Dibukanya kembali moda transportasi oleh Kementerian Perhubungan beberapa waktu lalu, menyulut banyak pendapat mengenai ketidakkonsistenan pemerintah dalam menerapkan aturan larangan mudik yang dilancarkan akhir April lalu terutama berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020 (Permenhub 25/2020) tentang Pengendalian Transportasi Selama Musim Mudik Idul Fitri 1441 H dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19.
Penetapan Permenhub tersebut terutama pada pasal 1 ayat 2 dan pasal 3 khususnya pelarangan sementara penggunaan sarana pengangkut penumpang untuk kegiatan mudik lebaran 2020. Â
Nyatanya dalam penjelasannya pihak terkait, pembukaan moda transportasi tersebut bertujuan untuk kelancaran sistem perekonomian negara agar arus distribusi barang dari dan ke masih dapat berlangsung dengan baik.
Tapi siapa sangka dalam kondisi seperti ini, rupanya dimanfaatkan beberapa orang sebagai kesempatan untuk kucing-kucingan agar bisa mudik ke kampung halamannya. Â
Padahal ada beberapa aturan yang tertuang dalam Surat Edaran yang dikeluarkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 No. 4 Tahun 2020, bahwa mereka yang diijinkan untuk melakukan perjalanan daerah diantaranya adalah :
a. Perjalanan orang yang bekerja pada lembaga pemerintah atau swasta yang menyelenggarakan:
1. Pelayanan percepatan penanganan COVID-19
2. Pelayanan pertahanan, keamanan, dan ketertiban umum
3. Pelayanan kesehatan
4. Pelayanan kebutuhan dasar
5. Pelayanan pendukung layanan dasar
6. Pelayanan fungsi ekonomi penting.
b. Perjalanan pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan darurat atau perjalanan orang yang anggota keluarga intinya (orang tua, suami/istri, anak, saudara kandung) sakit keras atau meninggal.
c. Repatriasi Pekerja Migran Indonesia (PMI), Warga Negara Indonesia, dan pelajar/mahasiswa yang berada di luar negeri, serta pemulangan orang dengan alasan khusus oleh Pemerintah sampai ke darah asal, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tentu saja yang diijinkan tersebut memiliki surat resmi dan keterangan pendukung untuk memuluskan perjalanan keluar daerah tersebut.
Informasi lain yang perlu diketahui oleh masyarakat bahwa adanya sanksi tegas bagi yang melanggar bisa berupa sanksi ringan yaitu hanya meminta mereka untuk putar balik, atau sanksi denda dan penjara. Â
#MudikTetapDilarang
Begitulah tagar yang beredar di masyarakat untuk menjelaskan kondisi antara larangan mudik dan dibukanya kembali moda transportasi. Â Bahkan #mudikbawasengsara memberitahukan bahwa usaha melakukan mudik disaat ini bisa jadi membuatmu apes karena aturan ketat dan sanksi yang diberlakukan
"Haduh, tertahan lagi nih..., Udah kelamaan di sini, banyak kerjaan yang tertunda"
Ungkapan kakak kandung saya disaat perjalanan yang dilakukan awalnya berniat untuk sekedar silaturahmi sesaat sebelum terjadi PSBB dan larangan mudik, justru saat ini tertahan tidak bisa kembali ke kota domisilinya sendiri. Â Â
Beliau pun sesungguhnya mengalami kebingungan sementara di beberapa linimasa yang beredar ada yang bisa kembali ke kota asalnya.
Terlepas dari itu semua kejelasan mengenai pelarangan mudikpun ternyata masih menyisakan kegalauan banyak pihak.
Mudik Aman = Mudik Online
Mudik online, begitulah yang digaungkan sebagai solusi lanjutan dari pelarangan mudik. Â Mudik online terkesan mudah dan dapat dilakukan banyak pihak mengingat perkembangan teknologi provider saat ini berlangsung cukup cepat, dan semakin pesat sejak tagar #dirumahaja populer di masyarakat.
Semua kegiatan yang dilakukan dari berbagai bidang menggunakan fasilitas internet dalam membantu kemudahan berkomunikasi hingga menentukan keputusan penting saat #workfromhome diberlakukan. Â Namun apakah benar semudah itu?
Persiapan mudik online
Mudik fisik yang sudah menjadi tradisi kebanyakan kaum perantau bisa dibilang sudah mendarah daging bahkan diluar kepala. Â Meskipun saya sudah satu dekade tidak merasakan mudik saat lebaran, namun masih ingat dalam ingatan, mudik bukan hanya bawa fisik.
Meskipun perlengkapan dan pakaian bisa jadi ada di kota tujuan mudik, pemudik tetap harus menyiapkan bekal lain. Â Obat-obatan selama perjalanan hingga oleh-oleh untuk kerabat terdekat. Â Mental selama melakukan perjalanan jika jarak yang ditempuh cukup jauh, termasuk menjadi prioritas agar perjalanan mudik tetap terasa nyaman.
Bagaimana dengan mudik online? Apakah dengan memiliki smartphone sudah cukup mumpuni dalam melakukan mudik online? *Hohoho....tidak semudah itu ferguso. Â Beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan dan persiapan saat melakukan mudik online diantaranya adalah :
1. Kuota
Sediakan kuota yang cukup, layaknya amunisi dana untuk makan selama diperjalanan jika melakukan mudik fisik, atau seperti memberikan THR kepada keponakan-keponakan kecil yang ngantri menunggu giliran. Â Yup! Bukan tidak mungkin rasa rindu yang menyerang ditambah keinginan setiap anggota keluarga untuk saling bertatap mata dan bercerita banyak hal, tidak hanya bicara mohon maaf lahir batin, akan menyedot kuota, jika pembicaraan temu sapa dan temu kangen dilakukan berhari-hari hingga masa kerja kembali menghampiri.
2. Signal aman terkendali
Bayangkan ketika mudik fisik tertahan di tengah jalan karena ada kecelakaan tak diinginkan, atau macet yang tak bisa diprediksi? Begitupun mudik online. Â Disaat semua masyarakat se-Indonesia raya pada umumnya melakukan mudik online dengan waktu bersamaan, jaringan padat merayap dan akhirnya niat dan rencana bisa jadi terhalang atau ketika kata-kata menyejukkan hati penghilang rasa rindu terpaksa terpatahkan disaat ucapan, "Aku tidak kuat menahan rasa kangen," hanya terpotong kata tidaknya saja justru dapat menyakitkan hati, padahal ucapan maaf lahir batin baru saja terucap di bibir.
Bayangkan juga jika mudik fisik di daerah terpencil terhalang dengan jalan sempit, becek, licin, dan akhirnya bisa digapai dengan sedikit berjalan kaki kemudian sampai ke rumah emak yang sangat dirindukan, namun signal tidak memadai ternyata tidak menjangkau rumah emak terpencil dipelosok. Â Apakah yakin akan meminta emak untuk berjalan berkilo-kilo meter demi tatapan mata sambil mengungkapkan kalimat, "Aku kangen emak" dan emakpun lemas tak berdaya saat kembali pulang ke rumah tanpa ada yang mendampingi? Itupun jika emak punya smartphone apik, kalau hanya punya handphone biasa? Mudik online tanpa signal memadai seketika bisa ambyar seketika. Â Tapi paling tidak telepon biasa tanpa online dengan internet, semoga masih bisa memulihkan rasa kangen yang bertumpuk-tumpuk.
3. Aplikasi  dan waktu yang sama
Aplikasi video call saat ini sangat variatif dengan berbagai sisi positif dan negatif masing-masing. Â Sebut saja kapasitas jumlah orang yang dapat bergabung, berat atau tidaknya aplikasi hingga kemudahan dalam penggunaannya. Â Banyak aplikasi vidcall yang dapat dipilih berdasarkan kebutuhan masing-masing orang, diantaranya google duo, WhatsApp, imo, Facebook, zoom, skype dan lain sebagainya.
Jika mudik fisik tidak perlu bersamaan moda transportasi yang digunakan, misalnya anak pertama pulang naik kereta api, anak kedua naik pesawat, anak ketiga naik mobil pribadi, dan sebagainya. Â Hal tersebut tidak akan jadi masalah karena tujuannya tetap sama dan semuanya berkumpul dirumah emak yang sama. Â Namun bagaimana mudik online bisa terwujud jika setiap anak menggunakan aplikasi yang berbeda? Apakah emak juga harus meng-install aplikasi yang banyak demi menghubungi anak satu persatu? Pun jika dilakukan berbarengan semua anak berkumpul di videocall yang sama, rasanya tidak akan mungkin terjadi jika pemilihan aplikasi yang digunakan tidak kompak. Â Oleh karena itu samakan suara lebih baik menggunakan aplikasi apa, termasuk waktunya yang disesuaikan dengan bisanya emak biar tidak saling sikut dan akhirnya mohon maaf lahir batin harus diucapkan berkali-kali demi lebaran yang syahdu. Â Badewei emak bisa pakai aplikasinya juga gak ya? Nah..., Itu adalah hal yang jauh lebih penting. Â Pastikan juga tujuan yang akan dihubungi untuk video call gak gaptek dan paham dalam penggunaannya.
4. Layar terkembang
Layar dikembangkan, emangnya dipikir layar tancap? Bisa jadi. Â Satu hal yang saya ingat saat kecil saat mudik adalah ketika opa memanggil semua cucu-cucunya untuk berkumpul termasuk anak-anaknya, yang artinya orangtua kami semua untuk mendapatkan petatah petitih penuh kasih sayang. Â Kami semua saling merapat dan mendekat demi melihat raut muka opa dan gerak tubuhnya di saat berbicara.
Terkadang tetes air yang mengalir diujung matanya tanpa sadar, terlihat jelas oleh kami semua, menguatkan pesan pentingnya bagi kami mendarah daging. Â Yah...lebaran sarat emosi bisa jadi hadir di beberapa keluarga, salah satunya keluarga besar saya. Â
Terbayangkah ketika kakek dan nenek ingin menyampaikan pesan kepada semua anak-anak dan anggota keluarga menjadi tidak maksimal karena berebutan saling melihat layar kecil smartphone yang dipegang oleh ayah? Sebuah keluarga dengan jumlah anak-anak yang tidak sedikit, pun beranjak besar dan telah memiliki pasangan masing-masing, bahkan anak, mungkin?
Layar terkembang meskipun bersifat opsional dapat menjadi solusi disaat momen sejenis. Â Jika main game bisa dihubungkan dengan televisi demi tampilan dramatis dan luas.
Videocall mungkin bisa dilakukan juga, agar semua anggota keluarga dapat melihat dengan jelas kakek dan neneknya memberikan pesan tanpa saling dorong yang akhirnya pesan penuh manfaat dapat tersampaikan kepada anak dan cucu dengan baik dan jelas. Â
Pakai alat apa? Beberapa televisi yang sudah mendukung bisa jadi langsung dapat dipakai. Â Biasanya tandanya adalah memiliki colokan USB difisik televisi tersebut, namun jika tidak tersedia, bisa memanfaatkan alat tambahan.Â
Nah, bagaimana teknisnya dan seperti apa bentuknya, mungkin bisa di cari-cari sendiri. Â Hitung-hitung latihan memaksimalkan manfaat internet, hehee....
Jadi, apakah mudik tetap dilarang? Atau menjadi hal yang terlarang? Bagaimana dengan mudik membawa sengsara? Hmm...semoga solusi mudik online tidak jadi menyengsarakan ya?
Salam kompal,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H