Mohon tunggu...
Lutfiyah NH
Lutfiyah NH Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa 🎓

Jika kau bukan anak raja bukan pula anak ulama besar maka menulislah. ~Imam Ghazali~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Faktor, Alasan, Dampak, dan Solusi terhadap Perceraian

6 Maret 2024   20:13 Diperbarui: 6 Maret 2024   20:24 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/7uAYwEtLG

Oleh:

  1. Muhammad Hafie .F.

2. Lutfiyah Nur.H.

3. Nisrina Husniyah.R.

4. Zulfan Aldy .H.

5. M. Maulana Safrudin.

Menganalisis terhadap artikel "Dampak Perceraian dan Pemberdayaan Keluarga Studi Kasus di Kabupaten Wonogiri", Jurnal Buana Gender PSGA LPPM IAIN Surakarta, Volume 1, Nomor 1 Januari-Juni 2016. Bahwa Faktor-faktor pemicu perceraian mencakup kurangnya tanggung jawab, ketidakberlanjutan memberikan nafkah, perselingkuhan, perselisihan dan pertengkaran, tinggal terpisah secara wajib, belum dikaruniai anak, kelalaian terhadap kewajiban, dan pernikahan pada usia muda.

Kurangnya optimalitas peran Kantor Urusan Agama (KUA) melalui Badan Pelayanan Perkawinan dan Perceraian (BP4) tercermin dalam pemberian nasehat pernikahan. Banyak masyarakat yang mengunjungi BP4 dalam kondisi kronis hubungan pernikahannya, sehingga penyelesaian masalah menjadi tidak maksimal. Dari segi hukum, pengadilan memberikan kemudahan akses dalam mengajukan perkara di Pengadilan Agama, seperti melalui sidang keliling, yang lebih bersifat penjemputan bola bagi pihak yang berperkara. Meskipun asas pernikahan diharapkan abadi, kendala dalam proses perceraian belum mampu meredakan laju peningkatan tingkat perceraian.

Peningkatan kesejahteraan keluarga perlu mendapat perhatian khusus dari kebijakan dan pelayanan pemerintah, baik dalam aspek ekonomi maupun keagamaan. Pemberdayaan keluarga dianggap sebagai kunci untuk mencapai kualitas bangsa yang lebih baik. Untuk lebih jelasnya akan dibahas berikut ini:

Faktor-faktor Penyebab Perceraian. 

1. Perselingkuhan

Dikhianati oleh pasangan bagaikan menelan pil yang sangat pahit. Kebanyakan orang menganggap perselingkuhan adalah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan. Meskipun tidak selalu menimbulkan perceraian, tetapi pasti akan merusak kepercayaan dalam menjalani suatu hubungan. Dilansir dari Marriage.com, perselingkuhan adalah faktor nomor satu perceraian dan bertanggung jawab atas 20-40% kegagalan sebagian besar pernikahan.


2. Kurangnya keintiman

Tidak merasa terkoneksi dengan pasangan bisa merusak pernikahan dengan cepat. Pasangan akan merasa seolah-olah mereka tinggal dengan orang asing.

Hal Ini terjadi karena kurangnya keintiman fisik atau emosional. Bersikap dingin terhadap pasangan terus-menerus bisa menjadi faktor perceraian seiring waktu. Keintiman emosional dan fisik bagaikan lem super yang memperkuat ikatan cinta dalam suatu pernikahan.


3. Kurangnya komunikasi

Komunikasi sangat penting dalam pernikahan. Komunikasi yang tidak efektif menyebabkan kebencian dan frustasi bagi kedua pasangan, yang nantinya berdampak pada pernikahan.

Sebaliknya, komunikasi yang baik adalah fondasi pernikahan yang kuat. Ketika dua orang berbagi kehidupan bersama, mereka harus berbicara tentang apa yang mereka butuhkan dan memahami, serta berusaha memenuhi kebutuhan pasangannya.

4. KDRT: pelecehan oleh pasangan maupun orang tua

Pelecehan, baik secara fisik atau emosional, adalah kenyataan yang menyedihkan bagi beberapa pasangan dan bertanggung jawab atas perceraian. Kekerasan dalam rumah tangga dapat mencakup segala tindakan kekerasan nyata atau ancaman -- termasuk pelecehan verbal, fisik, seksual, emosional, dan/atau ekonomi. Dalam hubungan seperti itu, satu orang memperoleh atau mempertahankan kekuasaan atas pasangannya melalui pola perilaku kasar. Apa pun alasannya, tidak seorang pun boleh mentolerir pelecehan, dan penting untuk melepaskan diri dari hubungan yang toxic.

5. Sering berdebat/bertengkar

Menurut psikolog Dr. Howard Markman, cara dalam memandang dan menangani konflik sangat berhubungan dengan seberapa lama pernikahan akan bertahan. Konflik atau perdebatan yang terjadi terus-menerus tidak mencerminkan kondisi pernikahan yang sehat.

Dalam pernikahan yang sehat, pasangan adalah tempat berlindung, sekaligus pemberi semangat ketika mengalami keterpurukan.

6. Belum siap menikah

Menikah dini memungkinkan kedua pasangan tidak memahami hakikat pernikahan. Hal ini bisa menjadi alasan mengapa banyak pasangan menikah muda yang sering bercerai.

7. Masalah finansial dan utang

Perceraian juga umum terjadi karena masalah ekonomi atau finansial. Dalam suatu hubungan yang serius, uang menjadi salah satu yang sangat penting. Sederhananya, semua membutuhkan uang.

Alasan Perceraian.

Berikut adalah sejumlah alasan untuk perceraian: ketidakbertanggung jawaban, ketidakpemberian nafkah, perselingkuhan, perselisihan, pertengkaran, tinggal terpisah secara wajib, belum memiliki anak, dan meninggalkan kewajiban. Semua alasan ini pada akhirnya berkaitan dengan masalah ekonomi, di mana sulit untuk berhemat, terutama ketika belum ada pekerjaan tetap, yang dapat menjadi beban tambahan bagi keluarga.


Alasan utama perceraian adalah pernikahan di bawah umur, di mana pasangan menikah pada usia di bawah 16 tahun. Pasangan ini cenderung tidak stabil dalam mengelola kehidupan ekonomi, yang kemudian berdampak pada masalah ekonomi keluarga. Kondisi ini mendorong perilaku konsumtif, meningkatkan produktivitas untuk hal-hal konsumtif, dan mengakibatkan pola berpikir yang tidak stabil. Selain itu, kurangnya pemahaman dan praktik agama juga menjadi faktor signifikan, mempengaruhi cara mereka membangun keluarga.


Beberapa Dampak dan akibat perceraian.

Dampak bagi bekas suami dan istri setelah perceraian adalah berubah statusnya menjadi duda dan janda.


Anak-anak, sebagai pihak yang terkena dampak, akan merasakan kebingungan, kegelisahan, kekhawatiran, rasa malu, kesedihan, dan seringkali dipenuhi dengan perasaan dendam dan benci. Hal ini dapat menyebabkan perilaku anak-anak yang menjadi kacau dan tidak terkendali. Selain itu, anak-anak yang menjadi korban perceraian cenderung menghadapi masalah perilaku, dengan kegiatan belajar mereka kehilangan pengawasan, berdampak pada penurunan kemampuan akademik.


Dampak terhadap harta kekayaan mencakup pembagian harta bersama.


Perceraian membawa dampak besar terhadap seluruh anggota keluarga, menciptakan dampak negatif pada aspek psikologis ayah, ibu, dan anak. Dampak tersebut melibatkan masalah ekonomi, kekecewaan terhadap pasangan, stres, terputusnya komunikasi, timbulnya permusuhan, perasaan dendam, kemarahan, penyalahgunaan orang tua, kesedihan, menyalahkan diri sendiri, perasaan tidak diinginkan, kehilangan rasa aman dan kehangatan, penurunan prestasi, perilaku agresif, depresi, dan rasa kesepian. Oleh karena itu, perceraian menjadi masalah serius karena memberikan dampak negatif yang merugikan semua anggota keluarga.


Solusi untuk mengatasi Perceraian.

Untuk mengatasi permasalahan perceraian, langkah pertama yang krusial adalah membuka jalur komunikasi secara terbuka di antara pasangan. Komunikasi yang efektif memungkinkan mereka saling memahami, mengungkapkan perasaan, dan mengdiskusikan isu-isu dengan kejujuran. Selain itu, terapi pernikahan menjadi solusi yang berguna, di mana konselor atau terapis memberikan perspektif objektif, membantu mengidentifikasi akar masalah, dan menyediakan alat serta strategi untuk menangani konflik.


Adalah penting untuk memiliki kesediaan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. Pasangan harus bersedia berkolaborasi, mengakui tanggung jawab masing-masing, dan siap untuk mengadopsi perubahan demi kebaikan bersama. Keterlibatan seorang mediator dapat membantu meredakan ketegangan dan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk menemukan solusi bersama.


Pemahaman terhadap perbedaan di antara pasangan juga sangat krusial. Menghormati perbedaan pendapat, nilai, dan kebutuhan satu sama lain dapat membantu membentuk saling pengertian. Kesadaran tentang pentingnya komitmen dalam hubungan pernikahan juga merupakan elemen kunci. Pasangan perlu bersedia berkomitmen untuk memperbaiki hubungan, terlibat dalam perubahan positif, dan menghargai pernikahan sebagai ikatan yang berharga.


Dengan menggabungkan langkah-langkah ini, pasangan dapat meningkatkan peluang untuk mengatasi masalah perceraian, memperkuat ikatan pernikahan, dan membangun hubungan yang sehat dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun