Mohon tunggu...
Luthfi Lesmana
Luthfi Lesmana Mohon Tunggu... Penulis - Ahli tidur

Merupakan mahasiswa biasa-biasa aja di Fakultas Psikologi UIN Malang. Kecintaannya pada dunia literasi ia salurkan dengan berproses di komunitas Gerakan Perpustakaan Anak Nusantara Regional Malang. Bisa disapa melalui Instagram : @luthfi_lesmana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Besar dalam Benakku Sendiri

12 Januari 2021   21:18 Diperbarui: 12 Januari 2021   21:21 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aku sedang buru-buru, Lukas!” ucapku dengan kesal.

Aku benar-benar jengkel dengan dengan sikapnya yang selalu mengintimidasiku.

“Ayolah, Bella! Ini masih jam lima pagi, dan kau sudah berpakaian rapi seperti bangsawan. Yang benar saja!” Kata Lukas sambil berdiri memandangiku.

“Lukas, cobalah kali ini untuk memahamiku,” balasku dengan sedikit pasrah. “Kamu tidak pernah mengerti betapa pentingnya surat-surat ini bagiku.”

“Memangnya apa isi surat itu sehingga dinginnya udara luar tidak menggoyahkan niatmu sedikitpun? Apakah itu semacam surat penting yang akan menyelamatkan jutaan manusia?” Lukas membalas dengan nada merendahkan.

“Memang begitu!” balasku dengan sedikit emosi. “Surat ini menyangkut keselamatan manusia. Dua hari kemarin, aku melihat seorang Kakek Tua sedang dipukuli oleh dua lelaki berbadan besar di halaman  perpustakaan kota. Darah mengalir kemana-mana. Tetapi aku terlalu takut untuk menghampirinya. Aku hanya bisa terdiam di seberang jalan.”

“Lalu apa hubungannya dengan surat itu?”

“Surat ini berisi pengaduan yang akan menyelamatkan Kakek dan jutaan nyawa manusia lainnya. Aku akan mengirimkannya ke sebuah kantor rahasia di dekat hutan samping peternakan Pak James.”

“Kamu benar-benar gila, Bella,” kata Lukas dengan tatapan sinis kepadaku. “Lantas apa yang akan kamu lakukan sekarang?”

“Tentu saja sekarang aku akan pergi ke kantor itu. Dan ingat, aku tidak gila,” Lukas tidak pernah tahu bahwa dua lelaki berbadan besar yang kutemui dua hari lalu sebenarnya tergabung dengan sebuah organisasi rahasia. Mereka tersebar di seluruh penjuru kota dan siap untuk membunuh orang-orang tak berdaya.

Tentu saja posisiku saat ini sangat krusial. Nyawa orang-orang yang tak berdaya kini berada ditanganku. Dengan surat ini, aku akan menyelamatkan mereka.

Aku mulai menyusuri jalanan kota yang masih sepi. Benar-benar sepi hingga aku bisa mendengar hembusan nafasku sendiri. Toko sayur milik Pak Winkins pun masih tutup. Padahal toko itu terkenal karena selalu buka lebih awal dibanding dengan toko-toko di sebelahnya.

“Apa benar yang dikatakan Lukas bahwa aku berangkat terlalu pagi?” gumamku sambil berjalan. “Ah kurasa tidak juga. Keputusanku untuk pergi di pagi buta seperti ini adalah hal yang tepat. Maksudku, bagaimana mungkin aku bisa bersantai sedangkan orang-orang lemah di luar sana dalam keadaan bahaya? Kurasa Lukaslah yang sebenarnya gila. Dia bahkan tidak berempati atas kematian Kakek Tua yang kutemui dua hari lalu. Benar-benar gila.”

Hingga pada akhirnya ketika aku sampai di peternakan Pak James, aku merasakan ada seseorang yang membuntutiku. Aku sempat menengok ke arah belakang namun tak ada siapapun disana.

Langkah kaki itu semakin nyata terdengar di telingaku. Aku berpura-pura mengikat tali sepatuku supaya bisa sedikit menoleh ke belakang. Ternyata dugaanku benar. Aku melihat seseorang sedang mengintaiku dibalik pepohonan. Ia mengenakan jas berwarna hitam dan topi flanel yang agak miring ke kanan. Sorot matanya tajam dan langsung bersembunyi ketika aku melihatnya.

Aku langsung berlari dengan sekuat tenaga. Yang ada dipikiranku saat itu hanyalah satu, aku harus berhasil mengirimkan suratku ke kantor rahasia.

Setelah beberapa menit berlari, aku telah sampai di kantor rahasia. Aku langsung membuka kotak surat kantor itu dan mulai memasukkan lembaran penting yang akan menyelamatkan jutaan nyawa manusia.

“Aku tidak bisa langsung pulang ke rumah. Orang itu pasti akan membuntutiku,” ucapku. Saat itu juga aku berlari ke arah hutan dan bersembunyi di sebuah gubuk kosong.

Aku bersembunyi di salah satu ruangan di dalam gubuk itu. Sungguh, aku benar-benar merasa ketakutan.

Tiba-tiba aku mendengar suara langkah kaki menuju gubuk.

Sial! umpatku dalam hati. Keringat mengucur deras dari dahiku. Kucuran itu semakin deras ketika ia mulai membuka pintu gubuk.

Lagi-lagi sial! Orang yang kutemui dua hari lalu kini tepat berada di hadapanku.

Kraeplin Krueger, 31, Psikolog

            Tepat enam hari yang lalu saat pertama kali aku melihatnya di dekat perpustakaan kota. Dia terlihat cemas waktu itu.

Pada awalnya aku beranggapan bahwa tidak ada hal aneh apapun yang terjadi dengannya, hingga kemudian dia mulai menangis sambil menunjuk-nunjuk ke salah satu sudut halaman perpustakaan. Aku merasa aneh karena dia hanya menunjuk-nunjuk halaman kosong. Tak ada seorang pun disana. Lalu, apa yang sedang ditangisinya waktu itu?

Perilakunya yang aneh membawa rasa penasaran di benakku. Aku mulai mengikuti gadis itu untuk mengetahui apa yang terjadi dengannya.

            Dua hari kemudian, aku telah mengetahui tempat tinggalnya. Waktu itu tepat pukul lima pagi saat aku melihatnya keluar rumah.

Sebelumnya, dia sempat berdiri di depan pintu sambil berteriak menyebut nama Lukas. “Aku sedang buru-buru, Lukas!” ucapnya. Padahal aku tahu betul bahwa dia tinggal sendirian di rumahnya. Lalu, siapa yang dia sebut sebagai Lukas?

Saat itu aku mendengar bahwa dia akan pergi ke sebuah kantor rahasia untuk menyelamatkan nyawa manusia. Kantor rahasia? Menyelamatkan nyawa manusia? aku benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Aku terus mengikutinya dari toko sayur Pak Winkins hingga peternakan Pak James. Aku sangat bodoh waktu itu. Aku tidak memperhatikan langkahku yang berisik ketika menginjak dedaunan kering. Ia menengok ke arahku dengan kaget dan langsung lari seketika. Itulah kali terakhir aku melihatnya.

Seminggu kemudian, aku mendapat kabar mengejutkan di sebuah koran. disana tertulis bahwa polisi menemukan jasad wanita berumur 17 tahun di sebuah gubuk di hutan pinggiran kota. Wajahnya persis sekali dengan gadis yang kutemui seminggu lalu. Gadis itu bernama Bella. Tidak ada tanda-tanda kekerasan apapun di tubuhnya. Dan ini menguatkan asumsiku.

Apa yang sebenarnya dialami oleh Bella ketika  berada di dekat perpustakaan kota adalah bentuk halusinasi visual. Gejala khas yang selalu dialami oleh penderita Skizofrenia. Bella seolah-olah melihat seseorang tengah dipukuli, yang pada kenyataannya, hal itu tidak pernah terjadi.

Belakangan diketahui bahwa Keluarga Bella pernah dibantai oleh sekelompok misterius satu tahun yang lalu. Sejak saat itu, Bella sering berhalusinasi. Ia mulai menghadirkan sosok teman khayalan bernama Lukas. Bella menghadirkan sosok Lukas atas trauma yang dialaminya setelah kehilangan keluarga.

Lalu, apa yang Bella katakan bahwa dirinya harus menyelamatkan jutaan nyawa manusia adalah sebuah Grandiose Delusions. Bella sangat yakin bahwa dirinya hebat dan memiliki tanggung jawab untuk menyelamatkan jutaan nyawa manusia, yang pada kenyataannya, itu tidak masuk akal. Hal ini diketahui setelah polisi menemukan sebuah surat di salah satu gedung kosong dekat Peternakan Pak James. Surat tersebut berisi tentang pengaduan atas kasus pembunuhan yang dialami Kakek Tua di dekat perpustakaan kota. Persis ketika pertama kali aku melihatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun