Mohon tunggu...
Luthfi Alan Perdana
Luthfi Alan Perdana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Sejarah AI pada Industri Kreatif dan Dampak yang diberikan

20 Desember 2024   21:55 Diperbarui: 20 Desember 2024   21:51 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Teknologi AI. Sumber: Unsplash

Apakah anda pernah mendengar bahwa AI akan menggantikan seniman?  Jika ya, menurut anda apakah hal tersebut benar adanya? Raiyan, seniman digital Indonesia mengungkapkan keprihatinannya dalam dalam wawancara kepada VOA Indonesia[1]:

“Hal ini membuat para artis dan seniman itu concern gitu bahwa teknologi ini akan take away their source of living atau yang yang kedua juga membuat si pembuatan seni artistik seperti concept art menjadi sangat murah banget gitu dan akhirnya menghancurkan harganya mereka.” Hal tersebut menunjukan bahwa para seniman digital mengkhawatirkan nilai pekerjaan mereka akan tergantikan oleh AI.

AI (Artificial Intellegence) atau disebut dengan Kecerdasan Buatan adalah alat yang mampu meniru kecerdasan manusia melalui suatu algoritma yang “mempelajari” suatu dataset. Istilah AI muncul pertama kali pada 1956 dalam Konferensi Dartmouth. Dalam sejarahnya, AI pada mulanya diciptakan untuk meniru kecerdasan manusia dalam memecahkan masalah-masalah matematika, pemecahan game, dan kecerdasan di bidang sains lainnya. Namun, pada perkembangannya AI semakin dikembangkan hingga bidang kreatifitas. Sehingga, AI tidak hanya dapat meniru kecerdasan manusia, tetapi juga dapat meniru kreatifitas manusia.

Sejarah AI pada Industri Kreatif

Generative AI atau disebut AI Generatif atau Gen AI adalah jenis AI yang sangat sering digunakan dalam Dunia Kreatif. AI Generatif adalah AI yang dapat digunakan untuk membuat konten baru, termasuk suara, kode, gambar, teks, simulasi, dan vidio. Gen AI sangat memberikan dampak, karena hanya dengan menggunakan perintah singkat, AI Generatif dapat memberikan hasil yang kita inginkan. Penggunaan AI Generatif dapat mengesampingkan kemampuan manusia/pengguna dalam berpikir kreatif untuk menghasilkan konten.

Diantara contoh pertama Generatif AI yang berfungsi, ELIZA adalah chatbot dibuat pada tahun 1961 oleh ilmuwan Inggris Joseph Weizenbaum. Ini adalah program komputer pertama yang dapat berkomunikasi layaknya manusia yang menggunakan bahasa sehari-hari. ELIZA mengikuti pola sederhana dalam mengenali kata kunci dalam teks untuk kemudian menghasilkan tanggapan umum terprogram. Menurut pembuat ELIZA, program komputer ini hanya parodi dari seorang psikoterapis dan sama sekali tidak cerdas.

Semakin berjalannya waktu, para ilmuwan tidak hanya dapat mengembangkan AI yang dapat menghasilkan teks, tetapi AI penghasil gambar juga dikembangkan. Awal mula dari AI penghasil gambar adalah AlignDraw oleh Elman Mansimov tahun 2015. Elman berpikir, jika komputer bisa menciptakan keterangan dari sebuah gambar, apakah ini mungkin untuk menciptakan gambar dari keterangan. Dari pemikirannya tersebut, dia mencoba membuat program komputer pertama yang dapat menghasilkan gambar hanya dengan menggunakan kalimat/kata.

Keberhasilan Elman terus dilanjutkan oleh para pengembang AI Generatif lainnya. Hingga, pada tahun 2020 DALL-E rilis untuk pertama kalinya. DALL-E adalah model AI Generatif yang populer hingga saat ini. DALL-E mampu menciptakan gambar yang begitu realistis hanya dari teks yang diberikan. Bahkan ketika memberikan ide gambar yang tidak masuk akal, model AI ini masih mampu menciptakan gambar tersebut. Karena begitu nyata, banyak pengembang yang mencoba meniru model AI DALL-E ini untuk mencoba meniru dan melebihi kualitas gambar yang diciptakan.

Pada saat ini, AI berkembang dengan pesat. Tidak hanya menciptakan teks atau gambar, Video generatif juga bisa diciptakan menggunakan AI. Salah satunya yaitu Sythesia, AI Generatif yang mampu menciptakan video hanya dengan memasukkan sebuah deskripsi video yang ingin diciptakan. AI semacam ini tentu masih memiliki banyak kekurangan, tetapi dalam 5 atau 10 tahun lagi pasti dapat berkembang pesat.

Penggunaan AI pada Industri Kreatif

Jika berdiskusi tentang penggunaan AI dalam Bidang Industri Kreatif apa hal yang paling pertama anda pikirkan? Apakah sebuah mahakarya yang begitu indah? Karya seni yang dihasilkan dengan begitu cepat? Atau, anda berpikir suatu karya yang memiliki detail yang tidak sempurna? Maka, jawaban anda benar semua.

Penggunaan AI dalam bidang industri kreatif sudah marak dilakukan oleh seniman-seniman di Indonesia. Industri kreatif yang cukup populer antara lain desain komunikasi visual, design website, animasi, bahkan film. Penggunaan AI dalam bidang kreatif tersebut memberikan dampak yang cukup signifikan. Waktu pekerjaan yang lebih singkat menjadi salah satu dampaknya.

Sebelum berbicara lebih lanjut tentang dampak, mari kita coba lihat salah satu penggunaan AI dalam bidang industri kreatif. Misalkan anda adalah seorang designer grafis di suatu perusahaan. Anda diminta perusahaan anda untuk menghasilkan design suatu pamflet mengenai produk perusahaan hanya dalam waktu 1 jam. Maka, anda hanya perlu membuka salah satu model AI, seperti DALL-E, lalu mengetik ‘prompt’ dan menekan tombol ‘kirim’. Tidak membutuhkan waktu yang lama, DALL-E akan memberikan gambar yang anda inginkan. Setelah itu, jika anda merasa kurang puas, anda hanya katakan apa yang anda mau kepada DALL-E, lalu AI tersebut akan merespon kembali.

AI juga dapat digunakan dalam industri film. Salah satu film Star Wars, berjudul Rogue One: A Star Wars Story, menggunakan teknologi AI untuk menghidupkan karakter yang telah meninggal. Selain itu, dengan menggunakan teknologi AI bernama deepfake, seorang sutradara dapat memerintah seseorang selain aktor untuk memerankan karakternya. Hal tersebut dikarenakan teknologi deepfake yang mampu merubah wajah seseorang dengan wajah orang lain. Penggunaan seperti ini membuktikan bahwa AI mampu memberikan kesan yang lebih mendalam pada sebuah karya film meskipun terdapat hambatan dalam proses produksinya.

Contoh penggunaan AI seperti di atas adalah beberapa diantara ribuan atau bahkan jutaan penggunaan AI lainnya. Tidak hanya gambar dan video, bentuk karya seni yang lain seperti animasi, ppt, bahkan musik juga dapat dihasilkan dengan menggunakan AI. Karya seni seperti animasi dapat dibuat dengan menggunakan AI bernama Animaker. Mungkin anda ingin membuat PPT dengan cepat, anda dapat menggunakan AI bernama Autoppt. Masih banyak lagi penggunaan AI yang dapat membantu dalam pembuatan suatu karya seni. Penggunaan AI dalam berbagai jenis karya seni ini tentunya dapat memberikan dampak yang signifikan.

Dampak AI pada seniman dan industri kreatif

Kemampuan AI dalam menghasilkan berbagai jenis konten, seperti gambar, animasi, video, musik, dan sebagainya ini tentu dapat menimbulkan dampak besar kepada seniman dan industri kreatif. Dampak yang besar ini tentu akan terbagi menjadi dua yaitu dampak baik dan buruk. Jika melihat dari sudut pandang dampak baik penggunaan AI, teknologi ini mampu memberikan bantuan yang begitu signifikan kepada seniman. Namun, jika dilihat dari sudut pandang lain, seniman menjadi terancam karena teknologi ini.

Salah satu manfaat dari teknologi AI adalah sebagai pendamping seniman atau pembuat konten dalam menghasilkan ide atau konsep awal sebuah karya. Seniman maupun pembuat konten dapat menggunakan AI seperti Chat-GPT dalam menghasilkan ide atau konsep karya. Cukup perintahkan Chat-GPT untuk mendaftar ide konsep konten yang menarik dan belum pernah dibuat sebelumnya, maka dalam waktu singkat teknologi akan memberikan daftar yang diminta. Penggunaan AI seperti ini biasa dilakukan ketika content creator tidak memiliki waktu yang cukup untuk menghasilkan ide sedangkan terdapat tenggat waktu dalam memplubikasi konten.

Menyingkat waktu pembuatan konten, ini adalah manfaat lain yang banyak didapatkan para pembuat konten dan industri kreatif. Industri kreatif pasti mengatur batas waktu pengerjaan suatu desain. Kemampuan AI yang dapat menghasilkan konten dengan singkat akan digunakan desainer sebagai upaya mengejar batas waktu yang diminta. Dengan demikian, desainer dapat menghasilkan desain yang diminta dengan waktu yang singkat dan tepat waktu. Selain itu, Industri kreatif juga akan senang karena dapat menghasilkan konten dengan tepat waktu.

Masih begitu banyak dampak positif lain yang diberikan AI dalam bidang industri kreatif. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa teknologi akan selalu memberikan dua dampak. Mari melihat dampak lain yang diberikan AI pada dunia industri kreatif.

Untuk memudahkan pembaca, saya akan merangkum pandangan saya tentang dampak-dampak negatif AI pada daftar dibawah:

  • Kerugian Ekonomi

Bagaimana bisa AI yang dapat memudahkan para pekerja di industri kreatif malah memberikan kerugian ekonomi? Memang penggunaan AI dapat memberikan keuntungan besar kepada industri. Namun, bagaimana dengan para pekerjanya? 

Ketika AI dapat melakukan sebagian besar pekerjaan para seniman. Industri akan berupaya untuk menurunkan jumlah seniman atau pekerja kreatif mereka. Selain itu, AI juga memiliki kemampuan untuk menciptakan seni dengan gaya seni yang mirip dengan gaya seniman aslinya. Artinya, industri tidak memerlukan seniman aslinya untuk menciptakan seni tersebut.

Menurut sebuah artikel di Rest of World[2], perekrut industri game Tiongkok telah memperhatikan penurunan sebesar 70% dalam pekerjaan ilustrator. Sebagian besar dikarenakan meluasnya penggunaan generator gambar. Studio lain di Tiongkok juga dilaporkan telah memberhentikan sepertiga ilustrator desain karakternya. Para seniman tersebut yang seharusnya mendapatkan suatu pendapatan ekonomi, tetapi tidak karena digantikan oleh teknologi Artificial Intellegence. Menurut saya, diperlukan adanya sebuah batasan penggunaan AI agar tidak mengancam ekonomi para pekerja kreatif.


  • Pelanggaran Hak Cipta

Cara bekerja teknologi AI Generatif adalah dengan melatih suatu komputer untuk meniru suatu gambar atau objek yang memiliki keterangan. Gambar-gambar ini diperoleh dari dataset yang dikumpulkan. Dataset ini tidak menutup kemungkinan mengandung karya-karya seni yang diciptakan oleh seniman terkenal. Dengan demikian, AI dapat meniru karya seni mereka.

Penggunaan AI dengan demikian pastinya dapat melanggar hak cipta. Pengguna AI dapat membuat karya seni dengan gaya seniman yang mereka inginkan tanpa perijinan. Selain itu, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, seniman asli akan berisiko kehilangan pekerjaan mereka. Seharusnya terdapat suatu hukum yang mengikat teknologi AI untuk tidak menggunakan seni yang berhak cipta pada dataset untuk pelatihan AI mereka.


  • Menghilangnya “cita rasa” seni

Idealnya, suatu seni dapat mengekspresikan perasaan atau pikiran milik penciptanya. Namun, bagaimana jika seni tersebut diciptakan oleh alat? Kesan seni yang diberikan tentu saja akan hilang. Karena, sejatinya alat tidak memiliki perasaan seperti manusia. Meskipun dibalik alat tersebut terdapat pencipta yang memberikan arahan. Namun, yang menginterpretasikan ekspresi sang pengguna adalah AI bukan pengguna itu sendiri.

Jika hal tersebut dibiarkan saja berkembang hingga ke dunia industri, ini akan memberikan dampak buruk terhadap cara pandang masyarakat kepada seni. Bisa jadi, masyarakat akan terbiasa melihat karya AI dan lebih memuji karya AI daripada buatan manusia. Meskipun belum ada alat yang dapat benar-benar melihat suatu karya diciptakan oleh AI atau tidak. Kita perlu lebih hati-hati dalam menilai karya apakah diciptakan AI atau bukan.

Kesimpulan

Generatif AI adalah jenis AI yang sangat sering digunakan dalam industri kreatif. ELIZA adalah chatbot yang dibuat pada tahun 1961 yang merupakan Generatif AI pertama diciptakan oleh Joseph Weizenbaum. Teknologi Generatif AI terus berkembang hingga muncul AI yang populer hingga kini seperti DALL-E, ChatGPT, Sythesia yang mampu menciptakan konten dengan begitu nyata dan cepat. Pada saat ini, industri kreatif banyak menggunakan AI untuk membantu industri mereka dalam menciptakan konten-konten kreatif. Salah satu penggunaan AI adalah pada film Star Wars berjudul Rogue One: A Star Wars Story, yang menggunakan AI untuk menghidupkan kembali karakter yang telah meninggal. Dengan menggunakan AI, dampak positif dan negatif akan dirasakan oleh seniman dan industri kreatif. Mempercepat pembuatan konten, dan memudahkan pencarian ide konten adalah manfaat yang dapat dirasakan. Namun, dampak negatif seperti: Kerugian Ekonomi, Pelanggaran Hak Cipta, dan Menghilangnya “Cita Rasa” seni, dapat merugikan para pekerja-pekerja industri kreatif. Hal tersebut perlu disikapi dengan penggunaan AI yang perlu dibatasi agar tidak memberikan kerugian kepada para pekerja industri kreatif

[1]https://www.voaindonesia.com/a/penggunaan-teknologi-ai-jadi-kontroversi-seniman-digital-indonesia-sesuatu-yang-tak-bisa-dihindari/7071147.html

[2]https://restofworld.org/2023/ai-china-video-game-layoffs-illustrators/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun