Sementara hadang, permainannya adalah melewati lawan yang menghadang dengan kotak-kotak besarnya, hingga berhasil sampai ujung. Badus itu lebih seru lagi. Main kejar-kejaran.
Cara menangkap lawan dengan melempar bola kasti yang dibasahi lumpur. Kalau kena bola itu, selaij baju kotor, dijamin badan terasa linu, dan kita kalah. Semua permainan ketangkasan sekali main, bisa lupa waktu, Hehe...
Pernah suatu hari, permainan sangat imbang, sama-sama tidak ada yang mau mengalah atau berhenti. Sore itu suara Ustadz Zainuddin MZ sudah mulai membahana, hingga tidak terasa beduk adzan bertalu. Sontak saja kami semua langsung bubar.
Karena rumah aku cukup dekat dengan lapangan, tentu saja aku tidak secepat kilat teman-teman lainnya. Dengan sabar, aku menunggu teman-teman lain mengambil sendal masing-masing di kumpulan sendal di pojokan. Memang bermain permainan-permainan yang membutuhkan kecepatan, kami sering kali membuka sendal agar lebih gesit bergerak.
Setelah tidak ada lagi yang mengambil sendal, tentu saja harusnya tinggal sendal aku saja yang tersisa. Tapi, "Kemana ya sendal aku?"
Diantara perasan bingung dan takut dimarahin, aku mulai bolak-balik mencari di sekeliling. Daripada ketahuan sendal hilang, akupun berlari pulang ke rumah sebelum mama semakin marah.
Sesampainya di rumah, mama bicara kepadaku, "Kalau sudah dengar suara Zainuddin MZ bicara dari Masjid, pulanglah. Mandi belum, baju kotor lagi,".
Akupun diam mendengarkan daripada tambah lama kena omel, lagian memang bisa, Zainuddin MZ ngomong di setiap Masjid yang berbeda dengan waktu berbarengan? *Peace Ma..., Memang hanya Ustadz Zainuddin MZ yang tahu kapan saat buka puasa, Hehehe....
Saatnya mau pergi tarawih, hati mulai gusar. Sendal hilang, mosok mesti pergi sholat pakai sendal pesta, apalagi pakai sepatu sekolah, hahaha...
Akhirnya dengan kekuatan bulan, setelah mengenakan mukena, secepat kilat aku balik ke lapangan pakai sendal papa, sebelum beliau keburu berangkat ke Masjid. Ga nyangka, sendalnya nyangkut dekat pohon ga jauh dari tempat tumpukan sendal yang tadi. "Lho, kenapa tadi gak kelihatan ya?" Pikirku lega.