Oskar Schindler adalah seorang Katolik, tetapi ia berbohong dan menyogok Nazi untuk mempekerjakan Yahudi di pabriknya. Bagaimana kita menilai perbuatan Oskar secara etis?
Â
Setelah menonton film Schindler's List, kita semua setuju bahwa pada awalnya Oskar Schindler digambarkan sebagai orang yang tidak terlalu peduli pada situasi yang terjadi pada perang dunia kedua.Â
Oskar hanyalah seorang anggota partai Nazi yang mencari peluang untuk menambah kekayaannya dalam situasi perang. Ia melakukan segala cara untuk mengkapitalisasi dan mewujudkan mimpinya untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya, termasuk berbohong pada Yahudi yang memiliki modal, dan menyogok anggota Nazi agar ia dapat dengan leluasa membangun pabrik enamel. Ia belum menyadari kekejaman dan tragedi yang ditimbulkan oleh Nazi, dan tidak melakukan apapun untuk menyelamatkan para Yahudi.
Pada saat itu orang Yahudi dibagi menjadi pekerja 'esensial' yang akan diberi kerja paksa dan 'non esensial' yang akan dipindahkan ke kamp konsentrasi. Stern mempekerjakan para Yahudi yang dianggap 'non esensial' dan mengubah mereka menjadi pekerja 'esensial' sebagai upaya menyelamatkan sesamanya.Â
Awalnya Schindler marah mengetahui hal ini, namun saat ia menyaksikan dengan kedua matanya sendiri Nazi membantai ratusan Yahudi di jalanan, ia menyadari bahwa ia tidak bisa tinggal diam. Ia melihat seorang anak perempuan kecil bermantel merah yang berkeliaran sendirian.Â
Hal ini menyadarkan pemikiran etisnya dan menjadi sebuah problema etis. Menjadikan titik balik kehidupan Oskar dan ia bersumpah untuk menyelamatkan sebanyak mungkin orang Yahudi.
Schindler terus bersosialisasi, berbohong dan menyogok perwira Nazi untuk menjaga penampilannya, namun dibalik itu semua ia membangun kamp untuk menampung para Yahudi dan menghabiskan sebagian besar hartanya.Â
Ini adalah momen penting dalam film, saat Schindler benar-benar muncul sebagai pemimpin etis bagi para pekerja yang ia kenal dan pedulikan. Dia memilih untuk menghabiskan uangnya untuk "membeli" pekerjanya dengan kedok membuat peluru artileri untuk mengkapitalisasi perang. Dia mencoba meyakinkan pemilik bisnis lain untuk melakukan hal yang sama tetapi tidak berhasil.Â
'Daftar pekerja Schindler' atau Schindler's List merupakan pengakuan atas nilai para pekerja Yahudi tersebut sebagai manusia, bukan properti, sebuah langkah besar dalam evolusi semangat etika Schindler. Setelah Jerman kalah perang, Schindler yang masih menjadi anggota Nazi terpaksa meninggalkan pabriknya.Â
Sebelum ia pergi, para pekerjanya memberi surat yang menjelaskan apa yang telah Schindler lakukan untuk menyelamatkan mereka. Mereka juga menghadiahkannya cincin emas yang bertuliskan "Siapapun yang menyelamatkan satu nyawa, menyelamatkan satu dunia."