Mohon tunggu...
Lyana Frans
Lyana Frans Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Social Media Blogger

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Surat untuk Veronica Tan, ''True Love Only Happens Once''

9 Januari 2018   19:05 Diperbarui: 9 Januari 2018   19:07 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bukan rahasia umum lagi kalau sejak kemarin-kemarin sudah rame sejak beredarnya berita Ahok menggugat istrinya untuk bercerai, dan juga beredar isu kalau istri Pak Ahok terlibat cinta segitiga yang menurut gosip-gosip (Instagram Lambe Turah, Facebook, Whatsapp, Warta Kota, Forum Detik, Kaskus dkk) berlangsung sejak tahun 2010. 

Disana dikabarkan juga bahwa si Ahok ini sudah menyadari perubahan sikap istrinya 8 tahun lalu dan berusaha untuk memperbaiki rumah tangganya. Istrinya yang dulu waktu usia 19 tahun imut-imut dinikahinya, sekarang sudah berubah menjadi lebih dewasa. 

Mungkin bukan juga istri saja dan bukan hanya berubah menjadi dewasa saja, namun juga yang pada kenyataannya semua orang berubah dengan waktu, dan hanya satu tetap sama yaitu cinta lama, cinta sejati. Sayangnya cinta sejati Veronica kelihatannya memang benar-benar bukan di tangan Ahok. Saatnya move on!

Ahok sudah benar dengan sudah berusaha memediasi via pendeta dan Veronica juga tidak salah untuk tidak merubah atau memperbaiki apapun. Karena hati manusia siapa yang tahu. Kelihatannya sang istri memang menikah di usia yang terlampau muda, dan Ahok juga sudah terlanjur memaksakan diri untuk berusaha memperbaiki sesuatu yang mungkin sama sekali tidak rusak. Don't fix something which isn't broken.

Saya sendiri seorang yang besar di luar negeri di sebuah negara barat dimana kedudukan wanita dan pria setara. Kadang miris melihat budaya Indonesia dimana hubungan suami istri dianggap bahwa istri harus patuh atau suami harus patuh, anak-anak mesti begini atau begitu. Pernah di wawancara youtube dengan stasiun radio di rumahnya, Veronica  bilang kalau di rumah, Ahok harus tunduk pada dia, sedangkan di luar rumah sebaliknya, atau anak-anaknya harus tunduk sebelum usia 17 tahun dengan belajar gitar / violine dll. Di negara barat, hidup kadang berjalan bagaikan bola liar. 

Tidak seorang pun tahu apa yang terjadi, atau akan terjadi. Dan sama sekali tidak perlu menyesal atau disesali apabila hubungan atau rumah tangga tidak berjalan mulus. Bukan sesuatu yang tidak normal, apabila perselingkuhan terjadi.

Masalahnya mungkin satu karena Ahok adalah figur publik dan mantan pejabat publik, sehingga mungkin di kebanyakan masyarakat Indonesia yang masih konservatif, tradisional atau mungkin kata kasarnya sepertinya memiliki peradaban yang tertinggal 50 tahun dibanding negara-negara maju, yang kebanyakan masih belum dapat menerima apabila ada seorang pemimpin atau eks pemimpin tidak mampu memiliki hubungan rumah tangga yang harmonis. 

Sehingga sebagian orang beranggapan "Bagaimana mau memimpin DKI, memimpin rumah tangga saja tidak mampu, huh.", dan sebagian lain tenang-tenang saja. Anehnya, di luar negeri tidak demikian halnya, karena masyarakat kebanyakan sudah dapat memisahkan urusan pribadi dengan urusan profesional, sehingga tidak ada kaitan antara urusan memimpin dengan urusan rumah tangga sang pemimpin. Lain halnya apabila sang pemimpin bertindak asusila seperti memiliki affair ketika memang sedang menjabat.

Kalau bercerai anak-anak akan menjadi korban. Ini juga kalau asumsinya  yang saya perhatikan di negara kita seperti ini. Di negara-negara maju mungkin perceraian adalah sesuatu hal yang lumrah dan sudah sering terjadi sejak berakhirnya perang dunia 2, sejak kedudukan wanita dan lelaki menjadi sederajat. Saking seringnya terjadi, anak-anak tidak selalu menjadi korban. 

Cukup banyak teman saya juga dari keluarga yang bercerai. Bercerai bukan berarti harus selalu akhirnya jadi anak-anak dari broken home. Bahkan banyak anak memilih tidak mau memiliki ayah atau ibu karena hidup kadang berjalan indah seperti apa adanya. Tapi mungkin lain ladang lain belalang, di Indonesia mungkin hanya perlu dibiasakan. Mungkin ya, karena saya bukan ahli konsultasi masalah keluarga.

Kembali ke perceraian Ahok dan Veronica, apa yang akan saya lakukan sebagai Veronica Tan dengan menyadari bahwa saya hidup di masyarakat yang emosional yang sedikit banyak tertinggal dibanding negara maju misalnya ? Apa saya akan kembali bermediasi dengan Ahok dan berpura-pura bahagia ? Ataukah saya lebih baik hidup bahagia bersama PIL saya ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun