Saat ini, mata uang Indonesia, Rupiah, sangat lemah terhadap mata uang asing lainnya. Ini bukanlah hal yang baru, karena sejak tahun 1997, Rupiah telah mengalami depresiasi signifikan. Berbagai faktor telah mempengaruhi hal ini, yang secara keseluruhan menyebabkan mata uang Indonesia lemah.
Pertama, nilai tukar Rupiah sangat bergantung pada harga komoditas, karena Indonesia adalah salah satu negara eksportir utama komoditas dunia. Ketika harga komoditas anjlok, nilai tukar Rupiah juga akan menurun.
Kedua, sentimen pasar. Investasi asing di Indonesia cenderung berkurang selama beberapa tahun terakhir, karena investor khawatir dengan stabilitas politik dan ekonomi Indonesia. Hal ini membuat investor internasional lebih cenderung menginvestasikan uang mereka di mata uang asing lainnya yang lebih stabil.
Ketiga, adanya defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan adalah ketika nilai impor lebih tinggi dari nilai ekspor. Ini berarti bahwa Indonesia membelanjakan lebih banyak uang untuk membeli produk asing daripada yang dihasilkan dari produk yang diekspor. Hal ini menyebabkan Indonesia menjadi sangat rentan terhadap krisis mata uang.
Keempat, tingkat inflasi yang tinggi. Inflasi adalah kenaikan rata-rata harga barang dan jasa dalam sebuah ekonomi. Tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan nilai tukar Rupiah semakin melemah.
Faktor-faktor tersebut adalah beberapa alasan mengapa mata uang Indonesia lemah. Dengan meningkatkan stabilitas politik dan ekonomi, serta mengurangi defisit transaksi berjalan dan inflasi, pemerintah Indonesia dapat membantu meningkatkan nilai tukar Rupiah. Namun, ini akan membutuhkan waktu dan upaya yang cukup besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H