Mohon tunggu...
Luthfia Rizki
Luthfia Rizki Mohon Tunggu... Editor - Editor

Lifetime Learner | Humanities | Writing with purpose

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bumiku, Bumimu Juga

22 April 2016   18:58 Diperbarui: 22 April 2016   19:06 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber gambar: gogreenbella.wordpress.com"][/caption]Untuk memperingati Hari Bumi Internasional yang jatuh pada 22 April hari ini, terdapat banyak cara sederhana untuk “merayakannya”. Apabila Hari Kartini dirayakan dengan kemeriahan memakai kebaya, hari bumi tidak heboh dengan serba hijau. Karena bumi tidak menuntut kemeriahan, dihargai saja rasanya ia sudah sangat senang.

Bumi yang kita tinggali saat ini memang sudah rapuh dan mungkin tak jarang ia menangis. Bagaimana tidak? Banyak orang yang sama sekali tidak mempedulikannya bahkan sampai merasa tidak sadar dimana tempat ia berpijak saat ini. Bumi sudah memberikan kehidupan yang indah, tetapi tak jarang manusia malah melakukan hal sebaliknya. Rasanya tak pantas membalas budi terhadap lingkungan dengan cara beringas seperti ini.

Permasalahan lingkungan yang terjadi di bumi ini memang beragam dan cukup kompleks. Tidak usah muluk-muluk cara kita untuk menghargai dan mencintai planet yang sudah menopang kehidupan manusia selama jutaan tahun lamanya ini. Tidak usah gembar-gembor sana-sini kegiatan apa saja yang telah dilakukan untuk melestarikan lingkungan. Karena sesungguhnya merawat dan menjaga lingkungan itu adalah kewajiban, bukan sesuatu yang harus “dispesialkan”.

Tak ada alasan kita sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan lingkungan sekitar. Tak ada alasan kita sekolah full time untuk sekadar melakukan hal-hal kecil dalam memperbaiki lingkungan. Bila kita tidak bisa turut serta dalam memperbaiki, pintu untuk melakukan pencegahan sangat terbuka lebar. Kita bisa melakukan apa saja untuk mencegah kerusakan lingkungan.

Dimulai dari hal terkecil yang biasa dilakukan sehari-hari, seperti membuang sampah pada tempatnya. Ya, saya tahu, ini merupakan hal yang sangat, sangat sepele, bahkan pasti selalu keluar di soal ujian anak SD. Bunyinya seperti ini, “Sebutkan upaya yang harus dilakukan untuk mencegah banjir”. And we all know, jawabannya adalah “membuang sampah pada tempatnya”. Sugesti tersebut sudah ada dari kita masih sangat belia, tetapi mengapa tidak berpengaruh sampai kita sebesar ini?

Jujur saja pasti diantara kita sering melupakan hal “remeh” seperti ini. Ada saja alasan mengapa tidak membuang sampah di tong sampah. Biasanya karena tong sampah terlalu jauh, tidak ada tong sampah sama sekali, atau memang malas berjalan ke tempat sampah. Saya sendiri pun dahulu pernah membuang sampah sembarangan, tetapi perlahan terus mencoba untuk berubah dan itu memang butuh proses karena kebiasaan tidak bisa diubah secara instan. Apa susahnya menyimpan sampah sampai bertemu tempat sampah, bukan? Ayo coba! Ayo peka! Ayo disiplin!

Mengenai kerusakan lingkungan lainnya seperti hutan di berbagai belahan dunia terutama Indonesia yang terus menipis, entah saya harus berkata apa apa lagi. Di satu sisi orang menghancurkan hutan, di sisi lain orang terus berupaya menghijaukan hutan kembali. Namun, penghijauan juga jauh lebih sedikit dibandingkan pengrusakan. Dikutip dari Kompas.com, hutan Indonesia berkurang secara drastis. Dalam kurun waktu 2009-2013, Indonesia kehilangan hutan seluas 4,6 juta hektar atau seluas Provinsi Sumatera Barat, tujuh kali luas Provinsi DKI Jakarta. Setiap menit, hutan seluas tiga lapangan bola hilang. Direktur Forest Watch Indonesia (FWI), Christian Purba, bahkan memprediksi 10 tahun ke depan hutan di Riau akan hilang diikuti dengan Kalimantan Tengah dan Jambi. Mencengangkan, ya?

Data tersebut adalah data tahun 2014. Tahun 2016 sekarang mungkin sudah jauh berkurang lagi. Entah mengapa apakah orang-orang di luar sana tidak peka sama sekali terhadap keadaan bumi saat ini, atau mereka memang sudah bodo amat terhadap keadaan lingkungan. Ditambah lagi dengan praktik tata kelola lahan hutan yang tak berubah dan pengawasan yang tidak tegas dari pemerintah. 

Saya disini bukan untuk mengkaji lebih dalam tentang permasalahan ini, tetapi cuma untuk mengungkapkan bagaimana bisa orang-orang terus tega merusak lingkungan secara besar-besaran. Bagaimana bisa orang-orang tidak peka padahal sudah banyak tanda-tanda yang bumi munculkan sebagai peringatan terhadap berbagai pengrusakan yang dilakukan manusia?

Semoga Hari Bumi ini bisa semakin meningkatkan kesadaran kita dalam menjaga dan merawat lingkungan. Bisa dilakukan mulai dari yang terdekat, termudah, terkecil sampai nantinya terjun ke lapangan dan ikut berperan langsung dalam melakukan penghijauan. Bila bisa berbuat baik, lakukanlah sesegera mungkin. Jangan sampai ditunda sebelum bumi kita benar-benar marah.

Salam Kompasiana!

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun