Mohon tunggu...
Lydia Kristiani
Lydia Kristiani Mohon Tunggu... Human Resources - Mengisi hari dengan bekerja di bidang sumber daya manusia

Selalu meluangkan waktu untuk menulis dan olahraga. Tidak perlu susah payah mencari hal yang bisa menyenangkan diri, cukup dengan membaca dan menikmati pemandangan alam yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Hubungan Cinta Bak Seiris Pizza

15 Mei 2023   07:20 Diperbarui: 15 Mei 2023   07:38 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Perenungan saya ini bermula dari aktivitas mengisi perut dengan seiris pizza. Tentu mengisinya hanya untuk sesaat, karena pizzanya tidak satu loyang meski irisannya cukup besar. Saya memilih topping yang jarang ditemukan di tempat lain, yaitu macaroni and cheese. Saat melihatnya, air liur langsung terbit karena mozzarella yang berlimpah, taburan makaroni berwarna oranye dan irisan daging yang tersebar. Saya tidak sabar untuk melahapnya dan apa rasanya? Kenyang memang, dan pengalaman makan pizza ini akhirnya malah mengingatkan saya akan kehidupan percintaan. 

Ternyata pizza yang saya pikir akan terasa nendang di lidah, malah rasanya cukup hambar. Saya katakan cukup karena tidak hambar total, masih ada sedikit gurih dari keju dan asinnya daging. Ini seperti tahap awal saat saya mengenal lawan jenis yang bagi saya menarik. 

Mulanya tentu saja yang terlihat adalah banyak hal positif, namanya juga lagi kesengsem. Nyaris tidak ada jeleknya si pangeran berkuda ini. Bak topping pizza, yang muncul di otak saya bayangan betapa sempurnanya orang ini, karena belum kenal lebih dalam. Tapi setelah kenal dalam segala situasi, keluar sifat buruknya, baru tahu aslinya seperti apa. Rasanya tidak segurih, tidak selezat bayangan saya. Benar kata Dorce Gamalama, kesempurnaan hanya milik Allah! 

Melihat pizza dari kejauhan juga lazimnya akan segera menarik perhatian karena warna-warninya yang semarak. Ada hijau dari paprika, kuning dari nanas, putih dari bawang bombay, merah kecoklatan dari daging, dan banyak lagi tergantung jenis apa yang saya lihat. Dalam kehidupan percintaan, seringkali saya membandingkan dengan kehidupan pasangan lain. Apalagi di jaman media sosial jadi etalase pameran, public display affection gampang dicari dan bukan dominasi anak abege lagi. 

Kelihatannya hidup orang lain lebih berwarna dari saya seperti pepatah rumput tetangga selalu lebih hijau, walau mereka bukanlah tetangga saya. Tapi untunglah ada dua sisi media sosial, sarana pamer dan sumbernya nasehat-nasehat bijak. Maka saya pun mendapati nasehat bahwa apa yang terlihat di permukaan belum tentu realitanya seperti itu. Dunia tipu-tipu, hanya pribadi masing-masing yang paham situasi yang sesungguhnya, jadi tidak perlu iri. Begitulah kira-kira. 

Kalau tadi dilihat dari jauh, sekarang dilihat dari dekat. Setiap elemen dalam pizza akan menciptakan rasa masing-masing. Gurihnya keju akan berbeda dengan gurih daging, pedasnya paprika akan berbeda dengan aromatiknya bawang bombay. 

Semuanya lalu bersatu padu bak pasukan Avengers dengan satu tujuan, memikat lidah si pelahap. Demikian juga dalam hubungan sepasang manusia. Tidak ada orang yang sama persis dan selalu ada perbedaan ketika sudah saling mengenal. Ini wajar dan seperti elemen dalam pizza, perbedaan-perbedaan jika dikelola dengan baik, bisa saling melengkapi. Mungkin ada bagian yang justru menghasilkan rasa yang tidak enak dan jika ini terjadi, bolehlah dievaluasi dengan introspeksi diri. Tidak mudah menghasilkan rasa yang nikmat alias perpaduan yang serasi. Tapi sekali sudah ketemu resepnya, bisa menjadikan kehidupan terasa lebih nikmat dan nyaman. 

Saya juga menemukan hal yang menarik dari pizza yang saat itu dibeli. Beda dengan pizza lainnya, kali ini roti di tepi pizzanya tidak keras. Dari tidak yakin bisa mengirisnya dengan pisau plastik, menjadi percaya diri bisa makan tanpa takut rotinya terbang ke meja sebelah. Rotinya lembut meski tetap garing padahal pizzanya sudah tidak panas lagi. Prasangka yang saya punya terhadap roti ini mengingatkan pada prasangka yang diberikan kepada orang lain. 

Susah melakukan nasehat don't judge a book by its cover karena saya seperti terlatih menilai dari pengalaman dan stereotipe di masyarakat. Mungkin saat melihat lawan jenis yang pendiam langsung dianggap judes, yang bukan satu suku langsung disematkan anggapan ini dan itu. Bisa jadi ada benarnya, tapi waktu mencoba mengulik, ternyata ada prasangka yang tidak terbukti. Ternyata orangnya lembut walau tampak keras, wajah Rambo tapi hati Hello Kitty. Sama bukan seperti roti pizza itu? 

Akhirnya, renungan ini kembali pada porsi pizza. Saya hanya beli seiris dengan pikiran setelah itu saya akan makan besar pakai nasi dan lauk. Irisannya besar tapi saya tidak sangka ternyata kenyangnya lama, dan bisa membuat saya tidak makan nasi lagi. 

Cukup takjub dan merasa uang jajan tidak terbuang percuma. Bagi saya, ini mirip dengan kehidupan cinta saya yang kadang saya berpikir kok begini-begini saja, apakah ada yang kurang? Namun setelah saya perhatikan lagi, sebenarnya hubungan ini sudah memuaskan dan membuat saya merasa aman dan nyaman. Apakah saya mau menggantikan hubungan ini dengan yang lain? Tentu tidak, karena memang saya tidak butuh drama dalam percintaan atau harta berlebih. Saya jadi belajar arti kata cukup dan secure sebab dimana ada keduanya, maka ada hubungan yang stabil. 

Begitulah sekilas perenungan antara kisah cinta dan pizza yang sama-sama punya saya. Sampai jumpa lagi di waktu mendatang ketika inspirasi cocokologi lainnya muncul. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun