Terakhir, Saddam menutup dengan kalimat, "Kader HMI banyak yang menjadi korban atas aksi represifitas Polri. Saran saya Kapolri harus tegas terhadap anggotanya yang bertugas di lapangan," yang menurut hemat penulis telah kehilangan makna. Kenapa?Â
Karena pernyataan sebelumnya yang menolak utk turun aksi, sedangkan di tataran grass root beberapa cabang justru turun aksi. Artinya, fungsi dari statement terakhir yang berupa keinginan ketum PB HMI dengan sendirinya tidak memiliki ketegasan dan kemauan yang kuat untuk memperjuangkan kadernya sendiri, dengan kata lain "normative statement".Â
Kritik ini penulis sampaikan sebagai bagian dari refleksi kita semua termasuk penulis, alih-alih menuntut pengetahuan dan tindakan bebas nilai yang tidak mungkin lebih baik mengujinya dalam kerangka analisa.Â
Maksudnya, uji saja tindakan aksi HMI di daerah dengan melihat kedalaman analisis mereka mengenai pemerintahan hari ini. jika memang tidak memiliki kedalaman analisis artinya siapapun berhak mengatakan itu sebagai "aksi politis" tetapi apabila HMI di daerah memiliki analisis yang kuat terhadap pemerintah, maka sebagai Pengurus Besar (PB) HMI harus melakukan tindak lanjut.Â
Dan penulis sangat menyayangkan munculnya statement tersebut, yang justru bagi penulis tidak menceminkan tradisi intelektual HMI. Alih-alih menghendaki bebas nilai, justru tidak mampu untuk melakukan verifikasi terhadap sebuah fenomena, bahkan fenomena internal. Sekarang, siapa yang sebenarnya politis?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H