[caption id="attachment_342998" align="aligncenter" width="253" caption="www.rimanews.com"][/caption]
Prabowo Yang Nyantai
Prabowo hampir selalu tampak santai dalam debat capres, seperti tidak ada yang disembunyikan dalam dirinya. Semua mengalir saja, terutama dalam bidang ekonomi kemarin. Dia mampu menampik anggapan yang dialamatkan kubu pendukung Jokowi kepada dirinya bahwa Prabowo itu terlihat "menyeramkan", "tidak bersahabat", "sosok yang pemarah", dan hal negaitf lainnya.
Namun semua itu sirna, ketika Prabowo tidak mau terjebak dalam perseteruan ide-ide yang terkonsep rapi oleh tim sukses, sekali lagi Prabowo menjawab dengan hati nuraninya, bahwa dia tidak ingin Indonesia selama ini dianggap bangsa yang kerdil, karena kekayaan alam belum maksimal dinikmati oleh rakyat Indonesia sendiri.
Masalah ekonomi kreatif juga Prabowo juga bercerita tentang kesuksesan anaknya yang seorang desainer memajukan ekonomi kreatif Indonesia. Prabowo mengerti betul bahwa ekonomi kreatif  Indonesia adalah bentuk kemandirian Indonesia itu sendiri. Secara sederhana Prabowo mengisyaratkan kepada rakyat yang menonton  bahwa ekonomi kreatif Indonesia sudah mendunia sejak lama, yang perlu dilakukan bangsa ini adalah mengembangkan dan melindungi hak kekayaan intelektualnya.
Saat berjabat tangan dengan Jokowi, tampak figur seorang bapak yang mampu mengayomi, melindungi anak-anaknya, apalagi kita selaku rakyat tentu akan merasa aman dan dekat secara emosional dengan sosok Prabowo ini. Bukan kedekatan yang di citrakan oleh media semata tentunya, yang istilahnya "media darling".
[caption id="attachment_343000" align="alignnone" width="663" caption="politik.news.viva.co.id"]
Konsep yang memusingkan kadang tidak masuk akal untuk memenangkan hati rakyat tidak terlalu diperhatikan oleh Prabowo. Menurut saya Prabowo hanya ingin bercerita bahwa Indonesia itu akan benar-benar kaya kalau rakyat Indonesia sendiri bisa menikmati kekayaan itu. Bukan hanya seperti yang digambarkan oleh media-media asing "Indonesia Negeri Kaya" atau "Jokowi itu Sukses di Solo", apalah artinya pemberitaan asing apabila rakyat tidak makmur karena tidak bisa menikmati kekayaan anugerah Tuhan untuk rakyat Indonesia.
Kemiskinan Di Kota Solo
[caption id="attachment_343001" align="alignnone" width="640" caption="www.solopos.com"]
Pemerintah Kota (Pemkot) Solo melalui Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) pernah merilis angka kemiskinan di Kota Solo. Bahkan jumlah warga miskin berdasarkan pedataan TKPKD itu pun menunjukkan angka yang lebih besar jika dibandingkan data lama yang dirilis Badan Pusat Statistik. Berdasarkan data TKPKD jumlah penduduk miskin di Solo mencapai sekitar 130 ribu jiwa, hampir dua kali lipat dari data yang dirilis BPS yang hanya sekitar 70 ribu jiwa. Namun media asing pernah memberitakan yang isinya kurang lebih "Jokowi Itu Sukses Membangun Solo". Apa yang tertulis tidak sesuai dengan temuan tim pencari fakta kemiskinan.
Prabowo tentu tidak mau seperti itu, dia mencoba melawan arus, pembangunan harus kembali kerakyat, saatnya rakyat sadar bahwa menyelamatkan pangan Indonesia itu harus dikerjakan bersama-sama. Gotong royong dalam membangun Indonesia. Prabowo paham betul bahwa masalah pangan ini apabila kena kenaikan BBM maka harganya bisa berkali lipat, penyumbang inflasi yang sangat besar. Saatnya lahan dikembalikan fungsinya untuk bertanam pangan seperti padi, jagung dsb.
Menurut saya, Jokowi kembali saja menjabat menjadi Gubernur DKI seperti saran Ahok, "Mudah-mudahan Pak Jokowi gagal, jadi balik lagi jadi gubernur. Supaya ada yang blusukan. Jadi kalian tidak mendesak saya untuk blusukan," katanya di Balaikota Jakarta. Kepada wartawan Ahok melanjutkan "Aku baca berita kalian lho. Jadi enggak perlu blusukan karena baca berita sudah kayak blusukan kan. Kalau aku blusukan malah enggak kerja nanti, malah makan melulu, ha-ha-ha," ujar Ahok.
Salam Sayang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H