Sejak akhir tahun 2019 lalu hingga sekarang virus corona atau covid-19 masih menjadi trending topik dunia. Keberadaannya menjadi headline berbagai media dan menjadi topik pembicaraan dari lapisan bawah sampai lapisan atas.Â
Kepopulerannya saat ini mengalahkan ketenaran artis kelas dunia macam Vin Diesel, Dwayne Johnson, bahkan pemain sepak bola sekaliber Messi dan Ronaldo.
Berbeda dengan artis-artis yang disebutkan tadi yang kehadirannya selalu dinantikan, virus corona justru menjadi momok menakutkan dan mematikan bagi seluruh manusia di berbagai negara.Â
Kehadirannya telah memapar hampir 1,5 juta orang di dunia. Bahkan, di Indonesia saja saat ini hampir tiga ribu orang dinyatakan positif terpapar virus corona dan mungkin akan bertambah nantinya.
Virus yang berasal dari kota Wuhan, China ini memang sangat mengerikan. Penyebarannya yang begitu cepat dari manusia ke manusia dalam waktu singkat membuat virus corona dinyatakan sebagai pandemi global oleh WHO. Hingga saat ini, dilansir dari situs worldometers.info virus corona telah menyebar ke 211 negara yang ada di dunia.
Dampak virus corona sudah dapat dirasakan di berbagai sektor, seperti sektor ekonomi, pariwisata, pendidikan dan sektor lainnya. Dalam sektor pendidikan, contoh gamblangnya adalah diterbitkannya surat edaran untuk belajar di rumah.Â
Kegiatan belajar di rumah dilaksanakan dari tanggal 16 Maret sampai dengan 29 maret dan kini telah mengalami perpanjangan lagi dengan tetap memerhatikan keadaan. Â
Akhirnya, setelah dikeluarkannya surat ederan, sekolah saat ini begitu sepi tanpa aktivitas belajar sebagaimana biasanya. Kemanakah para guru dan murid melangsungkan kegiatan belajar mengajar?Â
Jawabannya, tentu saja kegiatan belajar mengajar dilakukan di rumah dengan memanfaatkan media daring. Satu masalah sudah terjawab mengenai kegiatan pembelajaran.
Peralihan dari belajar dengan cara  tatap muka di sekolah ke pembelajaran daring memunculkan masalah baru dan menjadi tantangan saat pembelajaran berlangsung.Â
Terdapat beragam keluhan yang disampaikan oleh guru dan siswa ketika belajar secara daring. Dari diskusi dengan beberapa guru dan siswa berikut masalah-masalah yang muncul.
Sama-sama kudet
Sesuatu yang baru menimbulkan tantangan baru. Itulah ungkapan yang tepat untuk kegiatan pembelajaran saat ini yang beralih dari tatap muka langsung menjadi pembelajaran daring.Â
Meskipun pada kenyataannya pembelajaran daring tidaklah baru-baru amat karena beberapa bimbingan belajar telah melakukannya terlebih dahulu.
Virus corona yang kehadirannya tidak diharapkan dan tidak diundang memaksa guru dan siswa mengupdate pengetahuan baru mengenai tatacara pembelajaran daring.Â
Siswa yang kurang update (kudet) akan ketinggalan dalam pelajaran. Apabila guru yang kudet, maka otomatis pembelajaran tidak akan berjalan. Jika sama-sama kudet maka berhentilah pembelajaran itu.
Bisa dipahami bersama, pembelajaran tatap muka seperti yang biasa dilakukan telah mendarah daging. Oleh karenanya, pembelajaran daring yang harus dilakukan memberikan kecanggungan bagi guru dan siswa.Â
Bahkan, tidak sedikit guru dan siswa memilih mengabaikan. Dari kecanggungan dan sikap abai yang dibiarkan itulah nanti membuat pembelajaran kurang terupdate juga.
Maka dari itu, diperlukan kesadaran dan pemahaman bersama baik guru maupun siswa untuk tetap belajar dengan media yang baru. Melalui pembelajaran daring setidaknya guru dan siswa telah memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi.
Perihal jaringan
Tantangan selanjutnya adalah masalah jaringan. Jaringan dapat diibaratkan sebagai oksigen dalam kehidupan. Bisa dibayangkan ketika oksigen yang masuk ke dalam tubuh itu kurang, maka dapat menggangu sistem kerja otak, sistem peredaran darah dan sistem lainnya serta dapat menyebabkan kematian.Â
Begitu halnya dengan jaringan, jaringan yang tidak normal atau bahkan tidak ada sama sekali dapat menghambat pembelajaran daring.
Pembelajaran daring sangat bergantung pada jaringan internet yang kuat. Semakin bagus jaringan internet semakin bagus pula kualitas gambar, video dan suara yang diterima oleh pembelajar.Â
Terdapat beberapa keluhan dari guru dan siswa perihal jaringan internet. Misalnya, jaringan internet  yang sering tidak stabil di kota, lebih-lebih di desa. Ketidakstabilan jaringan memaksa guru dan siswa untuk gonta-ganti kartu perdana yang sekiranya mendukung kualitas jaringan.
Keluhan lainnya datang dari faktor ekonomi dimana siswa harus mempertimbangkan pilhannya untuk membeli kuota internet. Kuota internet menjadi syarat berikutnya yang harus terpenuhi agar pembelajaran daring berjalan lancar.Â
Melihat keadaan sekarang, di tengah pandemi virus corona dengan kondisi ekonomi yang agak susah, siswa dituntut untuk memilah dan memilih mana yang lebih prioritas, terlebih lagi bagi yang memiliki keterbatasan ekonomi. Oleh karenanya, guru dan siswa dituntut untuk memahami keadaan masing-masing.
Gagal fokus
Pembelajaran daring atau istilah panjangnya adalah aktivitas pembelajaran menggunakan jaringan internet. Pembelajaran daring saat ini menjadi pilihan utama dalam pandemi virus corona.Â
Sebagaimana pembelajaran tatap muka, pembelajaran daring pun tidak luput dari godaan yang membuat guru dan siswa gagal fokus. Contohnya seperti media sosial, game, dan kesibukan lainnya di rumah.
Penduduk Indonesia yang kadang disebut netizen+62 sudah tidak diragukan lagi eksistensi penduduknya di media sosial. Dilansir dari m.detik.com terdapat sekitar 160 juta pengguna aktif media sosial di Indonesia. Artinya, lebih separuh penduduk Indonesia telah menggunakan media sosial. Salah satu penggunanya adalah guru dan siswa.
Keaktifan netizen +62 di media sosial berdampak pada pembelajaran daring. Ketika pembelajaran daring berlangsung kerap kali media sosial menggagalkan fokus guru dan siswa.Â
Misalnya, masuknya pesan melalui media sosial sehingga membuat guru atau siswa ingin segera membukanya. Contoh lainnya adalah guru atau siswa terkadang lebih tergoda melihat foto, video, dan status orang lain.
Untuk mengatasi ini selain diingatkan oleh guru, diperlukan kesadaran bersama antara siswa, guru dan orang tua untuk mengontrol agar perhatian tetap terfokus pada kegiatan belajar mengajar.Â
Pembelajaran daring akan berjalan selayaknya pembelajaran di kelas manakala adanya kesadaran dan keseriusan untuk belajar dari siswa, guru dan orang tua sebagai pengontrol aktivitas siswa di rumah.
Tantangan-tantangan di atas akan berimbas pada tercapainya tujuan pembelajaran. Maka dari itu, tantangan tersebut perlu mendapat perhatian bersama dan mengambil langkah konkrit agar tidak terjadi kenestapaan yang begitu mendalam terhadap pendidikan kita di tengah gempuran virus corona.Â
Lebih-lebih kiranya setelah pandemi ini perlu diadakan pelatihan-pelatihan tentang pembelajaran berbasis daring sehingga tidak menimbulkan kegagapan teknologi semisal dalam keadaan seperti ini. Apa yang terjadi saat ini menjadi pelajaran untuk pendidikan kita agar selalu siap dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.
Artikel ini juga tayang di matamadura news.comÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H