Mohon tunggu...
Luthfiah Rima Hayati
Luthfiah Rima Hayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi di Universitas Riau

Seorang mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang tertarik pada dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah yang Kesepian

24 Maret 2024   23:13 Diperbarui: 24 Maret 2024   23:20 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini kisah tentang rumah yang kesepian. Katanya, dia ditinggal pergi oleh pemiliknya yang telah menemukan rumah baru di tengah kota. Rumah itu berdiri megah dan di desain oleh arsitektur ternama. Halamannya jauh lebih luas dari rumah ini.

Ini kisah tentang rumah yang kesepian. Katanya, dia ditinggal oleh pemiliknya karena konstruksi nya sudah tidak kokoh lagi. Pemiliknya ingin rumah yang kuat bahkan saat di terpa angin badai sekalipun. Orang-orang butuh rumah sebagai tempat berteduh dari semua cuaca, tapi rumah itu jelas sudah bisa menjadi pilihan. Bangunannya tampak kecil dan lapuk.

Ini kisah tentang rumah yang kesepian. Letaknya jauh dari hiruk pikuk keramaian. Dipenuhi lumut dan dedaunan kering yang jatuh menimpa halaman depan. Rerumputan bahkan telah memenuhi halaman depan rumah itu. Rasa-rasanya jika ingin masuk kedalam rumah, kalian harus membawa parang untuk menebas rumput yang tinggi itu agar kalian bisa dengan mudah berjalan.

Ini kisah rumah yang kesepian. Tidak ada lagi orang yang peduli dengannya. Keberadaannya bahkan dianggap tidak ada. Orang-orang sekitar mengucilkan rumah itu, menyebutnya sebagai rumah yang kesepian. Sendiri di tinggal pemiliknya. Tidak di perjualbelikan dan juga tidak ada yang berminat untuk membelinya.

Ini kisah tentang rumah yang kesepian. Rumah itu mungkin aku, kamu, atau siapapun di luar sana yang selalu merasa sendirian. Merasa di kucilkan, di tinggalkan, di hina, dan tidak di pedulikan. Di balik kesepian itu, mungkin kamu sadar bahwa kamu hanya butuh sendiri untuk bertahan di dunia yang keji. Percayalah, dunia bekerja dengan cara yang sama untuk semua orang. Walau ditinggalkan, kamu hanya perlu bangkit. Berdiri menjadi rumah yang baru, yang merasa layak untuk di tinggali

Ini kisah tentang rumah yang kesepian. Aku berharap kamu kuat. Tapi, katanya di akhir kisah ini, rumah itu akhirnya mati di peluk rasa sepi.

TAMAT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun