Mohon tunggu...
Luthfi Ikmal Fatir
Luthfi Ikmal Fatir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Mahasiswa Teknik Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

NFT Pilihan

NFT: Kemana Hype NFT yang dulu Ramai Dibicarakan?

3 Juli 2023   11:19 Diperbarui: 3 Juli 2023   11:27 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata NFT (Non-Fungible Token) mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, yang terbayang oleh kita setelah mendengar NFT adalah gambar digital yang dijual mahal sebagai bentuk apresiasi terhadap kreator atau pembuat NFT. NFT sempat booming di indonesia pada awal tahun 2022 saat Chef Arnold membeli foto selfie anak muda bernama Ghozali Ghozalu di situs OpenSea. Alasan Chef Arnold membeli NFT tersebut adalah karena konsistensi dari Ghozali Ghozalu yang memfoto dirinya dari 2017 hingga saat ini yang diunggah ke OpenSea. Chef Arnold membayar mahal NFT tersebur dan membagikannya di akun twitternya dan booming karena sampai ditawar milyaran rupiah. Lambat laun hal tentang NFT sudah tidak pernah bermunculan lagi, dulu banyak media yang membahasnya sekarang sudah tidak pernah terlihat media membahas NFT. Lalu bagaimana kondisi NFT saat ini? Kenapa Hype yang dulu sempat ramai dibicarakan mulai terasing begini? Apa saja faktor yang membuat NFT bisa hilang dari pembicaraan banyak orang?

Seperti tren baru lainnya, ledakan NFT perlahan memudar. Alasan utama penurunan ini adalah beberapa masalah muncul di ekosistem NFT. Salah satu pertanyaan terpenting adalah dampak lingkungan dari proses penambangan kripto yang diperlukan untuk membuat dan mentransfer NFT. Sebagian besar NFT didasarkan pada blockchain Ethereum dan memanfaatkan mekanisme konsensus Proof of Work (PoW). PoW membutuhkan daya komputasi yang tinggi dan menghasilkan emisi karbon yang besar. Banyak orang mulai mengenali efek negatif ini dan mempertanyakan keberlanjutan jangka panjang NFT.

Selain itu, minimnya regulasi pasar NFT juga menjadi perhatian. Seiring semakin populernya, pasar NFT dibanjiri karya seni yang dibuat dengan cepat dan mungkin tidak memiliki nilai artistik yang nyata. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang legitimasi dan integritas seni digital yang diwakili oleh NFT. Tanpa regulasi yang tepat, konsumen mungkin akan membeli karya seni palsu atau yang diproduksi secara tidak etis.

Selain itu juga, ada isu terkait pemalsuan dan pencurian karya seni digital dalam bentuk NFT. Meskipun teknologi blockchain menawarkan keamanan dan keaslian, masih ada celah yang dapat dieksploitasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memalsukan atau mencuri karya seni yang diwakili oleh NFT. Ini mengurangi kepercayaan orang untuk membeli atau berinvestasi di NFT.

Sejumlah faktor yang menyebabkan hype NFT memudar, antara lain:

1. Harga tidak stabil

Salah satu faktor yang meredam ledakan NFT adalah harganya yang fluktuatif. Harga NFT sangat fluktuatif dan sulit diprediksi. Beberapa karya seni digital dijual dengan harga yang luar biasa pada awalnya, kemudian harga turun secara signifikan dalam waktu singkat. Hal ini membuat sebagian orang enggan berinvestasi di NFT.

2. Karya seni digital yang tidak berkualitas tinggi

Selain itu, booming NFT juga diredam oleh banyaknya karya seni digital berkualitas rendah. Beberapa orang mencoba memanfaatkan ledakan NFT untuk menghasilkan uang dengan membuat karya seni digital yang tidak memiliki nilai artistik. Hal ini menyebabkan beberapa orang kecewa dan salah mengira ledakan NFT hanya sebagai tipu muslihat.

3. Kurangnya pemahaman tentang NFT

Kurangnya pemahaman tentang NFT juga menjadi faktor yang meredam boomingnya NFT. Banyak orang yang masih bingung apa itu NFT dan bagaimana cara kerjanya. Hal ini membuat sebagian orang enggan berinvestasi di NFT.

Meski booming NFT sudah mereda, bukan berarti akan hilang begitu saja. Ada perkembangan menarik di bidang ini yang menunjukkan bahwa NFT masih memiliki potensi besar untuk masa depan. Pertama, beberapa platform blockchain mulai beralih dari PoW ke mekanisme konsensus yang lebih ramah lingkungan seperti Proof of Stake (PoS). Ini mengurangi dampak lingkungan dari transaksi NFT.

Selain itu, industri seni dan hiburan terus mencari cara untuk mewujudkan potensi NFT. Misalnya, beberapa artis telah menggunakan NFT untuk mengumpulkan uang untuk proyek seni mereka langsung dari penggemarnya. Ini menghilangkan perantara dan memberi seniman lebih banyak kendali atas pekerjaan mereka. Selain itu, beberapa platform digital seperti Decentraland dan Cryptovoxels memungkinkan pengguna untuk membeli dan menjual tanah dan aset virtual menggunakan NFT, menciptakan ekonomi virtual yang dinamis.

Walaupun hype NFT telah menurun. Masalah lingkungan, spekulasi, dan kekhawatiran tentang keaslian dan nilai karya seni tetap menjadi tantangan untuk menaklukkan pasar NFT. Namun, dengan kemajuan teknologi blockchain dan kesadaran akan perlunya keaslian digital, NFT masih memiliki potensi besar untuk masa depan. Tantangan yang harus diatasi, seperti dampak lingkungan dan regulasi yang lebih baik harus diatasi untuk mencapai penerimaan yang lebih luas dan keberlanjutan jangka panjang. Dengan pengembangan dan eksperimen lebih lanjut di bidang ini, NFT mungkin masih menjadi bagian integral dari dunia seni dan perdagangan digital. Kita harus melihatnya sebagai titik awal perkembangan yang menarik, bukan akhir cerita NFT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten NFT Selengkapnya
Lihat NFT Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun