Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Cerita Pribadi di Tengah Pandemi Covid-19

11 April 2020   17:51 Diperbarui: 11 April 2020   19:41 2731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perihal sekolah

Selain menjadi tukang jual kopi, saya pun mengajar (tenaga honorer) di salah satu lembaga. Beberapa kali saya lewat di depan sekolah dan yang tampak hanya seonggok bangunan tinggi menjulang berlantai tiga. Sayang, tidak ada aktivitas di dalamnya. Jika ditanya saya rindu? Tentu, riuh-riuh siswa yang biasanya terjadi di dalam kelas dan luar kelas sudah lama tidak terdengar.

Saya masih ingat, terkahir ketika siswa saya menghadap kepada saya kemudian bertanya tanggal 16 bulan lalu.

"Pak gagal semua acara yang kita susun selama ini."

"Iya, mau bagaimana lagi jika keadaan tidak memungkinkan"

"Yah Pak kurang asyik." Melenguh dengan pasrah.

Rencana kami di sekolah untuk bulan Maret dan April dapat dikatakan gagal. Pada minggu ketiga bulan Maret lalu sebenarnya kami sudah mengagendakan akan mengadakan peringatan israk mikraj Nabi Muhammad Saw. Proposal sudah diterima oleh sekolah, penceremah sudah ditentukan dan beberapa kebutuhan sudah mulai dicicil pemenuhannya.

Bulan berikutnya, bulan April sekarang ini sampai Mei ketika puasa akan mengadakan safari ramadan dengan konsep pengabdian masyarakat selama satu minggu di salah satu desa yang ada di kabupaten. 

Kegiatannya meliputi membaur dan membantu masyarakat, tadarus bersama, mengajar anak kecil mengaji dan beberapa kegiatan lain yang bermanfaat, serta diakhiri dengan tasyakuran bersama masyarakat setempat. Sayang, sekarang ini hanya tinggal rencana saja yang tersisa.

Masalah pembelajaran, sudah banyak di artikel-artikel lain yang telah membahas dan rata-rata sama kendalanya. Akan tetapi, ada yang unik ketika melalukan pembelajaran daring. Anak-anak  lebih fleksibel dengan menggunakan pakaian bebas dan rapi beberapa kali sambil memakan camilan dan minum. Efek ini karena berada di rumah dan toleransi penilaian sikap agak dikendorkan.

Satu cerita lain

Pada malam nisfu sya'ban saya membuat pertanyaan yang saya unggah di status whatsapp,  "Di malam nisfu sya'ban ini, haruskah kita memaafkan covid-19?"

Beberapa pesan masuk dan ternyata tanggapan dari pertanyaan yang saya buat. Beberapa tanggapan itu intinya satu memaafkan dan segera kembali kepada pemilik-Nya. Dari sini saya memahami bahwa banyak manusia yang berbudi luhur dan religius. Kita sama-sama berjuang dalam bentuk ikhtiar dan doa, berpasrah kepada yang Mahakuasa.

Itulah sekelumit cerita saya hari ini. Besar harapan pandemi covid-19 ini segera selesai agar normal kembali seperti biasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun