Mohon tunggu...
Luthfy Avian Ananda
Luthfy Avian Ananda Mohon Tunggu... Penulis - Kuli Tinta

Pernah belajar di Fakultas Hukum UII, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Superioritas Chelsea dan Keangkuhan Sepak Bola Pragmatisnya

22 Februari 2016   16:18 Diperbarui: 22 Februari 2016   18:29 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesungguhnya, cara yang diperagakan oleh manajer dan para petinggi Chelsea tidak akan menjadi masalah apabila mereka semua memberikan ijin adanya fleksibilitas yang dibangun setiap musimnya akan filosofi bermain yang mereka kembangkan tergantung pada siapa saja nama yang didatangkan ke Stamford Bridge, harus ada penyesuaian yang dilakukan oleh tim, saat kebanyakan pemain yang datang tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk bermain pragmatis, dan lebih mendukung taktik tiki-taka atau mungkin total football, maka gaya pragmatis harus rela dipinggirkan untuk mengakomodir nama-nama besar yang menghuni line up agar mampu berkembang dan membantu kejayaan tim sesuai dengan kualitas yang mereka miliki.

Ada kalanya suatu tim sepakbola seperti Chelsea yang tampak terlalu setia dengan strategi asal menang tidak ada salahnya apabila move on dengan mengadopsi jenis taktik lain yang lebih menarik sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pertandingan yang mereka hadapi, selain tiki-taka yang sudah melekat di Spanyol, ada juga total football milik Belanda atau mungkin gegenpressing yang disosialisasikan Jurgen Klopp bersama Dortmund di Jerman. Dengan demikian komponen tim yang ada dalam tubuh Chelsea tidak hanya berorientasi pada suka cita sesaat yang digambarkan pada luapan kemenangan, namun juga mengoperasikan sebuah proses seni bermain bola yang sesungguhnya secara indah dan enak dilihat.

Seperti judul yang saya tuliskan dalam edisi ini, Chelsea memang superior, tapi gaya pragmatis yang mereka mainkan di lapangan terkesan angkuh dan membunuh pemain-pemain berkualitas yang setiap musim masuk ke ruang ganti di Stamford Bridge. Musim ini mereka mendatangkan beberapa nama besar seperti Pedro, Radamel Falcao, dan nama terakhir adalah striker yang masih dalam usia produktif Alexandre Pato, para pemain tersebut di klub lamanya terkenal sebagai sosok antagonis bagi lawan-lawan karena mereka bermain mengedepankan proses yang indah tidak hanya berjuag semata untuk gol dan kemenangan, siapapun pelatih Chelsea yang akan dikontrak secara permanen kelak, harusnya mampu mengakomodir kemampuan mereka atau merelakan nama-nama besar itu pergi dan menggantikannya dengan pemain muda berkualitas binaan klub sendiri jika memilih untuk mempertahankan strategi pragmatis dan menolak gaya lain yang mungkin akan punya kesempatan yang sama untuk membawa klub pada periode kejayaan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun