Mohon tunggu...
Luthfia Rizki
Luthfia Rizki Mohon Tunggu... Editor - Editor

Lifetime Learner | Humanities | Writing with purpose

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kuliah Sastra Selain Inggris? Siapa Takut!

22 Juli 2016   18:35 Diperbarui: 24 Juli 2016   14:02 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: news.okezone.com

Keputusan untuk mengambil jurusan memang tidak mudah. Biasanya banyak orang yang turut serta dalam membantu memilihkan jurusan untuk siswa/i yang bersangkutan, terlebih lagi orang tua yang memang menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dan pengambilan keputusan mau jurusan apa nantinya, hal ini tak jarang menjadi perdebatan panjang antara sang anak dengan orang tua, dan bahkan terkadang sampai adu pendapat dengan guru BP sekolahnya atau pengajar di tempat les yang sering menjadi tempat curhatan si anak. Tak pelak, para camaba ini makin pusing dibuatnya.

Untuk anak yang notabene ikhlas, ridho, dan pasrah mau dipilihkan jurusan apa saja oleh orang-orang di sekitarnya, pengambilan keputusan jurusan ini bukan menjadi masalah besar karena pada dasarnya mereka berpendapat “yaudah, terserah”. Namun, untuk anak yang sangat mengetahui passion-nya dengan baik, benar-benar tahu apa yang dia inginkan, serta mau kemana dan jadi apa dia nanti, orang-orang yang ikut campur bahkan sampai memaksa tentu sangat mengganggunya. Anak dengan tipe seperti ini tentu ingin lebih dipercayai karena mereka sebetulnya sudah dewasa dan berhak menentukan pilihannya sendiri. Anak dengan tipe seperti ini hanya membutuhkan satu hal, yakni support penuh dari orang-orang di sekitarnya, terutama orang tua.

Dalam postingan kali ini, dari sekian banyak program studi yang ditawarkan untuk berbagai perguruan tinggi di Indonesia, saya akan fokus membahas jurusan sastra. Mengapa sastra? Karena jurusan sastra adalah yang biasanya tidak terlalu diminati. Tak jarang jurusan sastra juga diremehkan dan hanya dianggap pelarian (oleh beberapa orang). Banyak pendapat mengenai mengambil jurusan sastra di kuliah. Yang dulu sering saya dengar: Ngapain sih ngambil sastra? Mau jadi apa nantinya? Ngapain ngambil kuliah sastra 4 tahun mahal-mahal, kan bisa belajar dari tempat les? Itu kuliah lama-lama cuma belajar bahasa doang? Dan sebagainya, dan sebagainya...

Cobaan anak sastra tidak hanya sampai disini. Ada yang lebih menarik lagi dibandingkan hanya membahas jurusan sastra, yakni mengambil jurusan sastra selain Sastra Inggris. Hmm. Disini saya sama sekali tidak meremehkan jurusan Sastra Inggris. Tidak sama sekali. Saya mempunyai banyak sekali teman sastra Inggris, dan bahkan tidak ada satu pun dari mereka  pernah memandang rendah jurusan sastra lain. Kita saling support satu sama lain sesama satu fakultas. Balik ke awal tadi, karena ini semua masalah passion dan keinginan masing-masing. Dan saya sangat geram dengan orang-orang yang jelas-jelas merendahkan sastra lain selain Inggris. Pertanyaan yang biasanya paling menohok; emang ada sastra X di univ. Y? Kenapa ga sastra Inggris yang lebih umum aja? Mau kerja apa keluar dari sana? Saya pun hanya membatin, ya ampun segitunya ya...

Bulatkan tekad dari awal

Memilih jurusan di kuliah memang tidak main-main. Jangan asal random atau cap cip cup dalam menentukan. Jangan pula main aman karena mungkin passing grade sastra X di univ Y rendah. Pilihlah dengan bijak dan matang. Sebagai seorang yang beranjak dewasa, pilihan kita merupakan tanggung jawab kita sendiri kepada orang tua yang membiayai kuliah kita nantinya.

Kalau tidak tahu bagaimana sistem pembelajaran di  jurusan sastra yang benar-benar asing tersebut (karena bukan sastra Inggris yang jelas kita tahu bahasanya), cari mata kuliahnya di internet sebelum menentukan jurusan apa yang mau dipilih. Setidaknya kita tahu akan belajar apa saja selama 4 tahun ke depan. Jangan buta-buta amat. Teknologi sudah sangat canggih dan manfaatkanlah sebaik-baiknya. Just Google it!

Jika niat dan pilihan kita sudah bulat, siapapun tidak akan bisa meremehkan kita. Biarkan cemoohan mereka berlalu, ga perlu dengerin mereka yang coba menjatuhkan, dan jika memang ada masukan, ambil saja yang positifnya. 

Jangan takut belajar

Setelah tahu gambaran mata kuliah apa saja yang akan dihadapi nantinya, biasanya akan terlintas di benak kita, “Susah gak ya bahasanya? Gimana kalau nanti gak bisa ngerti dosen ngomong apa? Gimana kalau gak bisa ikutin pelajarannya?”. Tidak usah khawatir, karena jawaban semua itu adalah: tenang saja.

Kuliah sastra asing itu belajar dari nol. Benar-benar belajar dari perkenalan diri, membaca huruf dan angka, bahkan juga belajar tata letak benda sampai cara buka-tutup pintu. Perkuliahan diawal memang seperti dulu kita belajar bahasa Inggris sewaktu SD. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, perkuliahan akan semakin kompleks dengan permasalahan grammar yang akan siap diuji untuk kuis yang datang tiga minggu sekali.

Karena kuliah sastra bukan hanya belajar bahasa

Ini poin yang tak kalah penting. Banyak yang bertanya-tanya, belajar apa saja sih 4 tahun di sastra selain bahasa? Jurusan sastra sebetulnya juga belajar linguistik, penerjemahan, telaah teks, sejarah, budaya, dan lain-lain. Misalnya kita mengambil kuliah Sastra Perancis maka kita tentu akan mempelajari budaya Perancis dan juga keseluruhan wilayah Eropa.

Dari sini juga kita akan belajar bermacam-macam karakter orang dari berbagai latar belakang budaya. Belum lagi jika pengajar native yang suka datang setahun sekali. Dengan interaksi langsung, mereka akan semakin “mendekatkan” kita dengan bahasa yang kita pelajari. Biasanya pengajar native lebih fun karena mereka tidak mau membuat kita semakin tertekan, hehe. Hal inilah yang akan membuka pikiran, sehingga kita akan menjadi orang yang open-minded tapi tetap bertanggung jawab.

Karena materi perkuliahan yang sangat luas inilah, mahasiswa sastra asing (selain Inggris) tidak perlu takut tidak dapat pekerjaan. Kita mempelajari banyak hal. Apabila pekerjaan kita nantinya bukan dalam bidang spesialis bahasa yang kita ambil, masih banyak pekerjaan lain yang sejalan dan seirama sesuai dengan keinginan kita tentunya. Setiap orang telah memiliki jalannya masing-masing.

Kuliah sastra asing itu belajar tekun dan sabar

Tidak seperti bahasa Inggris yang kita semua tahu dasarnya seperti apa, belajar bahasa asing selain Inggris dibutuhkan ketekunan dan ketabahan yang tinggi. Kita memang harus rajin-rajin menekuni grammar, membahas permasalahan linguistik, belajar menerjemahkan dengan baik, dan sabar menghadapi perkuliahan; jangan cepat menyerah. Bahasa Inggris merupakan bahasa dasar untuk mempelajari bahasa lain. Karena kalau tidak pernah mempelajari bahasa Inggris, kecil kemungkinan untuk bisa paham dengan cepat mempelajari bahasa lain.

Namun, jangan kaget  jika beberapa bahasa memiliki struktur grammar yang sangat berbeda dengan bahasa Inggris dan tata bahasa yang mutlak serta tidak terbantahkan. Mengapa tidak terbantahkan? Menurut pengalaman saya sewaktu mengambil mata kuliah pilihan Bahasa Jerman Dasar dulu, ada mahasiswa yang terus mempertanyakan mengapa kata ini artikelnya die,mengapa ini der, mengapa itu das.

Dan jawaban dosen saya atas pertanyaan tersebut: udah dari sananya. Kemudian sang mahasiswa yang berasal dari fakultas teknik itu bisik-bisik kepada saya masih memperdebatkan penentuan artikel die, der, das itu. Jawaban yang saya berikan juga masih sama seperti dosen saya: itu udah dari sananya, terima apa adanya saja.

Belajar bahasa asing memang sangat menyenangkan. Tulisan ini sesungguhnya dimaksudkan untuk membuka pandangan orang-orang mengenai memilih jurusan apapun itu, pada akhirnya pasti akan berguna. Karena setiap orang berhak memilih apa yang dia inginkan. Semua jurusan kuliah itu sama baiknya dan mempunyai kesulitannya sendiri-sendiri. Dan seperti hubungan antar sesama manusia, berbagai pembelajaran itu diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain yang berguna di dunia pasca kampus berikutnya :)

Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun