Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis untuk Membaca

10 Mei 2020   12:04 Diperbarui: 10 Mei 2020   12:03 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang mahasiswi sedang menulis | Sumber: iStockphoto/Jacob Ammentorp Lund via Kompas.com

Beberapa waktu yang lalu saya sempat membaca sepintas hasil penelitian Lukman Solihin (2019). Dalam penelitian tersebut disebutkan jika minat baca Indonesia tergolong rendah. 

Hasil penelitian tersebut seperti mengamini hasil PISA tentang rendahnya minat baca di Indonesia. Hasil PISA tahun 2018 untuk membaca menunjukkan Indonesia berada di urutan 72 dari 78 negara dengan skor 371. Dengan begitu, terpaksa kita harus mengelus dada karena belum ada peningkatan hasil tes dan kemampuan membaca.

Untungnya tes PISA untuk kemampuan membaca  ditujukan kepada anak-anak usia 15 tahun. Artinya, usia tersebut adalah usia produktif dan masih sekolah. Kita dapat membayangkan jika itu ditujukan kepada orang dewasa dengan usia 30 tahun, bukan tidak mungkin hasil tesnya lebih rendah lagi. Sebab, orang dewasa biasanya sudah sibuk dengan pekerjaan daripada membaca.

Saya pribadi mengakui minat baca saya rendah. Buku-buku yang dibeli hanya menjadi tumpukan penghias rumah, sehingga bebepa rekan saya menyebut saya bibliomania. 

Membaca merupakan sesuatu yang mudah untuk diserukan tapi susah untuk dipraktikkan. Kalau pun dipraktikkan, istiqomahnya yang berat. Berbeda dengan yang memang sudah menjadi kebiasaan dalam keseharian, akan merasa ada sesuatu yang kurang kalau tidak membaca.

Dalam membaca ada saja cobaannya. Cobaannya bisa datang dari diri sendiri dan dari luar. Cobaan dari diri sendiri seperti suka menunda, mata mengantuk, dan hilang mood membaca. 

Dari luar misalnya bullying teman seperti kutu buku dan sok rajin, ajakan teman untuk nongkrong, media sosial dan bermain gim. Akibatnya, rencana semula yang ingin membaca akhirnya pun gagal.

Ketidakbiasaan membaca berdampak pada keterampilan bahasa lainnya, yaitu menulis. Keterampilan yang satu ini menurut saya memang keterampilan yang paling sulit daripada tiga keterampilan bahasa lainnya. 

Perlu membaca berbagai jenis sumber bacaan dan diskusi dengan orang lain untuk menemukan ide dan menyusunnya ke dalam bentuk kalimat-kalimat.

Setelah kalimat-kalimat tersusun menjadi paragraf masalah tak lantas selesai, kadang harus berperang dengan rasa tidak percaya diri untuk dibaca orang lain. Bagi yang percaya diri, barangkali tinggal unggah saja. 

Namun, bagi yang tidak percaya diri bisa sampai satu hari bergelut dengan pikiran sendiri menentukan pilihan unggah atau tidak. Syukur kalau keputusannya diunggah, tetapi kurang beruntung yang memilih tidak diunggah karena hanya akan jadi simpanan pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun