Dilansir dari berita lokal, biaya kuliah mengalami kenaikan yang cukup signifikan, coba kita renungkan kondisi diatas, waktu dan biaya yang tercurah, tentu akan merugikan. Kalaupun ada banyak kepentingan dan kesibukan, itu adalah tanggungjawab individu, bukannya dilampiaskan secara tidak profesional. Dan saya berharap ada revolusi mental kedepannya, menyaring penanggungjawab yang lebih profesional dan bertanggungjawab, sehingga minat saya meningkat dan marwah lembaga juga terangkat. Dan tidak ada lagi desas desus 'donatur tetap'.
Ekspektasi & Realita
Sebagaimana yang saya kemukakan tentang manfaat dan harapan masyarakat umum, ternyata realitanya tidak sesuai yang diharapkan. Surplus wisudawan dan sarjana di Indonesia tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang mencukupi, banyak sekali sarjana yang tidak mendapat jatah pekerjaan seperti yang diharapkan. Setelah bertahun-tahun lamanya bergelut dengan buku, moril, & materil yang tidak sedikit. Namun apa daya, lapangan kerja yang tidak banyak menjadi kendala.
Epilog
Jadi demikianlah, dinamika kehidupan di negara kita tercinta Indonesia. Memang, ada realita yang harus kita hadapi dengan tegar. Mungkin memang, ekspektasi itu tidak selamanya relevan. Mungkin kedepan, kita bisa memotivasi diri sendiri untuk menjadi perintis usaha sendiri dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi banyak orang. Semoga Tuhan memberkati niat dan ikhtiar kita, Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H