperilaku jujur. Namun utilitarianisme dapat menjustifikasi tindakan Oskar. Apa yang penting bagi sudut pandang utilitarian bukanlah kita selalu melakukan hal baik, tapi saat kita memberikan konsekuensi yang terbaik.

Apakah etika deontologis (non-konsekuensialis) cocok untuk menilai Tindakan Oskar (menyogok tapi menyelamatkan)?

Etika deontologis yang dipelopori oleh Immanuel Kant bertolak dari perintah-perintah moral yang telah ada di kehidupan sehari-hari manusia. Contohnya seperti keharusan untuk jujur dan larangan untuk mencuri. 

Perintah moral yang sifatnya absolut dalam arti terdapat keharusan mematuhi larangan apapun konsekuensinya, menguntungkan atau tidak, dan baik atau tidak. Etika deontologis mewajibkan kita untuk selalu melakukan kewajiban moral. 

Jika kita melakukan suatu tindakan bukan berdasarkan pada ketaatan pada kewajiban moral itu, maka bukanlah termasuk tindakan yang baik. Kant mengkategorikan dua perbedaan imperatif pada etika deontologis, yaitu imperatif-hipotesis dan imperatif-kategoris. 

Kata "imperatif" dalam konteks ini berarti perintah. Namun, tidak seperti kebanyakan perintah lain, yang biasanya datang dari orang yang berkuasa, perintah ini datang dari dalam diri manusia sendiri (reasoning) (Kranak, 2019). Namun, mereka berfungsi dengan cara yang sama: mereka adalah perintah untuk melakukan tindakan tertentu. 

Kategori imperatif-hipotesis memiliki sifat dependen dan pengandaian seperti "jika kita ingin A maka kita harus melakukan B" sedangkan kategori imperatif-kategori merupakan perintah mutlak tanpa kecuali, seperti "jangan berbohong".

Menurut Kant, kita hanya boleh bertindak menurut prinsip yang dapat sekaligus kita inginkan menjadi hukum universal. Jika tindakan yang kita lakukan dapat diterapkan pada semua orang, maka tindakan itu dapat kita lakukan. 

Hal ini disebut prinsip universalitas. Prinsip ini digunakan sebagai cara untuk menguji apakah kewajiban itu bersifat moral atau tidak. Kita harus dapat mengandaikan apabila seluruh orang di dunia melakukan tindakan yang sama. Jika tidak bisa, maka tindakan itu tidak lolos uji universalisasi.

Pada kasus ini, kita dapat melihat bahwa Oskar berbohong dan menyogok, lalu kita bayangkan jika semua orang di dunia berbohong dan menyogok. 

Apa yang akan terjadi saat semua orang di seluruh tidak ada lagi orang yang berkata jujur? Tentunya kata-kata manusia dan konsep 'bohong' dan 'jujur' menjadi tidak berarti. Hal ini disebut Kant sebagai kontradiksi konsep, sehingga tindakan ini tidak lolos uji universalisasi, dan kita tidak boleh berbohong. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun