Mohon tunggu...
lutty nisda
lutty nisda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pendidik

Saya adalah seorang pengajar di salah satu SMK swasta di Yogyakarta. Mengajar adalah passion saya. Siapa coba yang tidak pengen dapat pahala yang terus mengalir karena ilmu bermanfaat yang kita berikan kepada orang lain? Alasan itulah yang membuat saya mencintai profesi ini. I love teach very much..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Daring oh Daring

30 Juni 2022   14:11 Diperbarui: 30 Juni 2022   14:26 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19, telah mengubah banyak hal. Salah satu di antaranya terjadi di dunia pendidikan. Pandemi Covid-19 "memaksa" sekolah-sekolah untuk melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).  Pembelajaran ini, biasanya dilakukan secara daring. Meskipun pada dasarnya Pembelajaran Jarak Jauh tetap boleh dilakukan secara luring atau bahkan kombinasi antara luring dan daring. 

Tidak sedikit memang, masyarakat bahkan seorang guru sekalipun, mengartikan pembelajaran jarak jauh sebagai pembelajaran daring. Keragaman latar belakang ekonomi, pendidikan dan juga geografis masyarakat Indonesia, tidak memungkinkan pembelajaran daring diterapkan di seluruh wilayah.

Jika melihat beberapa cerita best practice dari guru yang berada di daerah pelosok, pembelajaran daring tidak mungkin dilakukan karena keterbatasan akses internet. 

Yah, semoga di tahun-tahun mendatang ada provider yang memberikan layanan internet sampai ke daerah-daerah pelosok dan terpencil, dan bersedia menjadi internetnya Indonesia. 

Agar seluruh siswa di Indonesia mendapatkan hak belajar, terfasilitasi semua kebutuhannya dan yang pasti tujuan belajar tetap bisa dicapai meskipun pembelajaran tidak dilakukan di kelas-kelas nyata seperti yang terjadi pada dua tahun terakhir.

Dalam pembelajaran daring, teknologi mengambil peran yang besar. Aktivitas pembelajaran yang dulunya berlangsung di dalam kelas-kelas nyata, beralih ke kelas-kelas maya dengan dukungan penuh dari teknologi.

Perkembangan teknologi dimanfaatkan secara besar-besar di dunia pendidikan. Seorang pengajar tidak lagi hanya dituntut untuk mempunyai pengetahuan pedagogi dan pengetahuan tentang konten/materi pembelajaran, tetapi juga dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan teknologi.

Salah satu teknologi yang memegang peran penting dalam pembelajaran daring adalah internet. Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyalurkan bantuan kuota internet bagi pengajar dan pelajar mulai dari Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. 

Bantuan kuota internet ini, diharapkan dapat dimanfaatkan pada pelaksanaan pembelajaran daring di Masa Pandemi Covid-19. Satu masalah, terpecahkan. Tidak ada lagi siswa maupun orang tua yang bisa beralasan tidak dapat mengikuti pembelajaran daring karena tidak memiliki kuota internet.

Namun masalah yang terjadi pada pembelajaran daring tidak berhenti sampai di situ. Tidak sedikit siswa yang mengeluhkan jika koneksi internet di daerahnya yang kurang stabil. 

Memang setelah mendapatkan bantuan kuota internet, yang perlu dipastikan lagi adalah koneksinya. Tidak ada gunanya dong, kuota penuh tapi koneksinya lelet atau sering terputus. Karena koneksi internet yang stabil adalah kebutuhan utama dalam kelas maya.

Berbagai povider internet pun berlomba-lomba dalam menyediakan layanan koneksi internet tanpa putus. Salah satu provider yang menawarkan koneksi internet stabil adalah IndiHome yang disediakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Telkom Indonesia. Memang terbukti sih, kalau IndiHome itu handal. 

Meskipun kami pernah kecewa dengan pelayanan Telkom Indonesia. Saat itu sedang ada Asesmen Nasional di bulan September tahun lalu, kami memilih model online, sehingga keberadaan internet sangat dibutuhkan, namun sayangnya koneksi internet terputus tanpa pemberitahuan sehingga asesmen tidak berjalan sesuai rencana.

Oke, back to topic. Manfaat internet sangat dirasakan saat pembelajaran dilakukan di kelas maya, dimana guru dan murid bertemu, berbincang dan berbagi. 

Dua tahun sudah, kita melakukan pembelajaran melalui kelas maya. Memang mulai bulan Januari kemarin Pembelajaran Tatap Muka Terbatas sudah dapat dilakukan, namun karena sifatnya yang terbatas, maka materi yang tidak tersampaikan tetap diberikan kepada siswa di kelas maya.

Di  awal pemberlakuan pembelajaran daring, banyak guru yang mengeluh tidak dapat menyukai model pembelajaran ini. Guru sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengajar, memberikan materi dan juga tugas agar semua indikator tersampaikan namun hanya sebagian kecil siswa yang memperoleh nilai nilai di atas KKM. Para guru pun akhirnya dihimbau mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat membantu guru untuk melakukan pembelajaran daring secara optimal.

Itu dari sisi guru. Bagaimana dengan siswa? Apakah mengeluh dengan pemberlakuan pembelajaran daring? Awalnya iya, sama persis dengan guru, mereka mengeluhkan bosan, lelah. 

Mereka merasa waktu belajar menjadi semakin panjang, pada pembelajaran biasa waktu belajar dari pukul 07.00 sampai pukul 15.30, tetapi pada pembelajaran daring, waktu belajar bisa sampai 24 jam sehari. Belum lagi ketika guru hanya share materi tanpa memberikan penjelasan sedikit pun. Akhirnya tidak sedikit siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM karena kurangnya pemahaman materi tetapi dipaksa untuk tetap mengerjakan tugas maupun ujian.

Oke, itu adalah sedikit cerita serba serbi pembelajaran daring dimana siswa belajar di dunia maya. Lalu bagaimana sekarang? Setelah pembelajaran tatap muka sudah bisa dilakukan?

Uniknya sekarang, di saat pembelajaran sudah dilakukan secara tatap muka. Kebiasaan mengirim materi, tugas bahkan melakukan penilaian melalui dunia maya dengan memanfaatkan internet masih dilakukan oleh hampir semua guru. Cara ini dirasa mudah dan praktis, dimana guru tidak lagi menuliskan materi pelajaran di papan tulis, cukup sekali klik, materi langsung tersampaikan dan dibaca oleh siswa. Sangat mudah bukan?

Dari sisi siswa juga merasa senang dengan pembelajaran daring, karena mereka tidak harus menyalin materi dari papan tulis ke buku. Kebiasaan belajar daring dengan smartphone seakan sudah mendarah daging. Memegang smartphone seakan menjadi hal yang wajib dilakukan pada saat pembelajaran, meski sudah berada di kelas-kelas nyata.

Covid-19 benar-benar telah mengubah kebiasaan belajar kita. Tapi semoga perubahannya ke arah yang lebih baik ya. Bagaimana pengalamanmu saat pembelajaran daring? Boleh dong cerita di sini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun