Mohon tunggu...
Luthfy Avian Ananda
Luthfy Avian Ananda Mohon Tunggu... Penulis - Kuli Tinta

Pernah belajar di Fakultas Hukum UII, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jangan Takut Menulis

24 Maret 2016   16:20 Diperbarui: 24 Maret 2016   16:57 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis bagi sebagian orang merupakan kegiatan yang cukup menyenangkan, bahkan tidak banyak yang menjadikan aktivitas tersebut sebagai penghasil pundi-pundi rupiah bagi saku pribadinya. Selebihnya ada juga yang beranggapan bahwa menulis sangat membosankan hingga membuang waktu secara sia-sia. Secara umum tidak ada salahnya orang boleh berpendapat apa saja mengenai kegiatan seni merangkai kata-kata ini baik yang pro maupun kontra, saya misalnya meskipun sudah secara sengaja membiasakan diri untuk menghabiskan waktu luang dengan menulis, namun terkadang ada waktu yang memaksa kita untuk sejenak lelah dengan rutinitas ini.

Menjadi seorang penulis memang susah-susah gampang, secara teknik kita tidak akan mendapatkan kesusahan yang cukup besar untuk sekedar menyelami dunia tulis-menulis, yang perlu kita perhatikan secara lebih detail sebelum benar-benar meresmikan diri untuk menjadi penulis adalah cara kita untuk lebih bersahabat dengan perasaan dan pikiran yang semua itu bermuara pada mood kita masing-masing. Menulis bukan hanya tentang seberapa pandai kita membuat sebuah kalimat atau tulisan yang baik dan menarik bagi pembaca, atau seberapa besar pengetahuan kita mengenai topik tertentu yang akan kita kupas dalam sebuah artikel maupun buku, namun lebih spesifik mengenai kemampuan kita untuk melakukan pengendalian terhadap diri sendiri.

Secara tidak sadar ketika ada pesan masuk di ponsel, maupun email terkadang ada rasa enggan atau malas untuk membalasnya secara langsung, alasannya pun berbagai macam, bisa karena lelah, malas, hingga tidak punya materi yang cukup untuk membalas pesan tersebut, nah hal ini jika pernah terjadi dalam diri kita, berarti ada fase kegagalan dalam melakukan pengendalian atau kontrol terhadap diri kita sendiri, karena membalas pesan dan email itu adalah suatu kegiatan yang tidak jauh-jauh dari aktivitas menulis. Itulah mengapa saya sampaikan di atas bahwa dalam seni menulis, kesuksesan kita untuk mengendalikan diri itu jauh lebih penting dan akan menjadi kunci bagi kesuksesan kita membuat suatu tulisan yang menarik.

Saya merasa sangat beruntung dibesarkan oleh ayah yang dalam darahnya mengalirkan minat bakat menulis sehingga itu menjadi sebuah warisan yang sangat berharga dalam kehidupan saya pada saat masa kecil hingga saat ini. Ayah saya adalah seorang wartawan senior pada sebuah media cetak nasional, sedangkan saya sendiri mulai merasakan ada kemesraan antara diri saya dengan dunia penulisan sejak duduk di bangku SMP. Semua berawal saat saya diwajibkan untuk mengerjakan sebuah tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk membuat suatu karangan, setelah semuanya selesai, dengan niat iseng tugas tersebut juga saya kirimkan pada sebuah majalah lokal di kampung halaman, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dengan harapan yang cukup muluk-muluk yaitu agar bisa terbit kemudian dibaca oleh banyak orang, walhasil saya benar-benar menyaksikan dengan mata kepala sendiri hasil karya tulis yang saya buat telah sukses memenuhi ekspektasi awal, kemudian hingga saat ini saya pun masih aktif menulis di majalah tersebut.

Kisah pribadi yang saya ceritakan di atas memang hanyalah sebuah intermezzo semata, namun secara pribadi saya ingin memberikan pesan sederhana kepada rekan-rekan pembaca dimanapun berada bahwa saya mungkin hanya kebetulan bisa ikut berpartisipasi untuk ikut mencurahkan hati dan pikiran saya dalam bentuk tulisan bersama sekian banyak penulis lainnya, saya mengatakan hal ini hanya sebuah kebetulan karena dalam keluarga ada darah atau bakat menulis yang diwariskan oleh ayah saya sendiri, jika yang terjadi adalah ayah saya sama sekali tidak hidup dengan sebuah profesi yang berkaitan dengan dunia tulis menulis, ada kemungkinan saya juga tidak mampu atau bahkan sama sekali tidak berminat dengan bidang ini. Di luar sana khususnya penjuru Nusantara lainnya cukup banyak penulis besar yang sukses dengan buku atau bentuk karya lainnya, nama-nama seperti Raditya Dika, Dewi Lestari, Andrea Hirata, dan masih banyak lainnya merupakan sosok-sosok yang patut dijadikan inspirasi, karena mereka sukses dalam bidang yang mereka tekuni tanpa ada warisan bakat dari orang tua atau anggota keluarga yang lainnya, dengan kata lain para penulis tersohor tersebut telah sukses untuk berdikari dan mandiri di bidangnya. Jadi tidak menutup kemungkinan bagi kawan-kawan yang mempunyai kemauan atau niat untuk terjun menjadi penulis juga akan bisa merasakan era kesuksesan yang sama atau bahkan lebih dari mereka meskipun tanpa didukung oleh warisan bakat yang diberikan orang tua, tidak perlu menjadi pesimistis untuk melakukan apapun.

Hidup dalam zaman yang serba modern dan maju seperti saat ini merupakan keuntungan sekaligus kenikmatan tersendiri bagi kita sebagai manusia yang telah ditasbihkan sebagai makhluk paling sempurna yang punya akal, pikiran, perasaan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keberadaan gadget yang menjadi alat pendukung sekaligus pemicu kelancaran beraktivitas sangat memudahkan kita untuk melakukan apapun hanya dengan menggunakan satu media, baik itu smartphone, tablet, laptop, PC maupun yang lainnya. Semua kemudahan itu juga berlaku untuk setiap penulis, karena menurut analisa saya, sekarang setiap orang yang menjadi penulis tidak harus mempunyai sebuah karya berbentuk buku atau karya fisik lainnya, namun juga bisa dituangkan dalam berbagai bentuk virtual yang jauh lebih variatif dan atraktif seperti blog, media sosial, media online, dan lainnya. Kompasiana adalah salah satu pelopor media yang memberikan wadah bagi seluruh penulis baik yang sudah masuk kategori profesional maupun pemula agar tidak perlu malu-malu lagi untuk memamerkan hasil karya mereka kepada orang banyak di seluruh Indonesia maupun dunia sehingga mendapatkan apresiasi dari pembaca dan menjadi tolok ukur tersendiri bagi para penulis untuk mengevaluasi hasil tulisan mereka. Dunia maya memiliki cakupan akses yang sangat luas hingga seluruh dunia, maka setiap insan manusia yang mampu memanfaatkan kelebihan ini secara maksimal untuk berkarya, kesuksesan akan menjadi sebuah keniscayaan, tidak terkecuali kita para penulis.

Menjadi penulis dan membuat sebuah karya yang kemudian disebarluaskan kepada pembaca jangan sampai hanya berorientasi pada berapa keuntungan yang kita dapat maupun berapa jumlah orang yang membaca hasil tulisan yang telah kita ciptakan. Kedua orientasi buruk itu akan sangat membahayakan bagi proses yang akan kita lalui dalam membuat tulisan maupun untuk menjadi penulis yang sukses, karena akan memberikan tekanan yang porsinya tidak sesuai dengan kemampuan kita sebagai manusia biasa. Tekanan itu kemudian akan berpotensi menjadi sumber stres jika kita tidak mampu memenuhi ekspektasi yang kita harapkan. Menurut hemat saya, menjadi penulis yang baik adalah dengan berorientasi pada kualitas karya yang kita tampilkan di muka publik, jika kualitas itu kita pertahankan maka keuntungan dalam bentuk materi maupun kenaikan jumlah pembaca secara otomatis akan mengikuti. Banyak kejadian di Indonesia dimana ada oknum-oknum penulis nakal yang ingin terkenal secara instan, kemudian dia membuat tulisan di media sosial dan online yang hampir sebagian besar materi tulisannya hanya memuat tentang sensasi dan kebohongan belaka yang berujung pada fitnah kejam terhadap pemerintahan, saya yakin semua itu semata-mata hanya dilakukan untuk menarik perhatian publik, namun ironisnya justru banyak masyarakat sebagai pembaca yang terpengaruh kemudian setia untuk mengamini setiap tulisan yang ia buat.

Perilaku bobrok oknum penulis yang saya kisahkan di atas tentu sangat tidak etis untuk dilakukan oleh penulis, apalagi kita juga hidup di negara hukum yang segala tindakan selalu ada aturan main yang harus ditaati. Secara universal, jaminan kebebasan pers diatur dalam Pasal 19 Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia ( Selanjutnya disingkat DUHAM ) atau Universal Declaration of Human Rights, yang dikeluarkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa ( PBB ) tanggal 10 Desember 1948. Pasal 19 ini menekankan hak untuk mendapatkan, menerima, dan memberikan informasi maupun opini secara bebas. Everyone has the right to freedom of opinion and expression, this right includes freedom to hold opinions without interference and to seek, receive, and impart information and ideas throught any media and regardless of frontiers. Dengan kata lain, “setiap orang berhak atas kebebasan memiliki dan mengeluarkan pendapat, dalam hal ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan dan untuk mencari, menerima, serta menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dengan tidak memandang batas.

Meskipun dunia memberikan kebebasan secara penuh untuk menelurkan hasil pikiran atau ide menjadi sebuah karya termasuk tulisan buku maupun virtual di dunia maya, namun tetap saja ada batasan-batasan tertentu yang harus diperhatikan dengan seksama, karena batasan tersebut semsta-mata bertujuan untuk menghormati hak-hak dan nama baik orang lain, serta melindungi keamanan nasional, ketertiban umum, kesehatan, dan kesusilaan umum. Pemerintah Indonesia telah memberikan batasan tersebut dengan menerbitkan ketentuan yang memuat tentang tindak pidana pers dalam KUHP ( Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ), UU Pers, UU Penyiaran, dan UU ITE. Dengan adanya batasan tersebut maka sudah seyogyanya jika kita menyadarkan diri masing-masing untuk mentaati aturan yang ada demi menghormati diri dan karya kita sendiri, hak-hak orang lain, dan menjaga Keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan tidak mempublikasikan hasil karya tulis yang memuat sensasi berupa fitnah, penghinaan, penghasutan atau hal-hal buruk lainnya. Jika kita sudah berniat untuk menyelami suatu bidang tertentu, maka sebaiknya hal itu dilaksanakan secara total agar segala proses yang kita jalani untuk meraih goal bisa menjadi pembelajaran yang baik, dan hasilnya juga tidak hanya dalam bentuk kuantitas atau jumlah materi rupiah maupun pembaca, tetapi juga dibarengi dengan kualitas hasil karya yang mampu menginspirasi banyak orang. Selamat berkarya dan jangan takut menulis.[caption caption="Sumber Foto : www.hipwee.com"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun