"Hilal Telah Tampak!" Teriak Dodhi mengejutkan seisi ruangan.
"Husshhh.... Kalo tidak bisa tenang, silakan menunggu di luar saja pak!" Teriak salah satu orang yang lain.
"Alhamdulillah..." Batin Anna dalam hati. Â Seketika Anna pun diam tanpa ada reaksi.
"Ibu.... kenapa diam? Belum keluar, baru tampak" Ujar Bidan Dina menyemangati.
"Hufftt....aarggh...." Anna pun berteriak
"Ibu.... Jangan teriak, jangan dipejam matanya... Ayok, sedikit lagi"
Anna pun mulai mengedan kencang, nyatanya belum ada perubahan.
"Haduh bagaimana ini? Ibu, kalau begini, kita ambil tindakan lain ya? Itu masuk lagi" Bidan Dina mulai panik
"Sayaangg.... Hilal kita tadi sudah tampak, ayo sayang...huuu....haaaa....huuu....haaa..." Dodi memberi contoh cara mengatur napas.
Suasana di dalam ruangan kamar terasa mulai panas.  Kamar berukuran 3x4 penuh dengan beberapa orang yang berharap hilal muncul hari itu.  Satu kipas angin sepertinya tidak cukup memberikan angin  segar untuk semua orang, terutama Anna yang makin terlihat lemas dengan keringat bercucuran. Â