Mohon tunggu...
Lutfi Zulfa Mazida
Lutfi Zulfa Mazida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Jaya

MBTI INFJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Thrifting Ternyata Berbahaya

20 Desember 2023   06:15 Diperbarui: 20 Desember 2023   06:22 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Fashion is like eating; You shouldn't stick to the same menu." -- Kenzo Takada. Dalam berpakaian, pernahkah kalian merasa jengkel seperti "pakaiannya ini-ini saja, membosankan!". Beberapa remaja terkadang menerima komentar bahwa penampilannya kurang menarik karena gaya berpakaiannya yang jadul dan tidak selaras. Komentar seperti itulah yang membuat mereka mulai mencari tahu gaya berpakaian seperti apa yang membuatnya terlihat lebih cantik dan menarik.

Tren gaya berpakaian remaja pada zaman sekarang sangatlah beragam, seperti gaya retro atau vintage ala tahun 90'an, bohemian style dan street style. Biasanya mereka mendapatkan pakaian tersebut dengan berbelanja di toko-toko pakaian, tetapi ada juga yang mendapatkannya dengan cara thrifting. Apa sih yang dimaksud thrifting? Thrifting adalah kegiatan membeli pakaian bekas merek ternama dari luar negeri dengan harga miring, tujuannya untuk menghemat pengeluaran karena harganya lebih murah dibandingkan membeli baru.

Kegiatan thrifting muncul di Indonesia sejak tahun 1980-an, saat itu thrifting dilakukan di wilayah perbatasan dengan negara lain seperti Batam -- Singapura atau Kalimantan -- Malaysia. Beberapa penjual menyebut kegiatan thrifting dengan 'menjual barang impor' bukan 'menjual barang bekas'. Seiring berkembangnya zaman thrifting mulai menyebar ke pulau Jawa termasuk Jakarta dan telah menjadi tren di kalangan remaja beberapa tahun belakangan ini. Pebisnis pakaian thrifting biasanya menjual barang dagangannya di pasar tradisional seperti Pasar Senen dan ada juga yang menjualnya di e-commerce seperti shopee. Beberapa pebisnis juga ada yang membuka toko di pinggir jalan sehingga peminat thrifting lebih mudah menemukan barang yang dicarinya.

Banyaknya peminat thrifting menyebabkan penjualan pakaian bekas tersebut makin meningkat. Oleh karena itu, penjual harus memilah mana pakaian yang pantas untuk dijual-belikan atau pakaian yang sudah tidak layak. Adanya kegiatan memilah pakaian yang dilakukan oleh penjual menyebabkan meningkatnya sampah tekstil di Indonesia. Untuk membuktikan pernyataan tersebut, adapun riset yang telah dilakukan pada tahun 2022 dalam sebuah situs web Katadata.co.id, Andrea Lidwina mengatakan bahwa dalam jangka waktu satu tahun, sampah tekstil di Indonesia mencapai di angka 2,7 ribu ton. Jumlah dari angka sampah tersebut berasal dari bisnis thrifting impor dan belum termasuk dari perseorangan dan produksi industri tekstil lokal.

Banyaknya sampah tekstil di Indonesia menyebabkan beberapa dampak buruk bagi lingkungan, seperti zat pewarna dari pakaian, bahan pakaian berbahan polyester yang terbuat dari bahan baku fosil, dan pencemaran air. Dampak tersebut telah terjadi di Sungai Citarum, seperti riset yang telah dilakukan oleh Pusat Riset Oceanografi Institut Pertanian Bandung (IPB) pada bulan Februari tahun 2022 dalam sebuah artikel "Fast Fashion Waste, Limbah yang Terlupakan" yang diterbitkan di situs web its.ac.id (Ramadhani, 2022), "menemukan sebanyak 70 persen bagian tengah Sungai Citarum tercemar mikroplastik, berupa serat benang polyester." Hal tersebut diperkuat dengan keberadaan industri tekstil di kawasan tersebut. Mikroplastik yang ada di Sungai Citarum dapat membahayakan ikan dan kerang yang ada di sungai tersebut. Sedangkan air dari sungai tersebut dapat membahayakan penduduk sekitar karena menimbulkan berbagai penyakit.

Lalu bagaimana cara menguranginya? Kalian dapat mengikuti kegiatan dari komunitas thrifting lokal. Biasanya kegiatan tersebut dilakukan pada event-event tertentu, seperti pameran akhir tahun atau pameran yang diadakan pada sebuah sekolah atau kampus. Contoh event thrifting lokal di Indonesia adalah Sesi Tuku yang diadakan di Solo. Adapun cara lain untuk meminimalkan sampah tekstil, yaitu dengan berbelanja pakaian dengan merek lokal. Meskipun harga pakaian merek lokal tidak semurah barang thrifting setidaknya kalian dapat membantu mengurangi menumpuknya sampah tekstil, selain itu kalian juga dapat membantu menumbuhkan perekonomian di Indonesia dengan berbelanja melalui UMKM lokal.

            Kegiatan thrifting memang memiliki dampak positif bagi beberapa orang, apalagi pecinta thrifting karena barangnya yang dijual dengan harga yang sangat murah, kualitasnya bagus terlebih lagi barangnya bermerek dari luar negeri. Namun, di sisi lain thrifting memiliki dampak yang cukup negatif bagi lingkungan. Karena pakaian bekas yang di impor ke Indonesia semakin banyak dan menumpuk sehingga menjadi sampah tekstil di Indonesia. Oleh karena itu, marilah kita mengurangi thrifting dan mulai berbelanja barang merek lokal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun