Mohon tunggu...
Game Changer
Cerita Pemilih
Analisis Sosok
Fiksiana
Cerbung Cerpen Horor Puisi Roman
Halo Lokal
Bandung Joglosemar Makassar Medan Palembang Surabaya
Humaniora
Bahasa Filsafat Pendidikan Seni Sosbud
Inovasi
Gadget Nature Otomotif
Lyfe
Beauty Book Diary Film Games Healthy Hobby Home Humor Love Music Parenting Worklife
Money
Entrepreneur Financial
New World
Artificial intelligence Cryptocurrency Metaverse NFT
Olahraga
Atletik Balap Bola Raket
Ruang Kelas
Ilmu Alam & Tekno Ilmu Sosbud
Travel Story
Foodie Trip
Video
Vox Pop
Hukum Kebijakan Politik
Lagi Rame!
Slow Living di Temanggung: Sebuah Pengakuan
Awal Mula Jay Idzes Dipanggil Bang Jay
Pilkada Dipilih DPRD, antara Penghematan Anggaran dan Kemunduran Demokrasi
Rusunawa dan Transportasi Publik, Solusi Pekerja Muda?
Menjadi Koas yang Adaptif dan Kooperatif
Kenapa Kita Sering Membuang Ujung Ketimun?
Kamu pasti suka!
Lutvi Sholikhah
Lutvi Sholikhah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri sunan Ampel Surabaya

Saya adalah mahasiswa universitas Islam Negeri sunan Ampel Surabaya dari sekolah Madrasah Aliyah sampai sekarang saya suka terkait dunia tulis menulis seperti cerpen dan puisi dikampus saya juga mengikuti beberapa organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan soft skill yang saya punya seperti keahlian publik speaking dan critical thinking Saya juga suka dunia pendidikan karena latar belakang saya yang dari jurusan pendidikan bahasa arab

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Hari Ini

22 September 2024   08:30 Diperbarui: 22 September 2024   09:00 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditemani teriknya mentari 

Deru suara ombak yang indah bak melodi 

Menancapkan sesuatu dalam Sanubari

Tentang khayal kita suatu hari nanti

Perjalanan penuh rintangan

Ku terjang demi satu harapan 

Meski hujan deras pun menghalang

Tapi harapanku takkan hilang 

Hingga akhirnya...

Berpijalah kaki ini 

Ku nikmati indahnya hari

Dengan seseorang yang berarti 

Ku pandang lautan lepas 

Dengan bola mata tanpa alas

ku bermain di atas pasir 

Laksana air yang mengalir 

Ku pendam semua kejenuhan

Kan ku raih indahnya Kebahagiaan

Hanya demi satu harapan

Penuh kenangan yang tak terlupakan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
LIHAT SEMUA
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
TAG

kebahagiaan hidup

cintakita

perjalanan

harapan

pantai

keindahan

fiksiana

fiksi

puisi
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Batalkan Laporkan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.
Pelajari selanjutnya.