Mohon tunggu...
Sri Septiani
Sri Septiani Mohon Tunggu... -

bermimpi jadi astronot, malah jadi karyawan swasta :)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Popularitas Jokowi dan JK Belakangan Ini

6 Juni 2014   21:22 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:59 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_340799" align="alignnone" width="653" caption="www.indopos.co.id"][/caption]

Sosok Jokowi begitu populer diberbagai kalangan masyarakat semenjak ia membuktikan prestasinya di Kota Solo. Kemudian media televisi meliput kegiatannya sampai pada dukungannya membangun mobil karya anak bangsa Esemka, kemudian tidak beberapa lama Dahlan Iskan juga membangun mobil listrik karya anak bangsa dan dijuluki Putra Petir. Kemenangan di Solo mengantarkan Jokowi menduduki posisi sebagai Gubernur DKI mengalahkan Fauzi Bowo. Jokowi dipercaya dan dianggap mampu mengatasi permasalahan Jakarta yang sampai saat ini masih diberitakan di surat kabar nasional.

Namun entah mengapa obrolan dengan berbagai opini kini tertuju pada lawan pasangan calon presiden dan wakil presiden Jokowi - JK yaitu pasangan Prabowo - Hatta. Sekumpulan teman saya asik berdiskusi dengan santai ditemani kopi, yang memperdebatkan prestasi dan rekam jejak memimpin Indonesia. Ditambah lagi survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) beberapa waktu lalu menyatakan elektabilitas Jokowi setelah pileg menurun menjadi 35,42 persen, dari sebelumnya 40 persen. Sementara elektabilitas Prabowo naik menjadi 22,75 persen setelah sebelumnya hanya 18 persen.

Dari situ saya mengambil beberapa masalah penyebab menurunnya popularitas Jokowi dan JK di pilpres 2014 ini, berikut ini beberapa penyebabnya:

Jokowi Salah Pilih Calon Wakil Presiden

Pendapat ini muncul dikarenakan elektabilitas Jokowi tergerus oleh Jusuf Kalla yang tidak begitu populer dikalangan mahasiswa, pegawai kantoran. Para mahasiswa, pegawai kantoran ini menyayangkan kenapa Jokowi berpasangan dengan Jusuf Kalla, karena mereka saat itu memilih Anies Baswedan, karena mereka anggap jika Jokowi berpasangan dengan Anies Baswedan maka golongan muda akan terwakili dengan baik. Golongan terdidik tenaga pengajar akan mendukung Anies dan kisah-kisah inspiratif akan begitu banyak didengar di sosial media.

[caption id="attachment_340801" align="aligncenter" width="432" caption="www.indopos.co.id"]

1402039154685768275
1402039154685768275
[/caption]

Jokowi akan sungkan memerintah Jusuf Kalla

Jokowi dan Jusuf Kalla dinilai adalah pasangan matahari kembar. Jusuf Kalla terlihat sangat dominan. Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia (IPI) Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan, Jusuf Kalla yang saat ini berusia 70 tahun, memiliki perbedaan usia sangat jauh dengan Jokowi. Menurutnya,  jika pasangan ini terpilih sebagai presiden dan wakil presiden diperkirakan Jokowi akan sungkan memerintah Jusuf Kalla. Kelemahan lainnya, kata dia, karakter Jusuf Kalla adalah dominan sehingga dikhawatirkan akan terjadi matahari kembar. Namun sangat disayangkan Jokowi sudah terlanjur memilih Jusuf Kalla dan sudah disahkan sebagai calon wakil presiden mendampingi dirinya.

Jusuf Kalla dan Pemuda Pancasila

Di film The Act Of Killing (2012), Jusuf Kalla dalam pidatonya mendukung adanya premanisme di Indonesia. Preman dianggap bisa dipelihara dan diarahkan untuk kepentingan tertentu. Para Preman yang duduk dalam acara tersebut itu dijuluki orang bebas olehnya. Dengan berbaju loreng-loreng oranye Pemuda Pancasila, Jusuf Kalla berdiri tegak mendukung Pemuda Pancasila membantu menangani permasalahan keamaman. Aksi pembunuhan yang dilakukan Pemuda Pancasila dalam sejarahnya melawan PKI juga digambarkan secara jelas oleh sang Eksekutor Anwar Congo, dimana eksekusi dilakukan dengan berbagai cara kepada orang non pribumi kala itu, yang notabene Tiong Hoa. Sementara Yapto, Pemimpin Pemuda Pancasila yang begitu bossy, tampak merayu Caddy Perempuan di lapangan Golf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun