Mohon tunggu...
Luthfatunnisa
Luthfatunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sebelas Maret

Nama lengkap saya adalah Luthfatunnisa dengan panggilan sehari-harinya Lulu. Saat ini saya menempuh pendidikah S1 program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Saya mempunyai hobi menulis sejak SMP. Karakter saya yang serba ingin mengulik berbagai hal membuat saya menorehkan tulisan di platform ini sebagai sarana ekspresi diri.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Jurnalisme, Pendidikan, dan Keperempuanan dalam Satu Nama: Roehana Koeddoes

20 September 2024   20:46 Diperbarui: 20 September 2024   20:49 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Roehana_Koeddoes

Tumbuh di era diskriminasi perempuan, ia tetap mempunyai cara pandang sendiri untuk menyejahterakan haknya. Ialah Roehana Koeddoes, jurnalis perempuan pertama di Indonesia.

Biografi Roehanna Koeddoes

Roehana Koeddoes adalah perempuan dari tanah minang. Ia lahir di Kota Gadang, 20 Desember 1884 dan tutup usia di Jakarta, 17 Agustus 1972. Roehana Koeddoes adalah putri dari Mohammad Rasjad Maharaja Soetan, seorang jaksa dan juru tulis Hindia. Selain itu, ia merupakan kakak tiri Sutan Sjahrir dan bibi penyair legendaris Indonesia, Chairil Anwar. Seperti adik dan keponakannya, Roehana Koeddoes adalah salah satu tokoh dalam perjuangan bangsa Indonesia.

Kontribusi dalam Bidang Jurnalistik, Pendidikan, dan Keperempuanan

Memiliki hobi membaca buku dan surat kabar sejak kecil, membuat Roehana Koeddoes paham dan sadar tentang perlawanan yang dibutuhkan di kala masa penjajahan Indonesia saat itu. Ia membuat langkah perjuangannya dengan menjadi jurnalis sekaligus pimpinan redaksi perempuan pertama di Indonesia untuk surat kabar Soenting Melajoe. Bukan sekadar surat kabar, Soenting Melajoe adalah surat kabar perempuan yang semua penggerak produksinya berasal dari kalangan perempuan. Surat kabar ini berdiri dalam waktu yang tergolong lama, yaitu dari tahun 1912-1921.

Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Soenting_Melajoe
Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Soenting_Melajoe

Roehana Koeddoes banyak membicarakan perjuangan yang perlu ditumbuhkan dalam jiwa rakyat Indonesia. Melalui tulisannya, ia ingin menyadarkan masyarakat tentang pentingnya perlawanan yang harus dilakukan terhadap penjajah. Namun, tak hanya menjadi sarana peletup semangat rakyat, ia juga menorehkan tulisan sebagai kontribusi pemajuan bagi kaum perempuan, terutama perempuan di tanah minang.

Berawal dari keresahan budaya patriarki, Roehana Koeddoes memulai perannya untuk menggerakkan daya perempuan di minang. Faktanya, kepedulian Roehana Koeddoes memang sudah tertanam sejak kecil. Di umur 12 tahun, ia bersama neneknya mengajar teman-teman sebaya untuk membaca dan menulis dan dilanjutkan dengan pembentukan ruang kreativitas. Ia memang memiliki kreativitas untuk membuat produk seni, sehingga hal itu ia gunakan supaya dapat memajukan kaum perempuan. Ia mendirikan ruang kreativitas berupa Sekolah Keradjinan Amai Setia di tahun 1911 yang masih diteruskan hingga sekarang untuk memberikan pendidikan dan berbagai pelatihan kerajinan seni yang berasal dari keseharian perempuan Minangkabau hingga menjadi produk berdaya jual. Kerajinan yang dibuat mulai dari pakaian sampai pernak-pernik yang menunjukkan identitas budaya Minangkabau. Untuk memperluas jangkauan pembeli, ia menggunakan surat kabar Soenting Melajoe sebagai media promosi sekaligus mengenalkan budaya-budaya Minangkabau. Tak tanggung-tanggung, saat itu Menteri Perdagangan Belanda menginginkan supaya produk-produk Minangkabau dapat dipasarkan di Belanda.

Semangat Roehana Koeddoes Harus Terus Berlanjut

Jurnalistik menjadi media untuk menemukan berbagai fakta sejarah dan berbagai nilai-nilai di masyarakat. Bukan hanya menyediakan laporan fakta dan informasi, jurnalistik dapat menjadi refleksi dalam mengembangkan budaya masyarakat. Fungsi jurnalistik dapat meluas hingga ke ranah pendidikan, ekonomi, dan bidang-bidang lainnya. Fungsi ini dapat berjalan tak lepas dari peran jurnalis yang bertanggung jawab. Cerminan itu dapat kita lihat melalui diri seorang Roehana Koeddoes.

Berkat jasa dan kontribusinya, Roehana Koeddoes resmi menjadi pahlawan nasional di tahun 2019. Kita juga dapat melihat biografi dan gambaran majalah Soenting Melajoe jika berkunjung di Monumen Pers Nasional di Surakarta. Roehana Koeddoes adalah salah satu dari sekian wajah srikandi Nusantara yang mampu menjadi cerminan bahwa perempuan bisa dan memang dapat mengambil perannya sendiri. Ia adalah sosok yang penuh kepedulian terhadap bangsa Indonesia, dan ia yakin melalui pesan perjuangan mampu membawa spirit kemerdekaan.

Melalui Roehana Koeddoes, jurnalistik menjadi tempat semua orang menemukan jawaban dan nilai-nilai yang seharusnya ditumbuhkan. Jurnalistik pun menjadi tempat banyak kebudayaan dapat dikenalkan, memikat satu per satu hingga ribuan demi ribuan pasang mata tersadar. Semangat Roehana Koeddoes harus terus berlanjut, mengakarkan jurnalisme pada kepedulian dan tanggung jawab sebagai tempat masyarakat menyingkap banyak pertanyaan.

Sumber:

1. Siapa Roehana Koeddoes? Begini Faktanya; https://kumparan.com/wildananwar478/siapa-roehana-koeddoes-begini-faktanya-1xqk6YR6lGk

2. Roehana Koeddoes, Jurnalis Perempuan Pertama di Indonesia | Perempuan-Perempuan Nusantara; https://youtu.be/sJEUlsL0e1g?feature=shared

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun