Mohon tunggu...
Luthfiah Rima Hayati
Luthfiah Rima Hayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi di Universitas Riau

Seorang mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang tertarik pada dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jadi, Bagaimana Kita yang Sebenarnya?

25 Februari 2024   10:26 Diperbarui: 25 Februari 2024   10:34 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah tempat di tahun 2024

Kamu sibuk menggerutu di teras rumah. Hujan tidak henti--hentinya mengalir deras. "Apa Tuhan lupa mematikan keran atau bagaimana?" tanyamu. Hujan memang rahmat yang dilimpahkan kepada umat manusia, tetapi hujan malah jadi momen yang tidak ditunggu di awal tahun ini. Bencana banjir dan tanah longsor memenuhi pemberitaan televisi akhir--akhir ini, selain debat Capres--Cawapres tentunya. 

Kamu menghela nafas, tidak tahu harus melakukan apa hari ini. Libur semester hampir berakhir dan tidak ada hal yang bisa kamu lakukan. Kamu percaya bahwa hujan mampu membawa genangan dan kenangan di setiap tetesnya. Kamu juga percaya bahwa setiap orang pasti punya cerita di setiap rintik hujan. Kamu bertanya--tanya, apa kamu punya kenangan di saat hujan? Pikiranmu melayang ke beberapa tahun dari hari ini. Ketika kamu masih menggunakan seragam putih abu--abu dan dia masih berada di radar yang sama denganmu.

Di sebuah tempat di tahun 2022

Hari itu tidak hujan dan berjalan seperti biasa saja. Hari itu bukan jadwal dia masuk sekolah, karena sekolah kalian punya pergantian shift setiap minggunya. Karena itu juga kamu jadi jarang melihat dia. Saat itu, kamu sudah berada di kelas akhir. Menimbang mau diapakan perasaan itu, karena sebentar lagi kalian akan lulus yang artinya pertemuan kalian hanya akan terjadi karena ketidaksengajaan. 

Beberapa bulan setelahnya, kalian sudah menyelesaikan ujian akhir dengan baik. Perayaan kecil--kecilan diadakan, tetapi kamu tidak menemukan dia. Kamu pikir ini adalah kali terakhir untuk bisa bertemu dia. Kalian tidak pernah berbicara, hanya lewat mata kalian berinteraksi. Beberapa bulan setelahnya lagi, kamu sibuk mengurus berkas kuliah. Kamu telah dinyatakan lolos masuk Perguruan Tinggi di kota yang belum pernah kamu datangi. 

Di dalam mobil saat perjalanan menuju kota tempatmu akan berkuliah, kamu mengenang dia. Kamu bertekad akan melupakan dia. Di bulan itu kamu berulang tahun, tepat 1 bulan setelah ulang tahun dia. Kamu sangat senang mendengar fakta bahwa tanggal lahir kalian sama. Dia mengucapkan selamat ulang tahun untukmu dan besoknya kamu mengucapkan "Aku suka kamu." Kamu tidak mengharapkan respon lebih dari dirinya. Kalian sudah terpisah jarak, bahkan ketika setelah hari ini hubungan kalian renggang, itu tidak akan berpengaruh apa--apa. 

Di sebuah tempat berbeda di tahun 2024 juga

Sekarang dia adalah kamu. Kamu mengingat dia sebagai gadis yang pintar dan sedikit jutek di sekolah. Perempuan yang selalu menempati peringkat 3 besar di kelas bahkan di sekolah. Perempuan yang pernah menyatakan perasaan padamu 2 tahun yang lalu. Kamu bahkan tau dia sudah menyukaimu 1 tahun sebelum dia berani mengatakannya. Kamu tau dia sering mengintip ke kelasmu ketika kamu berada di sekolah. 

Sekarang semuanya telah berbeda. Dia tidak lagi menghubungi kamu untuk sekedar mengirim pesan dan mengatakan kalau dia masih menyukai kamu. Kalian tidak lagi saling berkomunikasi. Dia, gadis jutek itu, telah menutup jalur komunikasi kalian. Dia mengganti nomor teleponnya, dia tidak lagi bermain Facebook, dia telah mengunfollow kamu dari pengikutnya di Instagram. Tetapi, ketika kamu berulang tahun dia mengucapkannya. Pun kamu merasa harus mengucapkan hal yang sama satu bulan setelahnya.

Gadis itu, entah bagaimana kabarnya sekarang kamu tidak tau. Mungkin dia sedang sibuk dengan kuliahnya, ini jadwal liburan kan? Mungkin dia sedang pulang ke desa kalian. Kamu juga harus menyelesaikan pekerjaanmu agar ketika bulan puasa tiba, kamu bisa pulang ke desa dan bertemu orang tuamu di sana. Kamu berharap semua hal yang baik selalu bersama gadis itu. Kamu harap dia selalu bahagia, meski kamu tidak dapat mengatakannya. 

Di sebuah tempat di tahun 2024

Sekarang dia kembali lagi menjadi kamu. Hujan sudah lumayan reda walah kamu percaya itu tidak akan lama. Kamu kembali menghela nafas. Ketika mengingat dia rasanya otak mu berkerja jauh lebih keras dari mengingat materi di perkuliahan. 2 tahun lalu kamu percaya diri mengatakan akan melepas dia. Tetapi, bahkan di tahun ini perasaanmu tidak pernah berkurang sedikit pun. 

Tiga tahun tak terasa

Masih kau yang ada

Bodoh yang sebenarnya

Kamu baru sadar ternyata sedang mendengarkan lagu dari ponsel mu. Kamu mematikan ponselmu dan segera masuk karena hawa dingin mulai terasa. Opsi terbaik setelah ini menurutmu adalah mengurung diri di dalam selimut hangat. Berharap ingatan tentang dia hilang bersamaan dengan hujan yang mulai reda. Tetapi, seperti yang kamu percaya, hujan akan kembali lebat dan perasaan kamu juga akan semakin kuat. 

.

Di sini, Pekanbaru 2024. Mahasiswi yang sedang dikejar deadline.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun