Mohon tunggu...
Herlya Inda
Herlya Inda Mohon Tunggu... Administrasi - Momhomeschooler

I am the ordinary mom, love Kids, Playing, sometimes writing bout me & Kids activity and homeschooling. visit my blog at https://www.herlyaa.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Malamang, Bajamba hingga Balimau Menjelang Ramadan

18 Mei 2020   21:42 Diperbarui: 18 Mei 2020   21:43 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
malamang (pic: sumbar-antara news)

Sumatera Barat adalah salah satu propinsi di Sumatera dengan ibukotanya Padang.  Sumatera Barat terletak di sepanjang pesisir barat sumatera bagian tengah, dataran tinggi bukit barisan di sebelah timur dan beberapa pulau di lepas pantainya.  Dengan julukannya ranah Minang, bahasanya yaitu baso Minangkabau, dan orang-orangnya disebut rang Minang atau urang awak, Sumatera Barat memiliki banyak keistimewaan dan keunikan hingga ciri khas rendang yang terkenal di dunia sebagai makanan terenak nomor satu di dunia Versi UNESCO dan CNN.  

Bicara keunikan dan keistimewaan, bukan hanya rendang dan rumah gadang yang menjadi ciri khas Sumatera Barat.  Saat memasuki bulan Ramadan, ada beberapa hal yang biasanya dilakukan oleh masyarakat setempat.  

Malamang

Malamang adalah salah satu kebiasaan yang cukup dikenal di luar Sumatera Barat.   Malamang bisa diartikan dengan memasak lemang.  

malamang (pic: sumbar-antara news)
malamang (pic: sumbar-antara news)

Siapa coba yang tidak kenal dengan lemang? Lemang merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan putih dan santan yang dimasukkan ke dalam bambu.  Kemudian bambu di panggang di atas bara api.  Oh iya sebelumnya, bagian dalam bambu dialasi oleh daun pisang, karena nanti saat penyajiannya, beras ketan yang sudah masak tersebut terbungkus oleh daun pisang, tentu saja aroma daun pisang ikut membuat lemak beraroma wangi.  Setelah di potong-potong, lemang di santap dengan tapai ketan hitam.  Jujur saja, rasonyo lamak bana. Saya termasuk penggemar lemang, dengan syarat hasil lemangnya empuk dengan tapai ketan hitam yang pulen dan rasanya manis.  


Namun menurut informasi yang beredar, malamang sebenarnya bukan adat Minangkabau, tapi asal usulnya dibawa oleh ulama dari pariaman, salah satu daerah di Sumatera Barat bernama Syekh Burhanuddin yang rajin bersilaturahmi Dan menyiarkan agama Islam saat mengunjungi rumah penduduk. Lama kelamaan kegiatan malamang yang memiliki filosofi bergotong royong menjadi tradisi di saat memasuki bulan Ramadan dan hari besar keagamaan lainnya.

Bajamba hingga Balimau

Jika ditanya orang, saya orang Padang mana? Biasanya saya jawab, "Ambo rang Batang kapeh".  Jika diartikan ,"Saya orang Batang Kapas".  Ngakunya sih begitu, karena Minang menganut matrineal (alur garis keturunan Ibu), otomatis sayapun berhak menyandang bagian dari  daerah sana meskipun sebenarnya saya tidak pernah tinggal disana. Justru malah menetap dan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) kota Sawahlunto yang terletak di bagian timur laut dari kota Padang.

Sawahlunto, kota bapaga kawek baduri, sebuah kota kecil yang lebih dikenal dengan sebutan kota kuali, kota tambang batubara dan Hongkong diwaktu malam,  berkembang menjadi kota wisata tua multi etnik hingga menjadi salah satu kota tua terbaik di Indonesia memiliki tradisi Bajamba ketika waktu mulai mendekati bulan Ramadan.  

Bajamba jika dipisahkan berdasarkan katanya menjadi ba yang artinya bersama dan jamba yang artinya dulang.  Jadi Bajamba artinya makan bersama di satu dulang atau wadah.

Makan bajamba adalah tradisi makan bersama yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau pada umumnya. Tradisi ini digelar ketika ada upacara adat atau keagamaan. Bajamba sendiri artinya makan bersama dalam satu wadah.  Makan Bajamba juga sering dikenal dengan makan barapak dan makan baronjong.  Yang membuat istilah ini sedikit berbeda adalah lokasi tempat mengadakannya apakah di dalam, diluar rumah gadang atau di lapangan.

makan bajamba (pic : info Sumbar) 
makan bajamba (pic : info Sumbar) 

Jumlah orang yang makan dalam satu wadah cukup variatif, biasanya terdiri dari lima hingga tujuh orang.  Yang membedakan dari setiap daerah adalah jenis makanan khas yang turut dihidangkan, selain makanan apa saja yang dapat disandingkan dengan nasi.  Di Sawahlunto, terkenal beberapa jenis makanan yang diunggulkan. 

 Ada Randang boluik (rendang belut), lomang tungkek (tepung beras dimasak dengan santan dan gula aren dibungkus daun pisang diikat seperti pocong), gulai alam talanjao (gulai ayam dengan daun talanjao), asam padeh ayam kampuang (asam pedes ayam kampung), pinyaram putiah (kue cucur khas Minang), pongek lapuak ayam kampung (ayam kampung lengket dan lapuk/dimasak lama) dan masih banyak lagi.  Kebayang kan betapa nikmatnya makanan tersebut, hehee..

Tradisi makan bajamba bertujuan untuk memupuk persaudaraan dan kebersamaan tanpa memandang status sosial.  Semua kalangan saling menyatu menikmati hidangan, namun Bajamba bukan hanya tentang makan bersama kemudian selesai.  Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaannya.

Makan Bajamba tetaplah menjunjung tinggi sopan santun. Orang yang paling tua didulukan sejak awal cuci tangan dan menyantap makanan, pun setelah selesai makan, yang lebih muda tidak boleh mendahului meskipun sudah selesai makan sekalipun dibandingkan dengan yang usianya lebih tua.

Saat makan semua kelompok dilarang rebutan sekalipun perut meronta.  Makan dengan tenang dan perlahan dan dilarang bersendawa atau batuk. Jika terpaksa, harus segera menoleh ke belakang dan menutup mulut dengan punggung tangan.  Bukannya apa-apa sih, karena makan bajamba, duduknya saling berdekatan dan memperhatikan adab sopan santun.  

Oia hal yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana cara memasukkan makanan tersebut ke dalam mulut.  Makanan diambil sesuap dengan tangan kanan, ditambahkan sedikit lauk, kemudian dilempar dengan jarak dekat, bukan mengulum atau memasukkan tangan ke dalam mulut.  Sementara tangan kiri berada dibawahnya untuk menghindari tercecer nasi yang jatuh saat melempar. 

Jika ada nasi yang terjatuh di tangan kiri, kemudian dipindahkan ke tangan kanan dan dimasukkan ke mulut dengan cara yang sama.  Tujuannya adalah agar tidak ada rasa jijik diantara satu dengan yang lain yang makan dalam wadah bersama.  Sulit? Tidak juga.  Kuncinya adalah ambil nasi dengan tiga jari, sedikit menekan untuk menyatukannya, dan tentu saja mengambil sedikit demi sedikit :)

Posisi duduk saat makan juga perlu diperhatikan, dengan posisi tegap dan tidak membungkuk.  Bagi perempuan posisi kaki dalam keadaan bersimpuh (basimpuah) seperti duduk antara dua sujud ketika sholat.  Sementara untuk laki-laki, duduk bersila (baselo) dengan cara menyilangkan kedua kakinya ke depan.

Makanan yang dihidangkan tidak boleh ada sisa sedikitpun.  Wajib dihabiskan.  Makanan ludes disantap akan menyenangkan pihak tuan rumah.  Jikalau makanan dirasa ada yang kurang, cukup diam, dilarang mengumpat atau protes.  

Sebelum proses makan bersama dimulai, biasanya ada rangkaian acara yang digelar berupa pembacaan ayat suci Al-Qur'an kemudian dilanjutkan dengan tradisi pepatah petitih yaitu saling berbalas pantun tentunya menggunakan bahasa minang.  Meskipun pantunnya sederhana, namun maknanya sangat dalam.  Pantun berisi ucapan selamat datang dan menikmati sajian, berbalas dengan ucapan terimakasih telah disambut.  Saat makan bajamba selesai, pantun berbalas sebagai penutup pun dilakukan menandakan prosesi sudah selesai.

Sayapun jadi ingat saat makanan sudah bersih tandas, namun yang lebih tua sepertinya belum memulai untuk cuci tangan, lirik-lirikan pun terjadi di antara kami yang makan dalam wadah yang sama, perut sudah kenyang akhirnya mengambil kue penutup dan memakannya segigit-segigit kecil untuk mengulur waktu yang tua-tua menyelesaikan prosesi cuci tangan.

Berbeda dengan Bajamba, Balimau merupakan kebiasaan sebelum Ramadan dengan tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang dikalangan masyarakat Minangkabau pada kawasan memiliki aliran sungai dan tempat pemandian.

Balimau (pic: okezone) 
Balimau (pic: okezone) 

Latar belakangnya adalah membersihkan lahir batin yaitu menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa.  Mengapa jeruk nipis? Dimasa dulu, beberapa wilayah Minangkabau tidak setiap orang memiliki sabun untuk mandi, limau (jeruk nipis) dipercaya dapat melarutkan minyak atau keringat dibadan.

Meskipun tradisi Balimau melarang perempuan mandi bersama di sungai agar tidak bercampur dengan lelaki dan dapat melakukannya sendiri di sumur, perkembangannya saat ini sudah mulai menyalahi.  Tradisi saat inilah yang sudah tidak sesuai dengan syariat Islam, hmm...sangat disayangkan.

Oia daripada saling meyalahkan, ada pantun buat dunsanak sekalian sebagai penutup.

Tagigik lidah talapeh kecek
Tasingguang hati alun ta ubek
La banyak salah nan lah tabuek
Khilaf nan lamo usah di ingek
Salah nan baru jaan la di upek
Dek bulan Ramadan ampia barakhir
Barikan maaf walau saketek
Mohon maaf lahir dan batin

Kompasianer Palembang (fb kompal)
Kompasianer Palembang (fb kompal)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun