Mohon tunggu...
Lya Munawaroh
Lya Munawaroh Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Suka bertualang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengejar Senja di Pantai Panduri Tuban

10 Februari 2024   11:20 Diperbarui: 10 Februari 2024   11:30 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana camping ground di Pantai Panduri saat malam hari/Dok. Pribadi/Lya Munawaroh

Sudah cukup lama foto dan video sebuah pantai di Tuban berseliweran di beranda instagramku. Foto dan video tersebut menampilkan panorama matahari yang perlahan merambat menuju horizon cakrawala dengan memancarkan warna jingga yang hangat. Cahayanya memantul pada permukaan air laut, menimbulkan kilauan indah di atas air berombak. Pantai yang bernama Pantai Panduri ini memang sudah viral di sosial media beberapa waktu lalu.

Melihat pemandangan senja itu, dalam hatiku langsung terbersit keinginan berkunjung ke sana. Beberapa kali aku merencanakan pergi ke sana dengan teman, tetapi tak kunjung terealisasi karena berbagai kesibukan. Hingga pada akhirnya suatu pagi temanku berkeluh di grup WA kalau ia sedang senggang dan ingin jalan-jalan.

“Info dolan bolo!” (info jalan-jalan kawan!) begitu tulisnya.

“Mantai yuk, ke Pantai Panduri!” ajakku.

Dari situlah perjalanan kami mengejar senja ini bermula. Awalnya kami berencana tidak mau berangkat terlalu sore, pukul 16.00 WIB aku akan menjemput temanku dan langsung berangkat, begitulah kesepakatan kami. Namun, apa daya kebiasaan jam karet yang masih melekat, malah molor jadi pukul 17.20 WIB kami baru berangkat.

Perjalanan ke Pantai Panduri

Kami berkendara melintasi Jalan Raya Pantura Tuban – Semarang yang ramai dengan kendaraan besar. Ternyata perjalanan ke Pantai Panduri cukup lama, atau mungkin hanya perasaanku saja karena tidak sabar ingin cepat sampai. Di sepanjang perjalanan, aku terus memandang ke sudut barat daya, yang menampakkan sang surya perlahan bergerak menuju ke peraduannya. “Yaah, jangan dulu tenggelam dong matahari, aku belum sampai di Pantai Panduri,” harapku dalam hati.

Tak lama sayup-sayup kudengar kumandang adzan maghrib. Perlahan di ujung sana matahari makin tak nampak. “Waduh, mataharinya udah tenggelam,” gumamku.

“Kurang berapa kilo lagi ?” tanya temanku.

“Dua kilo lagi, nanti 500 meter di depan belok kanan,” jawabku sekaligus memberi arahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun