Mohon tunggu...
Luthfi Zaennuri
Luthfi Zaennuri Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Swasta

Karyawan Swasta , Freelancer, Wirausahawan. Hobi nulis / ngetik cerita disela waktu

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Balada Pengendara Motor Pejuang Nafkah Semarang-Mranggen

11 Juli 2024   15:51 Diperbarui: 11 Juli 2024   15:56 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan Satu Arah. Adalah sistem dan kebijakan yang sangat saya benci di kota ini, karena mungkin bagi pebisnis, potensi pengunjug jadi berkurang, akses jalan harus memutar jauh. Dan bagi pelancong, juga sangat sulit mengarahkan, kebablasan sedikit, putar jauh lewat kampung pecinan yang sempit dan juga satu arah...hadeeh..

idntimes.com
idntimes.com

Pesona kampung pecinan tak lekang oleh jaman. Menyatu dengan kawasan pasar Johar, area wisata dan bisnis paling padat berbarengan dengan rombongan pedagang, angkutan barang, truk besar, mobil-mobil encik dan kokoh berdesakan memadati jalan kecil. 

Pemandangan khas chinese 90an, deretan ruko dan toko bahan langgananku, klenteng, bimbel, dan resto chinese legendaris, semua ada disini. Tugu di persimpangan pos polisi dan klenteng biasanya terpasang karya patung yang merepresentasikan sosok simbolis tahun-tahun chinese. 

Kota Semarang memang terkenal dengan etnis yang beragam, dari etnis Jawa, Arab dan Chinese, mereka pendatang dan hidup turun temurun disini, makanya di kota Semarang ada sosok simbolis Warak Ngendog, menurut salah satu keterangan, sosok hewan tersebut merepresentasikan masyarakat kota Semarang. 

Kepala naga simbol warga China, leher panjang dan punuk unta simbol warga Arab dan badan kambing simbol warga Jawa, semuanya hidup berdampingan di Semarang.

Itulah sekilas rutinitas saya yang masih tinggal di Semarang Utara, jarak tempuh masih dekat dan pesona kota lama dengan jalan gronjalannya...

Setelah saya menikah, saya pindah domisili di Mranggen, Kabupaten Demak...

indo1.id
indo1.id

Disinilah dahulu saya merantau mondok di sebuah Pondok Pesantren. Saya mendapatkan jodoh saya disini, dan akhirnya tinggal di rumah mertua. Saya sedikit bersyukur sudah terbebas dari palang kereta yang cukup makan waktu. Dan apakah setelah pindah, perjalanan saya semakin nyaman?

Enggak juga!!...uwaaahhh...bisa anda saksikan dan rasakan, jejeran truk pasir, bus Patas, bus Trans bak cumi darat jelaga emisi dari knalpot, jam jam ramai pekerja pabrik, anak sekolah dan kantoran tiap pagi dan sore. Padat merayap, berjejalan di depan pasar Mranggen. Tanpa lampu lalu lintas kemacetam parah di persimpangan jalan kauman dan jalan raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun