Sebelum proses makan bersama dimulai, biasanya ada rangkaian acara yang digelar berupa pembacaan ayat suci Al-Qur'an kemudian dilanjutkan dengan tradisi pepatah petitih yaitu saling berbalas pantun tentunya menggunakan bahasa minang. Â Meskipun pantunnya sederhana, namun maknanya sangat dalam. Â Pantun berisi ucapan selamat datang dan menikmati sajian, berbalas dengan ucapan terimakasih telah disambut. Â Saat makan bajamba selesai, pantun berbalas sebagai penutup pun dilakukan menandakan prosesi sudah selesai.
Sayapun jadi ingat saat makanan sudah bersih tandas, namun yang lebih tua sepertinya belum memulai untuk cuci tangan, lirik-lirikan pun terjadi di antara kami yang makan dalam wadah yang sama, perut sudah kenyang akhirnya mengambil kue penutup dan memakannya segigit-segigit kecil untuk mengulur waktu yang tua-tua menyelesaikan prosesi cuci tangan.
Berbeda dengan Bajamba, Balimau merupakan kebiasaan sebelum Ramadan dengan tradisi mandi menggunakan jeruk nipis yang berkembang dikalangan masyarakat Minangkabau pada kawasan memiliki aliran sungai dan tempat pemandian.
Latar belakangnya adalah membersihkan lahir batin yaitu menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Â Mengapa jeruk nipis? Dimasa dulu, beberapa wilayah Minangkabau tidak setiap orang memiliki sabun untuk mandi, limau (jeruk nipis) dipercaya dapat melarutkan minyak atau keringat dibadan.
Meskipun tradisi Balimau melarang perempuan mandi bersama di sungai agar tidak bercampur dengan lelaki dan dapat melakukannya sendiri di sumur, perkembangannya saat ini sudah mulai menyalahi. Â Tradisi saat inilah yang sudah tidak sesuai dengan syariat Islam, hmm...sangat disayangkan.
Oia daripada saling meyalahkan, ada pantun buat dunsanak sekalian sebagai penutup.
Tagigik lidah talapeh kecek
Tasingguang hati alun ta ubek
La banyak salah nan lah tabuek
Khilaf nan lamo usah di ingek
Salah nan baru jaan la di upek
Dek bulan Ramadan ampia barakhir
Barikan maaf walau saketek
Mohon maaf lahir dan batin