Mohon tunggu...
Luthfi Wildani
Luthfi Wildani Mohon Tunggu... Penulis - Pecinta Hikmah dan Kebenaran

I'm Just The Ordinary Man and Thirsty Knowledge

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dakwah Bil-Hal sebagai Solusi Problematika Umat dan Bangsa

20 Agustus 2019   10:54 Diperbarui: 20 Agustus 2019   11:04 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi seorang politisi, yang harus dilakukan adalah menepati janji-janjinya pada saat kampanye dengan memberikan bukti yang konkret kepada konstituennya dan sesegera mungkin mengeksekusi program yang harus dijalankan. 

Hal ini secara tidak langsung kita juga sudah mendakwahkan Islam kepada masyarakat bahwasanya seorang politisi muslim itu ketika berjanji pasti akan ditepati dan akan menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.

Bagi seorang pedagang, yang harus dilakukan adalah mengedepankan kejujuran dalam transaksi jual beli. Tidak boleh menipu dan berbuat kecurangan. Jika barangnya masih bagus ya katakan bagus, dan jika barangnya kurang bagus ya katakan saja kurang bagus, dan lain sebagainya. Perilaku ini secara tidak langsung sudah mempromosikan Islam ke khalayak umum bahwasanya seorang pedagang muslim itu pasti orangnya jujur-jujur.

Bagi seorang penceramah, yang harus dilakukan adalah katakanlah yang benar jika itu benar, dan katakanlah yang salah jika itu salah. Jangan memutarbalikkan kebenaran. Dan sampaikanlah kebenaran itu dengan cara yang benar, bukan dengan cara yang salah dan serampangan. karena ada sebuah adagium arab yang berbunyi "ath-thariqatu ahammu minal maddah", yang artinya metode atau cara itu lebih penting daripada konten. 

Tindakan ini juga mencerminkan keislaman kita bahwasanya seorang penceramah itu memang orang yang pure (murni) menyampaikan kebenaran, tidak ada tendensi dan kepentingan apapun dalam menyampaikannya.

Bagi seorang penulis, yang harus dilakukan adalah menulis sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Jangan sampai kita hanya menjadi jubir berita hoax di media sosial lewat tulisan kita. Jangan sampai juga tulisan kita memuat benih-benih kebencian dan permusuhan kepada kelompok dan golongan lain. 

Jadilah penulis yang menginspirasi banyak orang, menyejukkan dan mendamaikan. Sehingga tulisan kita tidak menyulut pertikaian di media sosial yang tiada ujungnya, apalagi jika kata-kata kotor sudah menjadi bumbu dalam sebuah perselisihan. 

Hal ini juga secara tidak langsung sudah menjadi marketing dakwah kita bahwasanya penulis muslim itu adalah penulis yang selalu menginspirasi orang banyak, kata-katanya menyejukkan dan mendamaikan.

Pada akhirnya, kita memang belum bisa menjadi Rasulullah saw yang tindakannya selaras dengan kata-katanya. Bahkan dalam sebuah riwayat, Aisyah ra menyebutkan bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur'an (kaana khuluquhu al-Qur'an). 

Semoga kita bisa menjadi pencipta-pencipta perubahan yang bisa membawa kepada kemaslahatan orang banyak melalui metode dakwah bil-hal, sehingga image umat Islam Indonesia bukan lagi menjadi problem maker, tapi sudah naik level menjadi problem solver dan creator of change. Ini semua dalam rangka mewujudkan baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun