Mohon tunggu...
Luzian pratama
Luzian pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - #PandanganSosial #SeputarMasyarakat

Cuma menulis yang patut ditulis, dibaca syukur, kalau tidak dibaca harus baca dulu. Hehe

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Biarlah Rumah Cunduang, Asalkan Sambal Lai Bominyak" Sebuah Aforisme untuk Menjadi Miskin

29 Oktober 2021   12:46 Diperbarui: 29 Oktober 2021   13:00 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artinya guna mengkonsumsi makanan "sambal bominyak" kondisi untuk tempat tinggal yang lebih baik terabaikan. Dalam paradigma pemberdayaan, hal semacam itu ialah soal mindset  atau cara berfikir. Oscar Lewis menyatakan, pemikiran yang miskin adalah kemiskinan nilai dan tidak punya kemauan untuk mencapai berbagai sisi-sisi kehidupan yang lebih baik secara kompleks. Persoalan itu menurut oscar, salah satu penyebabnya adalah way of life yang dianut di tengah masyarakat itu sendiri.

Selanjutnya kata kedua, "asalkan sambal lai bominyak". Ciri utama dalam masakan tradisional Melayu tidak diragukan lagi adalah menggunakan rempah-rempah yang cukup banyak. Santan juga penting dalam memberikan cita rasa hidangan Melayu yang kaya dan juga mengentalkan hidangannya. Bahan dasar lainnya adalah belacan (terasi) dan berbagai bahan lain menjadi bahan dasar.

Secara tidak langsung, modal untuk makan bagi orang Melayu dapat dikatakan sangatlah mahal. Kata "asalkan" dalam ungkapan itu berarti "dengan syarat". Bahwa rumah tidak akan condong selama "sambal bominyak" tidak menjadi patokan untuk dikonsumsi. Tidak hanya itu, jika ungkapan tersebut diubah atau dibalik menjadi "biarlah sambal dak bominyak, asal rumah togak", maka tidak hanya rumah, dimensi-dimensi lain kehidupan pun akan menjadi suatu diprioritaskan.

Amat disayangkan jika pemahaman  terhadap aforisme seperti itu terus berlanjut di tengah masyarakat. Tidak mungkin tidak, suatu ketika di masa mendatang, akan terjadi berbagai kondisi krisis di tengah masyarakat Melayu asli Kuantan Singingi. Ada sebuah adagium yang cukup tersohor "orang kaya mati meninggalkan kekayaan, sedangkan si miskin mati meninggalkan kebodohan".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun