"AAaall iiis weeell" seperti orang gila
Jogja, 27 April 2023
Beranjak dari kota Magelang, menuju Jogja, kami berencana mampir dulu ke Candi Borobudur, persawahan yang lengang di kanan - kiri, jalan aspal yang halus dan bersih, indah sekali...sesampainya di lokasi, kami sempat kebingungan mencari pintu masuk. Tetiba ada seorang calo berwajah sangar, berbicara bla bla bla...ingin mengantarkan...akhir kata "nanti kasih se ikhlasnya"...hadeeh...aku ngeles saja "mau cari masjid, mau sholat dulu bang"... Sesampainya di depan pintu masuk, titip motor seharga 5ribu rupiah, dan tiket masuk..seharga 50ribu rupiah per orang...(-_-) apa apaan, batinku...di tahun ini apa apa serba naik, tak jadi akhirnya...hengkang dari Borobudur, ke Jogja lewat jalur alternatif. Apa aku bilang soal jalan alternatif, istriku sering mengarahkan kesana, iya sih jalan nya sepi tidak macet, tapi, menanjak naik turun.
Perjalanan dari siang, akhirnya sampai di penginapan tepat jam 3 sore. Rebahan dan sholat ashar, selanjut nya kami bersiap ke pusat kota Jogja, yang menjanjikan sejumlah pemandangan romantis dari bangunan tua ala keraton. Sebelum itu, aku ingatkan untuk menitipkan kunci kamar saja, sebagai pelajaran...hehe, apalagi kunci kali ini, masih dengan bentuk yang sama, hanya saja, gantungan kunci nya cukup sulit dibuat. kami beranjak, dan sudah pasti, bertepatan dengan libur lebaran, pusat kota full, bergaris merah pekat di Google Maps, Aah..sumpek sekali, sangat banyak spot foto yang ingin kami kejar.
Tiba di Alun-alun Kidul, suasana nya sudah berubah sejak terakhir aku ke sini, sudah banyak pedagang lapak di tepian, cukup ramai, dan pedagang asongan di lapangan, tidak ada fasilitas tempat sampah yang cukup, sangat disayangkan, lapangan Alun-alun kidul jadi tercemar sampah plastik berceceran, kami menikmati jajanan wafel di lapangan itu di tengah rindangnya sepasang pohon besar ditengah lapangan, wafel seharga 15ribuan, menurutku prosinya cukup pas dan mengenyangkan, meski aku tau dan terbiasa jajan di kotaku sendiri tidak semahal itu dan cukup juga.
Ada satu lapak yang aku lirik, terlihat sepi sekali..penjual kue leker, kue tipis melingkar yang dilipat. Awalnya aku kasihan, dan sayangnya, memang pantas jualannya sepi...isian leker yang begitu pelit, seharga 14ribu cuma dapet 4 biji, hadeh..cukup tau saja..
Masih di Alun-alun Kidul, aku mengira, di tempat inilah terdapat keraton utama, dan masjid keraton yang cukup bersejarah, tapi ternyata, tempat nya ada di alun-alun utara, karena aku adalah orang yang aktif berkonten, keburu malam, segera aku ajak istriku menuju kesana, namun sayang, dia sudah keburu beli seblak..dengan berat hati, harus ditinggal sebentar, sesampainya disana, masih ada cukup waktu untuk berfoto pada sore hari yang mulai redup, istriku tak henti-hentinya cemberut, dan terlihat ogah-ogahan berkeliling jalan kaki. Di kota Jogja, konon Upah Minimum nya begitu rendah, banyak orang yang akhirnya jadi juru parkir yang pungli dan tersebar disetiap jengkal tempat, jadi akan sangat merugikan jika selalu berpindah-pindah motor.
Sayangnya istriku tak biasa jalan kaki, saat itu terkadang aku memarahi istriku, yang selalu rewel dan tak bisa bersabar dikit kenapa sih...setelah berfoto di sisi lapangan tepat diujung pemandangan sepasang pohon berjejer, dilapangan alun-alun yang tertutup pagar besi, lanjut jalan menuju masjid Kauman, segera mengambil foto disana, cahaya mulai meredup, dan sedikit aku edit saja sudah bisa.