Pesona Bahasa Madura yang Memudar

Ada tiga ciri sikap bahasa yang diungkapkan oleh Garvin dan Mathiot (dalam Chaer:2010) dan ini dapat diterapkan dan dijadikan masukan untuk memupuk dan melestarikan bahasa Madura. 

Pertama, kesetiaan bahasa yang mendorong masyarakat suatu bahasa mempertahankan bahasanya dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh bahasa lain.

Kedua, kebanggaan bahasa yang mendorong orang mengembangkan bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat. Ketiga, kesadaran adanya norma bahasa yang mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan yaitu kegiatan menggunakan bahasa.

Selain sikap bahasa yang harus ditingkatkan, pelestarian bahasa Madura dapat dilakukan dengan menggelar kegiatan bertemakan bahasa Madura. Misalnya, lomba menulis puisi, cerpen, artikel, cerdas cermat, pidato dan stand up comedy berbahasa Madura.

Langkah lebih lanjut dalam upaya melestarikan bahasa Madura, yaitu dengan memanfaatkan media sosial seperti facebook, twitter, Instagram dan tiktok. Di media sosial tersebut, bahasa Madura dapat dibagikan dalam bentuk cerita, kata-kata mutiara, pantun, dan video berbahasa Madura.

Catatan

Penulis rasa dewasa ini bahasa daerah lain juga menghadapi tantangan yang kurang lebih sama dengan bahasa Madura. Sebagai generasi penerus bangsa yang berbudaya, sudah seharusnya untuk tetap berusaha melestarikan bahasa daerah sebagai warisan budaya.

Budiwiyanto, A. Tanpa tahun. Artikel. Diunduh tanggal 16 April 2020 dari http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/kontribusi-kosakata-bahasa-daerah-dalam-bahasa-indonesia.

Chaer, A. & Agustina, L. 2010. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kridalaksana, H. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.