Perilaku prososial adalah tindakan yang menguntungkan orang lain tetapi tidak memberikan manfaat nyata bagi orang yang melakukan tindakan tersebut. Perilaku psikososial ini terkadang juga melibatkan risiko bagi orang yang memberikan pertolongan.Â
Istilah lain seperti perilaku menolong, kebajikan, dan kerelawanan juga dapat digunakan untuk menggambarkan hal-hal baik yang dilakukan orang untuk memberikan bantuan yang mereka butuhkan. Kemampuan empati dan karakter sosial seseorang terus berkembang seiring bertambahnya usia.Â
Faktor lingkungan dalam hal ini dengan siapa dan bagaimana ia berkomunikasi sehari-hari sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepribadian seseorang yang berorientasi sosial. Karena pengaruhnya, dia dapat menentukan bentuk lintasan pertumbuhannya apakah bertambah atau berkurang.
Masa terpenting pembentukan kepribadian sosial seseorang adalah masa kanak-kanak. Jika seseorang berhasil memupuk sifat-sifat yang baik bagi masyarakat saat ini, kemungkinan besar ketika ia besar nanti ia juga akan memiliki sifat-sifat yang baik bagi masyarakat.Â
Sebaliknya, jika seorang anak memiliki kepribadian antisosial yang buruk, hal itu dapat menyebabkannya menjadi antisosial di kemudian hari. Untuk mengoptimalkan perkembangan kepribadian prososial, orang tua harus peka dalam mengamati tahapan perkembangan kualitas perilaku prososial pada anaknya.Â
Di bawah ini kami rangkum lima tahapan perkembangan kualitas perilaku prososial yang dikembangkan oleh Nancy Eisenberg, seorang ahli di bidang perkembangan sosial. Dengan memahami tahapan-tahapan berikut ini, kami berharap orang tua dapat terbantu untuk melacak tahapan tumbuh kembang anaknya dalam perilaku sosial.
Tahap pertama yakni, Berorientasi pada kepentingan pribadi
Anak-anak pada tahap ini masih tertarik pada manfaat perlindungan yang bisa mereka dapatkan dari lingkungan sosialnya jika mereka berbuat baik kepada orang lain. Oleh karena itu, pada poin ini, alasan anak untuk berbuat baik tidak semata-mata didasarkan pada perasaan cemas, melainkan untuk menghindari konsekuensi negatif jika mereka tidak berbuat baik.Â
Contohnya adalah seorang anak menata ulang mainannya setelah bermain karena takut ditegur oleh orang tuanya. Kualitas sosial seperti itu ditemukan pada anak-anak prasekolah dan sebagian kecil anak-anak di kelas satu sekolah dasar.
Tahap kedua yakni, Berorientasi pada kebutuhan
Anak-anak pada tahap ini mulai menunjukkan kemampuan untuk menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan orang lain meskipun kebutuhan tersebut tidak sejalan dengan preferensi pribadinya.Â