Mohon tunggu...
luthfi
luthfi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Narasi Tentang Rutinitas yang Menyibukkan

4 Februari 2016   13:24 Diperbarui: 4 Februari 2016   15:19 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kalau pagi ini anda bangun dan masih punya niat baik untuk berangkat ke masjid, menjalankan shalat lima waktu secara berjamaah dan tepat di awal waktu, maka semoga anda masih termasuk sebagai salah satu dari delapan kelompok manusia yang dijanjikan akan diberi penutup kepala dari panasnya matahari ketika nanti antri untuk di-hisab di Padang Mahsyar.

Atau kalau pagi ini anda bangun pagi dan berkehendak membaca 30 juz Al Qur’an sampai khatam, meresapi keindahan maknanya dan mengamalkan perintah dan menjauhi larangan yang ada di dalamnya, maka, semoga anda masuk sebagai golongan manusia yang dijaminkan surga kepada mereka, sebab melestarikan Al Qur’an.

Semua manusia, selama dia beragama, tentu tidak akan menolak janji surga dengan segala kenikmatan abadinya. Entah dia beragama dengan benar atau salah. Entah seberapa lama berada di lingkungan yang religius dan ketat tradisi keagamaannya, di pesantren misalnya. Toh, semakin tinggi ilmu agama yang dimiliki belum tentu menggambarkan perilaku dan baiknya manusia beribadah kepada Gusti Allah.

Sebagaimana seharusnya manusia bergama, saya juga anda tentunya sempat terpikir bahwa lebih baik meninggalkan seluruh rutinitas duniawi, melupakan atribut kesenangan dan kesibukan duniawi, lalu mengabdikan waktu dan hidup sepenuhnya untuk mengasingkan diri, fokus dan sepenuh jiwa raga beribadah dan menyembah Gusti Allah. Paling tidak untuk memperoleh surga. Atau paling tidak terhindar dari neraka yang siksanya abadi.

Tapi, saya mungkin juga anda, pagi ini dan beberapa hari terakhir juga beberapa bulan dan tahun terakhir, tentu mustahil mampu hidup mengabdikan sepenuh diri jiwa-raga untuk mengabdi kepada Gusti Allah. Banyak hal yang bisa dijadikan alasan dan dipersalahkan.

Harapan untuk bangun tepat sebelum fajar shadiq muncul dan menemui subuh seringkali harus gagal sebab pertandingan Barclays Premier League lebih menarik dan sayang untuk ditinggalkan dengan tidur tepat waktu supaya menjumpa subuh. Demikian pula dengan liga Spanyol, liga Prancis, Italy. (mengecualikan Indonesia yang masih sibuk berkompetisi lewat turnamen, dan belum juga punya liga yang terstruktur dan dikelola sistematis)

Ketika bangun, sebelum anda mandi dan mulai berkatifitas, apapun itu, televisi yang ada di ruang tengah rumah atau di dalam kos-kosan akan menarik anda dengan sedemikian kuat untuk sekedar melihat film kartun, acara hiburan berupa ceramah pagi yang disampaikan dengan guyonan garing, melihat infotainment yang dengan sensasional membuat penasaran memberitakan bahwa si artis A telah cerai dengan suaminya padahal belum genap sebulan menikah (artis memang menempati posisi sosial khusus, yang membuat segala sampah perilaku yang mereka kerjakan perlu diberitakan oleh televisi) dan berita-berita lain, atau melihat resep masakan yang menarik anda masak pagi ini, juga melihat skor dan review pertandingan Barclays Premier League yang semalam tidak ditayangkan televisi.

Anda mungkin sedang menjalani kuliah di suatu perguruan tinggi, apapun basis agamanya dan apapun lembaga yang menaunginya. Percayalah, bahwa hampir seluruh proses yang ada di perguruan tinggi, di perkuliahan, adalah untuk membentuk anda menjadi karyawan yang handal, berkarir bagus lalu berkehidupan teratur serta sukses. Dan, kalau sempat berkunjung ke perpustakaan, coba amati seberapa ramai hari ini suasana perpustakaan dibandingkan pusat-pusat perbelanjaan dan kafe-kafe.

Juga, coba amati buku apa saja yang mahasiswa gemari untuk mereka baca. Pasti tidak akan jauh dari tema-tema tentang bagaimana memperoleh kesuksesan dan kekayaan secara instan. Atau buku tentang motivasi dan konseling hidup supaya memiliki sikap mental yang bagus dalam menghadapi dinamika perkuliahan dan persaingan wirausaha. Atau juga novel. Secara keseluruhan tema yang paling digemari adalah yang mengandung unsur fantasi, seksual, sensual, panduan kaya dan sukses secara instan dan sebagainya yang juga menggambarkan apa isi otak manusia semacam saya dan, naudzubillah! anda juga.

Kalau anda kebetulan masih mahasiswa dan beragama islam, tentu pernah memiliki cita-cita menjadi seorang intelektual besar sebagaimana Gus Dur, atau Nurcholis Madjid, atau BJ Habibi. Ketiganya merupakan cendekiawan yang mampu memberikan kontribusi keilmuan maupun perubahan positif bagi bangsanya, namun juga mumpuni dalam memahami dan menjaga agama. Tapi, jangan harap menemukan tokoh sekaliber mereka dari dunia kampus hari ini. Kampus dan segala macam organisasi serta tetek bengeknya sudah jauh mengalami degradasi kualitas dan kemapuan menciptakan manusia intelektual dan pejuang sekelas tiga tokoh tersebut.

Tapi, dengan asumsi tetap mengidolakan ketiga tokoh tersebut, coba keluar dari belenggu sempit angan-angan anda dan keliling keluar ke pasar-pasar tradisional, atau ke wilayah pertanian, atau ke pesisir pantai yang penuh dengan pedagang, petani dan nelayan yang semuanya muslim kemudian rangkum dan sampaikan kata yang menggambarkan kondisi mereka. Ya, miskin dan terbelakang. Mereka yang oleh para politisi senantiasa dijanjikan kesejahteraan, masih berkubang dalam kondisi yang seperti itu bertahun-tahun, berpuluh tahun bahkan turun temurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun