Mohon tunggu...
Luthfi Zaennuri
Luthfi Zaennuri Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Swasta

Karyawan Swasta , Freelancer, Wirausahawan. Hobi nulis / ngetik cerita disela waktu

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Maju Mundur Motivasi Diri Untuk Kuliah. Internal, Ekspektasi & Realita

6 Januari 2025   16:41 Diperbarui: 6 Januari 2025   16:40 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pencari kerja. Sumber : Nusadaily.com

Kuliah, adalah jenjang pendidikan tinggi yang ditempuh setelah pendidikan dasar dan menengah. Disana kita bisa mengakses literatur yang lebih lengkap dan bertemu dengan para cendikiawan yang akan mendidik kita menjadi orang yang memiliki wawasan, sikap profesional, kedisiplinan, kemandirian, dan kecakapan mental. Jenjang kuliah ini juga bermanfaat untuk branding diri sendiri sebagai syarat melamar kerja dengan posisi yang layak, terutama profesi yang krusial seperti : kedokteran, insinyur, penerbangan dan sebagainya. Bagi masyarakat umum, kuliah juga menjadi jembatan yang diharapkan menunjang kesejahteraan hidup, tapi apakah realitanya demikian? Bagaimana kita menyikapi antara suplai lulusan sarjana dan kondisi lapangan di Indonesia? Saya mulai dari sisi pribadi saya sendiri terlebih dahulu.

Faktor Internal

Disini yang saya maksud adalah kondisi internal kampus yang memundurkan motivasi dan saya rasa kurang sesuai. Beberapa diantaranya mulai dari :

1. OSPEK

OSPEK Bullying. Sumber : https://www.merdeka.com/peristiwa/berkaca-dari-ospek-di-universitas-khairun-dpr-usul-dibentuk-unit-pelaporan-bullying.html
OSPEK Bullying. Sumber : https://www.merdeka.com/peristiwa/berkaca-dari-ospek-di-universitas-khairun-dpr-usul-dibentuk-unit-pelaporan-bullying.html

Adalah kegiatan pengenalan segala hal tentang kampus yang sangat penting, namun saya menyayangkan, masih banyak diwarnai aksi senioritas, bullying dan perpeloncoan dengan dalih 'melatih mental', namun apakah itu masih relevan? bukankah sikap menghargai dan dihargai itu didapatkan dari ketegasan, bukan kekerasan? koreksi jika saya salah, dan saya berharap, mentalitas ini sudah update dengan mengedepankan sikap yang lebih elegan, cerdas, inspiratif dan realistis dalam menyampaikan pesan 'melatih mental'.

2. Relasi

Dilema kuliah. Sumber : https://banjarmasin.tribunnews.com
Dilema kuliah. Sumber : https://banjarmasin.tribunnews.com

Konteks disini adalah momen komunikasi antara mahasiswa dan dosen, saat mengerjakan tugas akhir sebagai syarat kelulusan. Dimana seringkali terjadi hambatan komunikasi dan kepentingan, yang lagi-lagi menggunakan dalih 'melatih mental'. Dengan berbagai kendala dan alasan yang dikemukakan pihak penanggungjawab. Situasi ini terasa dramatis, karena selain menguras kesabaran, juga mempertimbangkan biaya kuliah yang tidak murah.

3. Biaya

Biaya kuliah naik. Sumber : detikNews.com
Biaya kuliah naik. Sumber : detikNews.com

Dilansir dari berita lokal, biaya kuliah mengalami kenaikan yang cukup signifikan, coba kita renungkan kondisi diatas, waktu dan biaya yang tercurah, tentu akan merugikan. Kalaupun ada banyak kepentingan dan kesibukan, itu adalah tanggungjawab individu, bukannya dilampiaskan secara tidak profesional. Dan saya berharap ada revolusi mental kedepannya, menyaring penanggungjawab yang lebih profesional dan bertanggungjawab, sehingga minat saya meningkat dan marwah lembaga juga terangkat. Dan tidak ada lagi desas desus 'donatur tetap'.

Ekspektasi & Realita

Pencari kerja. Sumber : Nusadaily.com
Pencari kerja. Sumber : Nusadaily.com

Sebagaimana yang saya kemukakan tentang manfaat dan harapan masyarakat umum, ternyata realitanya tidak sesuai yang diharapkan. Surplus wisudawan dan sarjana di Indonesia tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang mencukupi, banyak sekali sarjana yang tidak mendapat jatah pekerjaan seperti yang diharapkan. Setelah bertahun-tahun lamanya bergelut dengan buku, moril, & materil yang tidak sedikit. Namun apa daya, lapangan kerja yang tidak banyak menjadi kendala.

Epilog

Jadi demikianlah, dinamika kehidupan di negara kita tercinta Indonesia. Memang, ada realita yang harus kita hadapi dengan tegar. Mungkin memang, ekspektasi itu tidak selamanya relevan. Mungkin kedepan, kita bisa memotivasi diri sendiri untuk menjadi perintis usaha sendiri dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi banyak orang. Semoga Tuhan memberkati niat dan ikhtiar kita, Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun