Mohon tunggu...
Luthfinda Bayu
Luthfinda Bayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kebidanan

Saya membuat artikel untuk memenuhi tugas kuliah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Muda Ogah Nikah Muda, Kenapa?

10 Mei 2024   21:13 Diperbarui: 10 Mei 2024   21:14 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera. Sudah sepantasnya seseorang mendambakan pernikahan di usia mudanya. Namun berkebalikan, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka perkawinan di Indonesia mengalami tren penurunan dalam enam tahun terakhir. Pada 2023, tercatat 1.577.255 perkawinan, yang merupakan jumlah terendah dalam sepuluh tahun terakhir. Ini merupakan penurunan 128.000 perkawinan dari 2022, dan 28,63% dari dekade terakhir. Apa yang mendasari muda mudi ini enggan untuk menikah muda?

1. Mereka rata-rata sudah melek secara finansial

Anak muda sekarang banyak yang dari usia 20-an udah investasi dan paham soal perputaran uang. Sebagian menganggap pernikahan itu tidak ada di daftar cara meraup untung di usia muda. karena itu mereka tidak mau "diganggu" dengan segala tetek bengek dunia setelah pernikahan. 

Mengingat harga kebutuhan hidup yang tinggi, dihadapkan dengan sulitnya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan, ditambah gaji umr yang berkisar hanya 4 hingga 5 juta saja, maka jelas akan cukup sulit untuk bertahan hidup. Dibandingkan dengan generasi boomers dan generasi X (Generasi Baby Boomers: Lahir antara tahun 1946-1964. Generasi X: Lahir antara tahun 1965-1980) yang bisa kaya dengan usaha sendiri asalkan tekun. 

Berbeda dengan generasi Z yang untuk  mendapatkan pekerjaan saja susah bila tidak punya orang dalam, membangun usaha pun susah karena pesaing dimana mana. Tidak salah jika muda mudi kini lebih fokus ke karir mereka. Intinya mereka ingin mengumpulkan uang terlebih dahulu sebanyak-banyaknya, entah untuk ditabung atau untuk dinikmati sendiri. Yang jelas belum ingin punya tanggungan.

2. Anak-anak muda sekarang juga sudah jauh lebih kritis

Mereka tahu jika pernikahan bukan solusi dari segalanya, nikah bukan jaminan bahagia, dan mereka punya hak untuk memilih dan menemukan pasangan yang sesuai tanpa diburu-buru apapun.

3. Sering dihadapkan dengan konflik rumah tangga orang tua sendiri.

Rumah tangga orangtua sangat menentukan apakah anak mau menikah atau tidak di masa depan. Apabila sedari kecil  sudah terbiasa melihat orangtua mereka berkonflik dihadapan mereka, maka bisa saja dia tidak mau menikah dengan harapan hidupnya akan lebih bahagia tanpa pasangan. Orangtua bertengkar di depan anak, mengeluhkan pasangan satu sama lain, mengeluhkan anaknya yang sulit diurus, menuntut anak terlalu banyak. Lalu mereka bingung kenapa anaknya tidak mau menikah saat dewasa. Padahal mereka lah yang jadi contoh "hidup menikah" selama ini. Ayah dan ibu yang seharusnya menjadi tempat pulang teraman dan ternyaman malah menjadi trauma untuk anaknya.

4. Banyaknya berita tentang kelamnya kehidupan rumah tangga.

Sosial media kini sudah menjadi ladang orang orang untuk bercerita, meminta pertolongan, bahkan melaporkan seseorang. Curhatan itu rata rata isinya permasalahan rumah tangga. Tidak jarang kita temui "Suami bunuh istri" "Istri bunuh anak" "Anak bunuh orang tua". Dilihat dari pengalaman orang dimedia sosial ini, jelas para gen Z akan berpikir dua-tiga kali untuk nikah. Istilahnya bikin trust issue.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun