"Gimana mau sedekah, kerja aja enggak. Â Dulu mah mudah, tinggal buka dompet trus cus. Apalagi kalo sekarang, bakal semakin mudah, buka layar smartphone semua terselesaikan dengan satu jari. Â Tapi, uang darimana?"
Sedekah merupakan ungkapan yang seringkali terdengar dikalangan umat Islam. Â Sedekah yang berasal dari bahasa arab yaitu 'shadaqah' berarti kebenaran. Â Sedekah adalah harta atau bukan harta yang dikeluarkan oleh seseorang di luar zakat untuk kemashalatan umum.
Banyak ayat Al Qur'an yang menuliskan  tentang sedekah, diantaranya adalah Surat Al-Baqarah ayat 271, "Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu baik sekali. Dan jika kamu membantunya dan kamu memberikan kepada orang-orang fakir, maka tolong itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan memalingkan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu, dan Allah mengerti apa yang kamu kerjakan ".
Bahkan dikatakan, "Sedekah paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan." (HR At-Turmudzi dari Anas)
Lantas, apakah seorang istri notabene ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan tidak bisa bersedekah? Bagaimana dengan uang suami yang katanya milik istri? Pakai itu saja untuk bersedekah, gitu aja kok repot?!
Perbedaan memiliki pendapatan sendiri dengan mengatur pendapatan yang berasal dari suami untuk kebutuhan satu rumah, tentu tidak bisa disamakan. Â
Uang Istri memang benarlah milik istri, namun uang suami mungkin milik istri dan mungkin bukan milik istri. Â Uang suami yang menjadi milik istri adalah hak nafkah yang diterima istri, namun bukan berarti milik istri karena ada nafkah anak-anak di sana, kebutuhan satu keluarga, atau bisa jadi uang suami diluar keperluan nafkah. Â Karena suami juga memiliki hak atas kepemilikan uangnya. Â
Yaah... Mau sedekah kok ya sulit?
Dibicarakan bersama merupakan solusi paling mutakhir dalam mengelola uang di dalam rumah tangga dengan harapan dapat saling membantu mengatasi keuangan satu sama lain.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sedekah yang terbaik adalah yang dikeluarkan selebih keperluan, dan mulailah dari orang yang kamu tanggung." (HR. Bukhari)
Nah loh..., Bagaimana ini? Jika kebutuhan rumah tangga juga gak lebih-lebih banget?
Bersedekah dengan kondisi rumah tangga kekurangan, menanggung banyak utang, tidaklah menjadi hal yang diinginkan dari sedekah. Â
Utamanya menafkahi keluarga, dan membayar utang didulukan, kecuali jika memang sanggup bersabar dan mengalah meskipun benar-benar merasa sangat butuh.
Wah jadi ngerasa hitung-hitungan nih!?
Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Harta seorang hamba tidak akan berkurang karena shadaqah." (HR. Riwayat Tirmidzi, shahih)Â
Pembagian sedekah menurut Islam
Sesungguhnya di dalam Islam sedekah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Â Sedekah materi, yaitu beramal melalui barang kepunyaannya. Â Misalnya uang, minuman, pakaian, makanan atau takjil berbuka puasa.
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Siapa yang memberi makan berbuka puasa orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sama sekali." (H.R. At-Tirmidzi)
2. Sedekah non materi yaitu sedekah yang bisa berupa nasihat, pikiran, tenaga, bahkan senyuman.
Dari Abi Dzar, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah, perintahmu kepada berbuat baik dan mencegah kemungkaran adalah sedekah, petunjukmu kepada seseorang yang tersesat adalah sedekah, menuntunmu kepada orang yang kabur penglihatannya adalah sedekah, kamu menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalan (yang dapat membahayakan pengguna jalan) adalah sedekah, dan engkau menuangkan air dari embermu ke ember saudaramu adalah sedekah." (H.R. At-Tirmidzi)
3. Sedekah jariyah, yaitu sedekah yang terus mengalir pahalanya meskipun orang yang bersedekah sudah meninggal dunia namun yang disedekahkan masih terus dimanfaatkan. Â Misalnya pembangunan masjid, pengembangan ilmu, dan lainnya.
Dari Abu Hurairah r.a., bahwasannya Rasulullah saw. bersabda, "Jika manusia meninggal dunia, maka terputus amalnya kecuali tiga, yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya." (H.R. At-Tirmidzi)
Saya bisa, InsyaaAllah kamupun bisa
Sebagai ibu rumahtangga, banyak sedekah yang bisa dilakukan tanpa disadari. *percaya deh:) Sedekah yang dilakukan pun tidak hanya terbatas tentang materi, seperti tasbih dan tahmid pun takbir dan tahlil yang diucapkan dengan sepenuh hati. Â
Bahkan jika waktu pagi ditengah keriewehan kegiatan domestik rumah tangga, melakukan sholat Dhuha pun disamakan dengan sedekah. Â Saat kita berbelanja memenuhi kebutuhan dapur, bertemu dan bertegur sapa dengan tetangga sekitar, juga penjual yang ditemui saat di pasar dilengkapi dengan sebuah senyuman merupakan sebuah kebaikan yang dapat dihitung sebagai sedekah. Â
"Lho kan sedang pendemik, wajib pakai masker, bagaimana kelihatan kita senyum atau tidak?"Â
Saat kita tersenyum tulus yang mengekspresikan kebahagiaan, bagian wajah lainpun akan memperlihatkannya, biasanya aura positif connecting happiness juga akan terasa. Â Sementara saat di rumah, sangat memungkinkan untuk senyum kepada suami dan anak-anak termasuk anggota keluarga lainnya (jika ada). Â Sedekah senyum, imunitas pun meningkat.Â
"Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu hanya berupa wajah ceria di hadapan saudaramu!" (HR.Muslim, no.2626)
Bayangkan! Saat melayani suami dengan sebaik-baiknya jika diniatkan dengan tulus, InsyaaAllah menjadi sedekah bagi istri.
Saat memasak berlebih, berbagi dengan tetangga merupakan sedekah dari ibu rumah tangga. Â Apalagi jika tetangga yang diberi memanglah seseorang yang sangat membutuhkan. Â Memberi makan kucing, burung dan hewan yang kebetulan mampir di halaman rumah kita, menyiram tanaman dan memeliharanya dengan baik, hingga hasilnya pun dapat dikonsumsi tetangga sekitar.
Menjadi istri dan ibu rumah tangga yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar, merupakan sedekah yang sangat bisa dilakukan. Â Mengupgrade kemampuan, terus belajar kemudian berbagi keahlian dengan orang lain yang bisa saja suatu saat dapat menghasilkan bagi orang tersebut atau bahkan melakukan sesuatu yang akhirnya menghasilkan dan bisa bersedekah dengan uang milik sendiri, uhukk...uhukkk...
Bahkan ketika kesukaan saya bermain dengan anak-anak, siapa yang sangka saat rumah kita di datangi anak-anak tetangga, sementara kita menjaganya, sambil menunggu orangtuanya menyelesaikan keperluan baiknya, hal tersebut merupakan perbuatan baik yang dapat dianggap sedekah:)
Bersama suami, dan anak-anak menyisihkan dana bulanan, pakaian layak, mainan terpelihara kemudian mengunjungi panti asuhan secara rutin meskipun nilainya bisa saja terlihat kecil, menjadi sangatlah bermakna.
Mengajak anak-anak berbagi makanan berbuka puasa disaat senggang, meskipun jaraknya  juga tidak jauh-jauh, bukan tidak mungkin dilakukan ibu rumah tangga sekaligus mengajarkan kebajikan kepada anak-anak yang dapat dilakukan meskipun sedekah yang terlihat sederhana.
Dan masih banyak hal lain, dapat dilakukan kapanpun kamu mau.
Mudah atau Sulit?
Tidak perlu berpikir sulit untuk melakukan hal baik.  Tidak perlu waktu lama untuk mempertimbangkannya.  Selama bisa, lakukan saja! Connecting happiness akan terus terjadi secara alami.  Yang penting lakukan dengan tulus dan ikhlas.
"Kalau kamu tampakkan sedekah-sedekah itu (secara terang), maka yang demikian adalah baik (karena menjadi contoh yang baik) dan kalau pula kamu sembunyikan sedekah-sedekah itu serta kamu berikan kepada orang-orang fakir miskin, maka itu adalah baik bagi kamu dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebahagian dari kesalahan-kesalahan kamu dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui secara mendalam akan apa yang kamu lakukan." (QS. Al Baqarah: 271)
Sedekah jangan dibuat beban, kamu happy, and can make connecting happines. Â Ibu rumah tangga mau sedekah? Tidaklah menjadi hal yang sulit lagi. Insyaaallah...
Salam Kompal,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H