Mohon tunggu...
Luthfiana Nurul Izzah
Luthfiana Nurul Izzah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi UNS

Mahasiswa Psikologi UNS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Media Sosial adalah Rumah Ternyaman bagi Haters?

11 Desember 2021   17:30 Diperbarui: 11 Desember 2021   17:46 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo guys, apa kamu pengguna aktif media sosial? Jika ya, pasti sudah tidak asing bukan menemukan haters yang kini melanglang buana di media sosial dan melontarkan berbagai komentar kebencian, sehingga media sosial terasa sebagai rumah yang nyaman bagi para haters.

Kalian merasa enggak sih kalau sekarang media sosial sudah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Bagaimana tidak? Di Indonesia sendiri, dilansir dari hasil survei Hootsuite (We Are Social), pengguna media sosial aktif di Indonesia pada tahun 2021 sudah mencapai 61,8% dari jumlah populasi. Wah, sangat banyak bukan? Kini, media sosial berhasil membuat kita tidak lagi khawatir dengan jarak dan waktu untuk berkomunikasi.

Namun, sayangnya nih, media sosial yang tidak digunakan dengan bijak juga menimbulkan permasalahan loh, salah satunya perilaku haters yang dengan mudahnya melontarkan komentar kebencian (hate speech) kepada pengguna media sosial lainnya.  Perilaku haters bukanlah sesuatu yang bisa dibenarkan maupun dianggap sebelah mata. Berbagai macam hal sudah dilakukan, tetapi perilaku haters ini masih terus terjadi. 

Nah, sebenarnya, apa itu haters? Menurut Pradipta (2016), haters adalah orang yang tidak segan menyerang orang yang dibencinya dengan kata-kata kotor, melecehkan, hingga menghina. Nah, haters ini termasuk dalam perilaku agresif yang dilakukan secara verbal loh, ternyata juga mereka tidak bertindak sendirian, guys. 

Menurut Sitorus (2017), haters berupa sebuah akun dengan unggahan yang bersifat menjelek-jelekkan orang yang mereka benci dan memiliki cukup banyak pengikut hingga ribuan. Pasti kita sering lihat di media sosial bukan,  banyak akun media sosial yang dimanfaatkan sebagai akun haters, sebuah grup sosial dari komunitas maya yaitu admin sebagai pemimpin dan pengikutnya sebagai anggota, yang secara bersama-sama membenci seseorang, ditunjukkan dalam kolom deskripsi, caption, dan foto atau video pada tiap unggahan mereka yang sama sama bersifat menghina dan menghasut untuk membenci, sekaligus kolom komentar yang memfasilitasi para pengikut untuk berinteraksi dengan pemilik akun. 

Misalnya nih, pasti kalian sudah tidak asing bukan dengan Kekeyi, seorang selebriti internet, yang kerap mendapat komentar kebencian dari haters, seperti 'gigi tonggos, ' pendek', 'jelek', dan 'bau mulut', sebab haters merasa Kekeyi tidak pantas sebagai seorang selebriti karena tidak sesuai dengan standar kecantikan yang ada (Langi & Wakas, 2020). Sungguh ironis.

Lalu, bagaimana sih penjelasan mengenai penyebab perilaku haters di media sosial? Yuk, simak artikel ini!

Candu. Pasti kalian sering mendengar kata itu bukan? Kata candu identik dengan kecanduan rokok, alkohol, dan narkoba, sehingga seseorang ingin mengonsumsinya lagi, lagi, dan lagi. 

Nah, efek media sosial juga bisa terasa candu loh bagi haters yang membuat mereka tidak bisa terlepas walau sehari dan interaksi tatap muka pun berkurang, apalagi dipengaruhi pula oleh pemikiran kelompok yang diiringi efek contagion dan menyulut kemarahannya pada subjek, sehingga keterbukaan diri mereka curahkan di media sosial dengan mengekspresikan ide, kritik, dan berdebat (Pradipta, 2016).

Apalagi nih, di media sosial, mereka bisa menyamarkan identitasnya alias anonim, sehingga mereka bebas mengutarakan pikirannya tanpa merasa bertanggung jawab. Kalian pasti sering melihat juga kan, akun yang menuliskan komentar kebencian seringkali tidak menggunakan identitas aslinya, seperti menggunakan nama "haiiniaku123'. Anonimitas juga menjadi aturan umum bagi akun haters loh, supaya kehidupan mereka di dunia nyata tetap 'aman'. (Hildawati, 2018)

Guys, menurut Langi & Wakas (2020), pengalaman masa lalu yang buruk dan fanatisme yang tinggi juga berpengaruh loh terhadap perilaku haters. Contohnya nih, pasti teman-teman yang sering menonton drama korea sudah tidak asing dengan Han Soo He, kan? Aktris korea yang ramai diperbincangkan karena membintangi sebuah drama korea mengenai perselingkuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun