Mahasiswa/i UINSU Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam melakukan miniriset konseling lintas budaya pada Jum'at tanggal 22 November 2024 pukul 16.00 WIB di Klenteng Go Ya Khong JL. Platina Raya Simpang Titi papan Medan Labuhan. Mahasiswa/i Luthvi Hafizah, Cinta Mollyka,Marwansyah,Muhammad Radja dan Rayhan Prastyo menggali informasi tentang kegiatan masyarakat Tionghoa diklenteng Go Ya Khong.
Rumah ibadah Tionghoa dikenal sebagai "Klenteng", Kelenteng bukan hanya merupakan tempat peribadatan tetapi juga merupakan simbol kesatuan dan identitas etnik bagi komunitas Tionghoa. Klenteng Go Ya Khong di Simpang Titipapan Medan Labuhan, telah berdiri sejak lama dan menjadi pusat spiritual dan sosial bagi masyarakat Tionghoa, kelenteng ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai sarana reunifikasi warga keturunan Tionghoa, serta terkadang juga menjadi destinasi kunjungan bagi umat beragama lainnya.
"Wanita yang berhalangan (haid) tidak diperbolehkan memasuki tempat sembahyang (klenteng)". Ujar Ko Agus SalimÂ
Komunitas Klenteng Go Ya Khong ini merupakan komunitas Yayasan Murni Suci Tionghoa. "Klenteng juga sebagai tempat perayaan Tionghoa seperti Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh pada tanggal 15 dan festival lainnya, ketika mengadakan acara biasanya mereka berbagi seperti sembako dan ada juga penampilan tari tradisional (barongsai)". Ujar ko Agus Salim
 Beliau juga mengatakan "Beribadah di klenteng tidak memungut biaya ketika hendak melaksanakan sembahyang hanya saja sekedar memberikan seikhlasnya di kotak khusus." Informasi yang kami dapatkan dari penjaga klenteng warga sekitar bahwa "dulu setahun sekali ada penyembuhan yang di lakukan di klenteng go ya khong ini gunanya untuk menjaga tubuh dari jin atau setan, kalau di islam seperti ruqyah mungkin ya". Ujar Ko Agus SalimÂ
Adapun dulu beberapa ritual yang dilakukan di klenteng go ya khong tetapi sekarang sudah tidak diaktifkan lagi, kalau pun aktif kembali itu karena adanya permintaan yang datang.Â
Dan hal yang unik menurut kami di klenteng ini tentang Ramalan Suci untuk menentukan baik atau buruknya apa yang ingin disampaikan, namun tidak terlalu kami gali informasinya.
Artikel ini merupakan tugas miniriset mata kuliah konseling lintas budaya yang diampu oleh ibu dosen Devi Eka Yulita Br. Tarigan, M.Psi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H