Mohon tunggu...
Luthfa Arisyi
Luthfa Arisyi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa program studi Jurnalistik di Universitas Padjadjaran yang sekali-sekali suka nulis.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jika Bumi Hancur, Aku Bakal Pindah ke Universe Mana, Ya?

23 Juni 2022   10:45 Diperbarui: 23 Juni 2022   10:53 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari ini saya baru saja menonton film Doctor Strange in the Multiverse of Madness. Film ini intinya menceritakan perjuangan Doctor Strange dalam menjaga tatanan universe atau semesta yang ditinggalinya saat ini dari serangan orang-orang atau mahluk yang datang dari versi lain semesta, termasuk versi jahat dari Doctor Strange itu sendiri.

Namun, hal yang membuat saya tertarik di sini bukanlah tentang perjuangan Doctor Strange dalam melawan kejahatan dan aksi pahlawan super yang penuh dengan ledakan, melainkan tentang konsep multi semesta yang menjadi pusat penceritaan dalam film ini.

Dalam film Doctor Strange in the Multiverse of Madness dijelaskan bahwa di luar sana ada banyak versi lain dari semesta yang kita tinggali saat ini.

Versi lain tersebut meliputi versi lain dari diri kita dan orang-orang yang ada di sekitar kita pula. Contoh, film Doctor Strange in the Multiverse of Madness menceritakan semesta yang ditinggali Doctor Strange saat ini disebut dengan Earth-616, semesta yang sama seperti yang kita tinggali saat ini.

Kemudian, ia mengunjungi Eath-838 di mana dalam semesta ini bumi ditumbuhi tanaman rambat, lampu merah artinya jalan, dan Doctor Strange sudah mati. Dan masih banyak lagi hal-hal kecil yang ternyata berbeda dengan semesta tempat Doctor Strange tinggal.

Konsep multi semesta yang diceritakan dalam film Doctor Strange in the Multiverse of Madness mebuat saya berpikir, jika bumi atau semesta yang saya tinggali saat ini rusak, saya harus pindah ke semesta yang mana untuk menyambung hidup?

Salah satu isu lingkungan yang paling menjadi perhatian saat ini di dunia, khususnya Indonesia adalah perubahan iklim. Perubahan iklim yang terjadi secara masif saat ini disebabkan oleh pemanasan global yang sudah berlangsung selama ratusan tahun ke belakang.

Semuanya dimulai ketika revolusi industri terjadi di Inggris pada abad ke-19 di mana penggunaan mesin uap sebagai alat penunjang industri dan kehidupan sehari-hari manusia.

Penemuan mesin uap ini tentu saja sangat revolusioner bagi umat manusia saat itu karena kehadirannya sangat memudahkan kehidupan. Akan tetapi, ternyata ada harga yang sangat besar yang harus dibayar untuk mewujudkan perubahan tersebut.

Dalam pengoperasiannya, mesin uap menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam sebagai bahan bakar utama dan satu-satunya. Penggunaan bahan bakar fosil ternyata menghasilkan emisi karbon yang mengandung karbondioksida atau CO2 di dalamnya.

Emisi karbon yang menumpuk di lapisan ozon bumi ternyata menyebabkan panas matahari yang seharusnya terpantul ke luar bumi malah tertahan sehingga hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan suhu bumi dan dapat menyebabkan pemanasan global. Bayangkan saja, sejak terjadinya revolusi industri di Inggris hingga sekarang kita memasuki revolusi industri 4.0, sudah sebanyak apa emisi karbon yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar fosil?

Tidak usah jauh-jauh berbicara mengenai emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan industri dan pembangunan infrastruktur, berapa banyak emisi karbon yang dihasilkan dari makanan yang kita konsumsi dan transportasi yang kita gunakan sehari-hari?

Penggunaan bahan bakar fosil ini dapat berdampak buruk bagi bumi kita. Bencana seperti kekeringan, banjir bandang, dan kelaparan merupakan beberapa contoh dari dampak buruk penggunaan bahan bakar fosil secara terus menerus.

Sebagai contoh, perubahan yang cukup besar terjadi di Eropa pada pengujung tahun 2021 lalu. Negara-negara seperti Jerman dan Swedia yang hampir tidak pernah merasakan banjir bandang, ternyata harus mengalaminya.

Hal itu disebabkan oleh peruahan iklim yang membuat curah hujan menjadi lebih tinggi daripada biasanya. Dan jika kebiasaan penggunaan bahan bakar fosil ini tidak diubah, suhu udara di bumi akan terus meningkat dan dapat mengakibatkan pemanasan global.

Semua pembicaraan mengenai emisi karbon dan perubahan iklim ini membuat saya berpikir, akan pergi ke mana saya jika suatu hari nanti bumi yang saya tinggali saat ini menjadi sangat panas dan sudah tidak layak huni lagi?

Dan jika perjalanan antar semesta seperti yang dilakukan Doctor Strange dalam film mungkin untuk dilakukan, saya harus pergi ke semesta yang mana untuk memulai kehidupan seperti yang saya jalani saat ini? Mengingat sangat banyak ketidakpastian dari semesta-semesta lain di luar sana (jika memang ada). Tentu saja kita ingin berumur panjang dan memiliki kehidupan yang bahagia, bukan?

Melihat pemikiran saya yang sepertinya sangat kecil kemungkinannya dapat terjadi, saya sadar bahwa satu-satunya yang dapat dilakukan adalah mulai dari diri sendiri dengan merubah kebiasaan yang selama ini saya lakukan.

Kebiasaan-kebiasaan seperti penggunaan kendaraan pribadi berbahan bakar bensin, belanja fast fashion atau pakaian yang siklus penggunaannya singkat, dan penggunaan bahan bakar gas dalam konsumsi makanan harus mulai dikurangi.

Beralih ke penggunaan transportasi umum, dan memakai pakaian bekas yang masih layak pakai merupakan langkah kecil yang dapat kita ambil untuk membantu mengurangi kadar emisi karbon di bumi.

Meskipun dampaknya kecil, jika dilakukan secara terus menerus dan masif akan menghasilkan dampak yang besar, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun