Mohon tunggu...
Luthfy Avian Ananda
Luthfy Avian Ananda Mohon Tunggu... Penulis - Kuli Tinta

Pernah belajar di Fakultas Hukum UII, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Belum Selesai, Ahok

22 April 2017   17:06 Diperbarui: 23 April 2017   02:00 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.tribunnews.com

Beberapa kali, dua tokoh nasional ini terlihat berbincang akrab seperti saat bersama-sama meninjau proyek MRT dan LRT di Jakarta. Hubungan erat ini bisa menjadi salah satu kunci jawaban tentang kemungkinan pelabuhan selanjutnya seorang Ahok. Kita semua tahu, sebagai presiden tentu Joko Widodo punya hak prerogatif untuk menunjuk pejabat penting negara, seperti Menteri, Kapolri, Panglima TNI, dan lain sebagainya. Dengan kenyataan itu, maka sangat mungkin jika ada reshuffle kabinet lagi, nama Basuki Tjahaja Purnama masuk sebagai salah satu kandidiat bursa menteri yang akan diangkat oleh Presiden Republik Indonesia.

lantas posisi apa yang cocok bagi beliau? Dari sekian banyak posisi, saya lebih suka menempatkan Ahok sebagai menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Hal itu karena pengalamannya mampu merombak sistem birokrasi di Jakarta yang terkenal lamban dan rawan pungli dalam hal pelayanan kepada masyarakat menjadi birokrasi yang bersih dan tanggap. Atau mungkin, ada jabatan menteri lainnya yang menurut Presiden Joko Widodo cocok untuk seorang Ahok, tentu semua keputusan kembali pada tangan kepala negara.

Selain memprediksi bahwa Ahok berpotensi untuk diangkat menjadi menteri di kabinet saat ini, saya juga punya analisis yang lebih gila lagi. Bagi pembaca yang pernah membaca tulisan saya sebelumnya berjudul “Menebak Arah Manuver PDIP dalam Pilkada DKI Jakarta 2017”tentu tahu, bahwa disitu saya menuliskan tentang arah strategi politik PDIP di tingkat nasional. Siapa yang bisa menebak bahwa tujuan memindahkan Joko Widodo dari Walikota Solo menjadi Gubernur di DKI Jakarta adalah untuk mempersiapkannya memimpin Indonesia dengan jabatan Presiden. Bisa jadi perlakuan sama akan diterapkan terhadap Ahok.

Kontestasi Pemilihan Presiden masih berjarak dua tahun lagi dari sekarang, memang terasa sangat prematur apabila pembicaraan ini sudah menjadi topik hangat sekarang. Tetapi, karena gaungnya yang cukup kencang, pemilihan kepala daerah di DKI Jakarta dianggap oleh beberapa pengamat politik sebagai jalan awal untuk pemanasan menuju pertarungan sesungguhnya, yaitu Pilpres. Secara pembawaan, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama memang adalah dua pribadi yang berbeda. Di satu sisi Jokowi santun dalam berkomunikasi dan terkesan kalem, sedangkan Ahok lebih berapi-api bahkan terkadang keluar kasarnya. Namun, ada titik kesamaan antara dua tokoh tersebut, yaitu mereka sama-sama gemar bekerja cepat dan tanggap untuk kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya. Bukti itu sudah sama-sama kita lihat sepanjang dua tahun mereka bekerja sama bahu membahu menata DKI Jakarta.

Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri tentu tidak akan membiarkan adanya kesempatan dalam kesempitan, di mana seorang Basuki Tjahaja Purnama yang sebentar lagi akan “menganggur”, maka cukup banyak pos-pos strategis yang bisa dimanfaatkan untuk memberi kesempatan kepada Ahok. Di tambah lagi dengan kondisi Jusuf Kalla yang sudah tidak pada usia produktif, maka saya ragu apabila 2019 mendatang beliau kembali diusung untuk ikut Pemilihan Presiden mendampingi Joko Widodo. Maka, Kemungkinan lainnya adalah, rentang waktu 2017-2019 ini akan berusaha sebaik mungkin dimanfaatkan oleh PDIP dan koalisi lainnya untuk mempersiapkan kembali duet anak hilang antara Calon Presiden 2019 Joko Widodo dan Calon Wakil Presiden 2019 Basuki Tjahaja Purnama. Saya yakin, para pihak yang terlibat tidak ingin membuang kesempatan itu demi mengulang kenangan emas pada 2012 yang lalu.

Apapun posisi, jabatan dan karir politik yang akan dituju oleh Basuki Tjahaja Purnama bukanlah hal yang penting. Karena, semua yang ada dalam tulisan ini hanyalah analisis semata dari seorang warga biasa yang bangga karena masih adanya tokoh nasional yang mampu memanjangkan tangannya dan menyingsingkan lengannya untuk menjangkau rakyat kecil. Dengan segala potensi yang dimiliki dan standar tingginya sebagai seorang pemimpin, saya harap beliau sadar, bahwa pengabdiannya untuk bangsa ini belum selesai. Untuk sekarang di DKI Jakarta, paling tidak masih ada waktu enam bulan lagi hingga Oktober 2017 yang bisa dimanfaatkan untuk semakin maksimal melayani rakyat, sebelum benar-benar pergi mencari ladang pengabdian yang baru. Belum selesai, Ahok.

Sumber: www.tribunnews.com
Sumber: www.tribunnews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun