Apa kabar sekolah? Apa kabar guru? Apa kabar teman-teman? Apa kabar pembelajaran? Apa kabar dan apa kabar semuanya?Â
Pertanyaan begitu muncul dalam pikiran, saling menimpali tanpa memeroleh jawaban satu-persatu karena memang tidak dicari. Lebih suka cerita emak-emak di sekitar daripada mencari jawaban.Â
Sebelum itu, teman-teman pembaca mari saya ajak untuk menyamakan pikiran, membayangkan dan merasakan kehidupan di desa dengan segala kesibukannya. Selanjutnya, mari simak ceritanya.
Emak satu, lebih mengerti padi dan jagung
Esok hari Jumat, esoknya lagi hari Sabtu, dan lusa hari Minggu, libur. Senang dong libur? Senang tapi sekarang tidak ada bedanya hari-hari itu, semuanya sama, sama-sama di rumah. Sekolah? Pasti sekolah.Â
Sekolahnya di rumah pakai whatsapp, google dan televisi. Siapa gurunya? Gurunya sama seperti yang di sekolah, bedanya guru tak banyak bicara, hanya mengirim materi dan membaca kemudian tugas.
Kirim tugasnya lewat whatsapp dan google tepatnya google classroom. Kalau tidak tahu jawabannya tinggal cari di google juga. Wihh hebat ya, anak kecil sudah bisa pegang hape dan main google-google-an.Â
Memangnya guru tidak tahu kalau jawabannya hasil google? Tidak, tenang saja kan tidak ada di hadapan kita. Oh iya guru juga tidak tahu kalau belajarnya tidak pakai baju.
Terus kalau tidak tahu bagaimana? Tidak tahu cara mengirim tugas, tidak tahu cara buka google dan mencari jawaban. Gampang, cukup tanya emak. Memangnya emak tahu caranya? Tahu, jawabannya singkat dan selalu mengena. Apa? "Kerjakan saja!" Setop sampai di situ, tidak dilanjutkan lagi.Â
Jawabannya mengambang dan bebas, tidak dipertegas dengan menambah kata "sembarang" atau "semampunya" seperti kebanyakan jawaban.
Emak tidak mendampingi? Mendampingi apa? Mendampingi belajar seperti di foto-foto yang bagus itu yang biasanya dijadikan pemanis di berita berbentuk tulisan. Mendampingi juga. Ohh.. bagus kalau begitu, emak perhatian. Iya bagus, tapi juga membuat bingung. Bingung kenapa?Â