Mohon tunggu...
Luthfiah Rima Hayati
Luthfiah Rima Hayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi di Universitas Riau

Seorang mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang tertarik pada dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Buah dari Kesabaran

21 Januari 2024   10:50 Diperbarui: 21 Januari 2024   10:51 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahan pribadi edited on Canva

Pagi yang cerah menyambut Radit hari ini. Dia sudah memutuskan akan melakukan apa di hari yang cerah ini. Memancing di sungai bukan pilihan yang buruk, kan? Sungai dekat rumahnya masih bersih tanpa sampah dan limbah. Bersyukur masyarakat desa masih peduli pada kebersihan sungai. Pepohonan rindang juga masih menghiasi setiap sudut jalan. Radit rindu suasana ini. Setelah 2 tahun akhirnya dia bisa pulang lagi ke desanya. 

Setelah dirasa semua persiapan untuk memancing siap, Radit segera meninggalkan rumah dan pergi ke sungai. "Nita, Abang mau ke sungai dulu, ya," ucap Radit berpamitan pada adiknya. 

Sepanjang jalan mata Radit disuguhi pemandangan ala desa yang tidak dia temui di kota. Hamparan sawah luas membentang, suara burung--burung yang berkicau, dan pepohonan rindang. Jalan setapak ini akan membawa Radit ke sebuah sungai tempat dia sering memancing dulu. 

Mendadak Radit melihat bayangannya sewaktu kecil sedang berlari bersama adiknya. Radit kecil tertawa dengan ringan sambil membawa alat pancing sederhana dan diikuti Nita yang mengejarnya dari belakang. Radit tersenyum sambil mengingat momen--momen beberapa tahun yang lalu.

Radit hanya mempunyai Nita sebagai keluarga satu--satunya. Orang tua mereka telah meninggal dunia akibat longsor yang pernah terjadi di desa mereka. Walau bukan dari keluarga berada, Radit menjalani hari--harinya dengan riang. Mereka berdua tinggal di sebuah gubuk milik tetangga mereka. Radit menyambung pendidikan dengan beasiswa yang dia dapat, Nita adiknya masih berumur 5 tahun saat itu. 

"Abang, Nita umurnya mau segini kan?" tanya adiknya sambil menunjukkan jari--jarinya. 

Radit tersenyum menanggapi. "Iya, pinter. Kenapa?" tanya Radit.

Hari ini hari yang cerah untuk memancing. Radit berharap mendapat banyak ikan untuk nantinya bisa dia jual dan sebagian dijadikan lauk, setidaknya untuk hari ini. Setelah pulang sekolah, yang dilakukan remaja itu adalah memancing. Sesuatu yang menjadi hobi itu kini dijadikan mata pencaharian. Beruntung dulu Ayahnya sering mengajaknya pergi memancing. 

Dengan mata penuh binar, gadis kecil itu berkata pada abangnya. "Boleh Nita dibelikan kue dan es krim untuk ulang tahun?" tanyanya. 

Radit terkejut mendengar permintaan adik kecilnya. Saat itu dia belum punya uang. Ikan yang dia dapatkan dijual hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari--hari. "Nanti ya, tunggu Abang punya uang lebih," ucap Radit.

Gadis kecil itu sontak melompat kegirangan. "Terima kasih, Abang," katanya sambil memeluk Radit.

Malam harinya Radit berdoa semoga esok hari dia mendapat rezeki lebih untuk memenuhi permintaan adiknya. Matahari pagi menyambut Radit yang sudah berada di sungai dan tampak siap dengan alat pancingnya. Hari ini dia terlihat bersemangat. Nita tidak mengikutinya hari ini, gadis kecil itu sibuk bermain dengan temannya. Radit berharap mendapat banyak ikan hari ini.

Matahari kian naik, Radit kembali ke gubuknya untuk sholat dan makan sebelum harus pergi lagi memancing. Akan Radit habiskan hari Minggu ini dengan memancing agar nanti dia mendapat lebih banyak ikan. Sore hari datang dan senyum Radit tidak berubah sedikit pun. Dia sudah punya cukup uang untuk membeli kue dan es krim untuk adiknya. Nita pasti senang mengetahui ini. 

Hari Senin Radit sambut dengan bahagia. Nita berulang tahun hari ini. Adik kecilnya sudah berumur 6 tahun. Radit harap gadis kecilnya itu tumbuh dengan baik. Radit terus berharap untuk selalu bersama dan menjaga adiknya. Radit berjanji untuk kebahagiaan Nita, keluarga satu--satunya. 

"Selamat ulang tahun, Nita," ucap Radit sembari membawa kue ulang tahun ke hadapan adiknya. 

"Abang, katanya tadi mau pergi ke sungai," balas Nita terharu. 

Radit tersenyum, itu hanya alasannya saja. Radit tadi membeli kue dan es krim, seperti permintaan adiknya di umur 6 tahun dulu. "Makasih sudah hidup bahagia, dek. Abang janji buat terus jaga kamu," ucap Radit membalas pelukan adiknya. 

Nita kini sudah menjadi perempuan dewasa. Walau gadis itu tidak lagi meminta kue dan es krim, Radit tetap memberikannya di hari ulang tahun adiknya. Nita berumur 26 tahun saat ini. Radit senang bisa dewasa bersama--sama. Walau begitu, Radit tetap melihat Nita sebagai adik kecilnya yang manis. 

Kedua kakak beradik itu menghabiskan waktu cuti mereka di desa tempat mereka menghabiskan masa kecil. Radit kini adalah seorang dosen dan Nita adalah seorang dokter. Dengan beasiswa, mereka berdua kini sukses menggapai impian masing--masing. Gubuk tua itu mereka renovasi lebih layak. Walau sekarang tinggal di kota, mereka berdua tetap menyempatkan diri kembali ke desa dan membantu masyarakat di bidang kesehatan dan pendidikan. 

TAMAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun