Itu baru satu anak yang berkata, adiknya pun tak berbeda jauh menanyakan, kapan korona pergi? Â Saya yakin banyak anak, bahkan orang dewasa akan menanyakan hal serupa. Â Permasalahan yang dirasakanpun berbeda-beda. Â Kehilangan pekerjaan, rutinitas aktivitas yang terpaksa berubah, menjaga jarak hingga pelarangan kontak fisik dengan teman-teman yang biasa bertemu dalam keseharian.Â
Kebiasaan saat Ramadan yang biasanya sangat lekat, tahun ini menjadi lenyap. Â Selebaran yang memberikan informasi bagaimana aman berpuasa saat pandemi covid -19 memberikan banyak batasan. Â Jangankan sholat tarawih berjamaah. Â Pasar bedug pun terdengar dilarang dibeberapa wilayah demi mencegah kerumunan. Â Apalagi berharap akan adanya tabliq, pesantren kilat, hingga i'tikaf di 10 malam terakhir Ramadan di Masjid atau Mushola. Â Bicara takbiran keliling, sholat eid di lapangan, sanjo saat lebaran seperti tidak boleh direncanakan.Â
Bulan puasa di masa wabah korona, membuat kita semakin dituntut untuk berlipat-lipat kesabarannya. Â Melepaskan kebiasaan dan tradisi berkesan di setiap Bulan Ramadan. Para orangtua berusaha keras untuk tetap menciptakan suasana menggembirakan menjalankan puasa meskipun hanya di rumah saja. Â Orang dewasa lainnya harus memutar otak demi tetap mengebulkan asap di dapur masing-masing. Â Anak-anakpun berjuang keras menahan diri hanya bersapa teman-teman melalui media sosial, itupun jika orangtua memberikan cukup kuota. Â Yang artinya anak-anak ikut berjuang mengatasi rasa bosan yang bisa muncul kapanpun ketika keseruan bertemu teman terhalang oleh korona.Â
Bulan Ramadan, Doa yang didengarkan
"Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan doa maka pasti dikabulkan."Â (HR. al-Bazaar, dari Jabir bin 'Abdillah. Al-Haitsami dalam Majma' Az Zawaid mengatakan bahwa perowi hadis ini tsiqah (terpercaya).
Selain itu juga dipertegas dalam hadis lain. Rasulullah SAW., bersabda yang artinya:
"Tiga orang yang doanya tidak ditolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang terdzolimi." (HR. at Tirmidzi).
Setiap manusia memiliki harapannya masing-masing, seperti saya dan keluarga kami berharap dan berdoa semoga jiwa-jiwa kami kuat menghadapi wabah ini.  Dengan kondisi yang berbeda dengan keluarga lain ibarat belalang yang tidak pernah iri dengan keberadaan kupu-kupu namun sekuat tenaga memaksimalkan  kemampuan menghadapi kendala yang terjadi.  Bersyukur dan menoleh kebawah membantu sebisa mungkin apapun yang dapat kami lakukan, meskipun bisa saja seolah-olah tidak terlihat bagaikan kepompong diam tak bergerak dari luar.Â
Harapan kami, bisa jadi harapan semua keluarga. Â Harapan semua orang. Â Semoga doa yang kita panjatkan di bulan Ramadan, epidemi korona segera berlalu segera dijabah oleh Allah SWT. Â Kehidupan kembali berjalan lebih welas asih. Â Saling memahami bahwa kebersamaan semakin menguatkan. Â Keserahakan hanya akan membawa petaka, dan kemenangan hari raya diakhir Ramadan membawa semangat kemenangan kita semua untuk melewati semua ujian yang berikan, InsyaaAllah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H